Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan lembut
Ruby menangis lega saat dikabarkan jika kakak keduanya sudah siuman. Ia langsung berhamburan kedalam pelukan Panglima Deon yang sudah duduk bersandar pada sandaran kayu yang dibuat khusus Steve tangan kanan kakak keduanya.
Saking bahagianya, Ruby sampai lupa mengganti pakaiannya sehingga membuat Panglima Deon berteriak lantang saat Ruby memasuki tendanya. Untung saja saat itu hanya dirinya dan Leona yang ada didalam tenda karena Steve pergi memanggil kakak pertama mereka.
Alhasil Ruby memakai jubah Deon yang menenggelamkan tubuh mungil nya saking besarnya jubah tersebut.
Berkat ramuan obat dari bunga yang dicari Ruby, luka ditubuh sang kakak mengering dengan cepat dan kulit Panglima Deon perlahan seperti semula ada warnanya.
Ruby masih memeluk manja tubuh Deon saat kakak pertamanya datang bersama Putra Mahkota dan Pangeran kelima. Jenderal David menatap tajam sang adik karena iri Ruby tidak seperti itu padanya. Deon menyeringai menatap balik sang kakak yang memalingkan mukanya sembari mendengkus kesal.
"Sepertinya Lady Caleste sangat dekat dengan Panglima Deon ya?" celetuk Panglima kelima memasang wajah kagum akan kedekatan keduanya.
"Tentu saja, Pangeran! Hanya saja karena kami sering bepergian karena tugas makanya kami jarang bertemu menghabiskan waktu bersama," jawab Panglima Deon dengan mengusap lembut punggung sang adik.
"Wah, bagus itu! Aku juga ingin dekat dengan adik perempuan ku, tetapi mereka sulit didekati dan selalu menjaga jarak seperti bukan saudara!" sahut Pangeran kelima memasang wajah iri.
Putra Mahkota melirik sekilas pada adik kelimanya yang berusaha bersikap santai pada Panglima Deon dengan berpura-pura antusias dengan hubungan keluarga mereka.
Ruby yang masih memeluk tubuh sang kakak memasang wajah muak dan sinis mendengar bualan yang keluar dari mulut suaminya dimasa lalu.
"Sialan tuh perempuan! Sedari tadi aku mencoba akrab tidak dihiraukan sama sekali. Jangankan berbasa basi dengan kehadiran kami disini, menyapa sambil memberikan hormat pun tidak! Sungguh sombong putri Duke Caleste ini!" batin Oscar dengan sangat geram melihat sikap Ruby yang memunggungi mereka termasuk Putra Mahkota.
"Princess, apa punggung mu tidak lelah duduk seperti itu?" tanya Jenderal David dengan lembut mendekati ranjang adik keduanya.
"Sedikit, tapi aku masih mau memeluk kakak kedua!" jawab Ruby tanpa sengaja dengan nada manja.
Deg
"Perasaan apa ini? Kenapa aku suka mendengar nada manja gadis itu? Rasanya aku ingin memeluknya dan mengurungnya dalam pelukanku sampai kapanpun!" batin Putra Mahkota dengan dada berdebar.
"Nona, lebih baik Nona istirahat saja karena Nona butuh tenaga setelah berusaha keras mencari penawar Panglima!" bujuk Leona karena ia tahu jika fisik Ruby butuh istirahat yang cukup.
"Leona benar, Princess! Terimakasih sudah mengembalikan nyawa pria besar ini! Kakak berhutang budi padamu dan berjanji akan selalu menjagamu dengan nyawa kakak," sahut Panglima Deon ikut membujuk sang adik.
"Mereka benar, Princess! Beristirahatlah yang cukup agar tenagamu kembali terisi penuh untuk beraktivitas selama disini!" tambah Jenderal David ikutan membujuk Princess kesayangan mereka.
"Dasar gadis keras kepala dan manja! Ternyata ia sama saja dengan gadis-gadis bangsawan yang tahunya cuma manja, menghasilkan uang dan keras kepala! Meskipun wajahnya cantik rupawan dan keluarganya mempunyai dukungan yang kuat, perempuan seperti itu tidak layak menjadi putri sah seorang Pangeran sepertiku!" batin Oscar menatap jijik sikap manja Ruby.
Karena Ruby tidak membawa bayi Bai, ia jadi tidak tahu isi kepala Oscar yang merendahkan dirinya dan menganggap ia sama seperti gadis bangsawan kebanyakan.
Berbeda halnya dengan Putra Mahkota Alexis, pria itu sekuat tenaga menahan diri untuk tidak membawa lari Ruby untuk dirinya sendiri saking gemes nya ia pada sikap manja gadis itu. Ia bahkan mengepal erat kedua tangannya yang ia sembunyikan dibelakang punggung agar tangannya tidak kelepasan bergerak sendiri merengkuh gadis itu.
Ruby melepaskan pelukannya dengan muka cemberut dibalik cadarnya kecuali mata yang menyiratkan kekesalan pada kedua kakaknya.
Ruby turun dari ranjang sang kakak lalu mendekap erat jubah yang menutupi tubuhnya sebelum menyapa Putra Mahkota Alexis dan Pangeran kelima dengan nada malas.
"Aku akan istirahat! Leona, jaga dan rawat kakakku baik-baik! Selamat malam kakak! Cup!" putus Ruby dengan muka ditekuk sambil memberikan pesan pada bawahannya lalu dengan santai mencium pipi Panglima Deon kemudian pipi Jenderal David dihadapan semua orang.
Tiba-tiba saja aura mencekam menguar kuat dengan suasana yang terasa panas yang dirasakan oleh Deon, David, Oscar, Blade bahkan Leona, Steve dan Steven hampir ambruk karena tidak kuat menahan aura tersebut. Deon, David dan Oscar sampai sesak napas dan Blade memuntahkan seteguk darah akibat tekanan aura tersebut. Hanya Putra Mahkota Alexis yang berdiri tegak tanpa goyah begitu Ruby meninggalkan tenda tersebut.
"Panglima, saya senang anda kembali siuman! Saya harap anda bisa beristirahat dengan tenang sampai kondisi anda pulih kembali! Saya pamit istirahat dulu! Ayo, Blade kita kembali!" ucap Putra Mahkota menyampaikan rasa syukur nya.
Panglima Deon hanya mengangguk kecil karena dadanya masih sesak. Begitu Putra Mahkota keluar, aura mencekam itu langsung menghilang dan udara dalam tenda kembali tenang seperti biasa.
Komandan Blade terseok-seok mengikuti langkah kaki Putra Mahkota setelah memuntahkan seteguk darah. Pria itu tahu jika Putra Mahkota lah yang mengeluarkan aura yang mengerikan itu yang membuat dirinya bertanya-tanya dalam hati.
Malam berlanjut semakin sunyi karena beberapa orang sudah tertidur kecuali para prajurit yang berjaga secara bergiliran.
Seseorang berpakaian hitam dengan wajah tertutup kecuali matanya menyelinap memasuki sebuah tenda tanpa ada yang menyadarinya.
Perlahan tapi pasti, orang itu berjalan mendekati sebuah ranjang yang berisi seorang gadis cantik tanpa penutup muka tertidur lelap tanpa sadar jika ada seseorang mendekatinya.
Pria itu dengan santai naik keatas ranjang lalu berbaring disisinya, mengangkat kepala gadis itu keatas lengannya yang ia jadikan bantal. Tangan yang bebas menyentuh kulit lembut dan kenyal pada pipi sang gadis dengan tatapan yang dalam.
"Apa kau menggunakan sihir untuk membuat aku penasaran dan gila? Kita tidak pernah bertemu secara langsung, tetapi aku merasa seperti sudah mengenal lama dirimu! Tatapan matamu seperti seseorang yang tidak asing bagiku! Kau membuat ku melakukan hal yang selama ini tidak aku pikirkan! Siapa kau sebenarnya, Lady! Kenapa kau membuat aku seperti ini? Bibir ini sudah lancang mencium laki-laki lain dan aku tidak suka itu! Bibir ini hanya untukku dan hanya aku yang boleh merasakannya!" ucap pria itu dengan mengusap lembut pipi gadis itu berulang kali.
Cup!
Sebuah kecupan lembut mendarat dibibir mungil nan seksi itu. Rasa manis bibir itu membuat sang pria ketagihan sehingga ia menambahkan lu ma tan dan gigi tan kecil pada bibir tersebut.
"Manis, aku menyukainya!" bisik pria itu sambil mengeratkan pelukannya.
Bersambung...