Arumi lengah, dia menganggap pernikahan yang dia bangun selama tujuh tahun ini baik baik saja, dia menganggap bahwa dia telah berhasil memenangkan hati suaminya, sikap dan tanggung jawab Yudha selama inilah yang membuatnya berfikir demikian.
Arumi tersadar ketika Yudha menemukan tambatan hati yang menurutnya mampu membuat hidupnya kembali bergairah.
Akankah Arumi mengijinkan suaminya mendua atau dia akan memilih berpisah, sungguh keduanya sama sama menghancurkan hatinya, terlebih untuk buah hati mereka!.
Mampukah Arumi mengiklaskan perjalanan hidup dan cintanya?
Mari kita ikuti kisah cinta mbak Arumi dalam HATI SUAMIKU BUKAN MILIKKU, yang penasaran dengan pertemuan awal mereka bisa baca kisahnya di IMPIAN DEKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dicuekin
Yudha tetap setia berdiri didepan pintu dimana istrinya berada. Memohon dan Memohon agar Arumi membukakan pintu untuknya. Sayangnya Arumi tak mau mendengarkan permintaan suaminya.
Yudha tak putus asa sampai hari hampir pagi. Suara tangisan Mawar telah menariknya untuk kembali ke kamar dimana tadi dia berasal.
Yudha membuatkan Mawar susu dan menggendongnya, Seolah tau bahwa yang menggendongnya adalah ayah kandungnya Mawar pun langsung diam dan tersenyum.
"Ya Tuhan senyumu indah sekali dek, sama kayak bunda ih gemes deh Abi," ucap Yudha.
Yudha pun membawa Mawar keruang tamu untuk menikmati susu bikinannya. Dan berharap Arumi akan keluar dari kamar dan menyapanya.
Benar saja mendengar suara candaanya dengan Mawar Arumi pun keluar kamar. Tapi Arumi tak menyapanya seperti yang diharapkanya.
Arumi malah diam dan ngeloyor aja masuk kekamar, Yudha hendak menyusulnya tapi sayang lagi lagi pintu kamar itu dikunci.
"Astaga istriku galaknya," gerutu Yudha, Patmi yang mendengar gerutuan Yudha langsung bertanya.
"Loh kok diluar Den, ga masuk?" tanya Patmi.
"Ibu Ratu marah Bik," jawab Yudha, konyol bukan. Patmi paham sih maksud Yudha tapi ya sudahlah itu urusan suami istri. Dia ga ada hak buat mencampuri.
"Aden mau sarapan apa?" tanya Bik Patmi.
"Emmm apa aja deh bik, ngikut kebiasaan disini aja," jawab Yudha.
"Baiklah Den," jawab Bik Patmi kemudian dia pun langsung pergi kedapur.
Hampir satu jam Arumi mengunci diri kekamar, tak lama dia pun keluar bersama Ditya yang sudah siap dengan sragam sekolahnya. Bahkan dia juga sudah terlihat cantik dan wangi.
Arumi memang selalu wangi, rasanya ingin sekali Yudha mengajaknya kekamar dan mencium setiap inci tubuh wanita yang dicintainya ini.
Ditya langsung menghambur kepelukan Abinya, "Abiiiiiii," panggil Ditya dengan wajah sumringah penuh kebahagiaannya.
Yudha langsung memberikan Mawar pada bundanya dan menyambut pelukan hangat putra kebanggaanya.
"Abi yang antar kesekolah ya!" pinta Ditya.
"Siap bosku, Abi mandi bentar masih sempat kan?" tanya Ditya.
"10 menit masih sempat, Ditya tunggu sampai sarapan ya bi," jawab Ditya, Yudha pun tersenyum dan mengangguk tanda menyetujui keinginan putranya.
Yudha iseng sekali rupanya, sebelum masuk kekamar dia mencium dulu Mawar yang ada di gendongan Arumi.
"Sayang abi dulu dek," pinta Yudha tapi lirikan matanya tertuju pada wanita yang menggendong bayinya.
Arumi tak perduli dia malah diam dan membuang pandanganya kesal.
"Apaan sih lihat lihat nyebelin banget sih," batin Arumi kesal.
Yudha tau bahwa istrinya masih marah padanya tapi dia tetep bersikap tenang. Yudha tetap berharap suatu saat Arumi akan memaafkan nya dan mau hidup bareng lagi seperti sebelum masalah itu muncul.
"Bun, maafin abi ya," ucap Yudha pelan.
Arumi tak mau menjawab dia malah memilih menghindar dan mendekati putranya yang sedang sarapan.
"Ahhh Yudha semangat kamu pasti bisa," gumam Yudha dalam hati, Yudha pun masuk kedalam kamar istrinya dan mulai membersihkan dirinya.
Yudha melihat bajunya sudah siap diatas ranjang, Dia pun tersenyum dengan ini. Biarin aja dia cuek toh masih perduli ini batin Yudha.
Yudha keluar kamar dengan menggunakan baju yang disiapkan istrinya, "Makasih ya udah siapin baju buat mamas," bisik Yudha di dekat telinga Arumi.
Sayangnya Arumi masih diam, masih cuek dengan apa yang Yudha katakan.
Ditya memberikan helm dan juga STNK motor milik bundanya, biasanya memang Arumi yang antar dan jemput tapi kalau Arumi pas kerja Ditya biasanya ikut jemputan.
Dijalan menuju sekolah...
"Bang, gimana ya caranya supaya bunda maafin Abi?" tanya Yudha pada putranya.
"Kasih coklat aja bi, kan bunda suka coklat," jawab Ditya, astaga Ditya kamu pikir bunda marahnya sama kamu pakek dibujuk pakek coklat. Tapi ga papa deh dicoba siapa tau berhasil.
"Oke deh, nanti papi beli coklatnya!" jawab Yudha.
"Bang,"
"Kenapa bi!"
"Menurut abang, bunda sayang ga sama abi?" tanya Yudha lagi.
"Ga tau deh, soalnya bunda ga pernah ngomongin abi," jawab Ditya jujur. Alamak matilah aku sekarang jawabanya jujur banget batin Yudha.
"Ya abang kira kira aja," desak Yudha.
"Kayaknya udah ga sayang deh bi, soalnya bunda ga mau kan dekat dekat sama abi," nah iya am, lagi lagi kejujuran Ditya membuat ciut mental Yudha.
"Yah kalau udah ga sayang gimana dong bang caranya supaya bunda sayang lagi sama abi, abi bingung gimana cara minta maaf ya ama bunda!" lah itu lagibyang ditanyain.
"Tadi abang kan bilang kasih coklat aja bi, bunda sukak kok ama coklat," ucap Ditya mengingatkan ide konyolnya lagi.
"Oia ya, lupa abi," ucap Yudha, obrolan singkat mereka sedikit membuat Yudha down karena Ditya bilang Arumi udah ga sayang lagi padanya.
"Bagaimana ini kalau Rum udah ga sayang lagi sama aku, matilah aku," gumam Yudha sambil terus konsentrasi pada jalanan yang ada didepan nya.
Yudha memarkirkan motor milik istrinya digarasi rumah Arumi. Yudha pun masuk kerumah melalui pintu samping.
Seperti saran Ditya tadi Yudha pun membeli coklat kesukaan Arumi.
"Bik, Rum dimana?" tanya Yudha pada asisten rumah tangga Arumi.
"Dikamar atas Den, lagi olah raga kayaknya," jawab Patmi.
"Ooh, Mawar mana?"
"Adek ikut den," jawab Patmi, tanpa kata Yudha pun menaiki anak anak tangga menuju dimana Arumi berada.
Benar saja Arumi sedang senam rupanya, baju yang dipakai Arumi sangat sexy lagi lagi mampu membangkitkan jiwa kelelakiannya.
Yudha Yudha bisa ga sih omesnya disingjirin dulu batinnya sendiri bergejolak.
Yudha melihat Mawar main di karpet disamping Arumi yang melakukan gerakan gerakan sexy menurut Yudha. ih gemes andai dia ga marah batin Yudha lagi.
Yudha masih belum berani membuka suaranya, dia hanya duduk manis bersama putrinya memperhatikan apa yang istrinya lakukan.
Sayangnya saat Arumi menyadari ada mata yang memperhatikanya selain mawar dia langsung mengambil kimono handuk dan keluar kamar itu dengan meninggalkan Mawar sendiri dengan Abinya.
"Ya Tuhan dia marah bener sama aku," gumam Yudha.
"Dek Abi dicuekin ama bunda dek," Yudha malah mengadu pada anak anaknya, mungkin kalau Mawar udah segede Ditya pasti akan bilang rasain bi, emang enak heh.
Yudha menggendong Mawar dan berjalan mencari keberadaan istrinya, kembali dia kecewa karena Arumi mengunci pintu kamarnya.
Yudha harus banyak bersabar sekarang, toh dia sendiri yang memulai maka dia pun harus terima setiap hukuman yang Arumi berikan bukan.
Bersambung...