NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 05

...****************...

Di balik tirai putih yang membelah ruang rawat inap dan dunia nyata, Daria membuka mata.

Pelan.

Seolah butuh waktu untuk kembali dari tempat sunyi yang nyaris menahannya terlalu lama. Langit-langit ruangan menyambutnya dengan warna yang asing, terlalu putih, terlalu sunyi.

Namun saat ia menoleh ke sisi kanan tempat tidurnya, senyum lemah itu mengembang. Ada Arion. Duduk, diam, dengan tatapan tak pernah beranjak dari wajahnya.

“Arion…”

Suara itu serak, rapuh, seperti kepingan kaca yang saling berbenturan. Arion mendekat, menunduk, menggenggam tangan ibunya.

“Mama bangun,” katanya singkat, tapi nada suaranya tak bisa menyembunyikan kelegaan.

Daria menatap putranya lama. Seolah ingin menyimpan wajah itu lebih dalam dari biasanya.

“Aku mau minta satu hal,” ujarnya lemah. “Satu saja sebelum aku… benar-benar kehabisan waktu.”

“Mama nggak akan kehabisan waktu,” potong Arion, cepat, seperti menolak kenyataan itu masuk ke telinganya.

Tapi Daria hanya tersenyum.

“Temui Aresya,” bisiknya. “Dan nikahi dia.”

Arion membeku.

Senyap menelan ruang.

“Ma…”

“Dia gadis baik. Lembut, cerdas. Dia bukan perempuan biasa. Ibu bisa lihat itu, dari caranya bicara… caranya memandangmu. Bahkan dari caranya menunduk. Itu bukan kepura-puraan.”

Daria menghela napas, pelan tapi berat.

“Mama tak punya banyak waktu untuk mendidik menantu. Tapi ibu tahu, dia tak butuh didikan. Hanya butuh keyakinan darimu.”

Arion diam.

Ada badai kecil yang menari di dada—ia tak mengerti dari mana datangnya, tapi ia tahu…

Aresya bukan nama asing baginya.

Bahkan terlalu lekat di kepala sejak pertemuan singkat mereka di restoran itu.

“Kenapa gadis itu harus terlibat dalam hidupku yang sunyi dan dingin?” pikirnya.

Namun bayang wajah lembut Aresya kembali terlintas, seolah waktu tak benar-benar mampu menghapus kesan itu.

“Iya…” jawabnya akhirnya, pelan, nyaris seperti angin. “Kalau itu membuat Mama tenang, aku akan pertimbangkan.”

Daria tersenyum, dan air matanya menetes perlahan.

Air mata lega.

“Panggil dia ke sini…” katanya pelan. “Aku ingin bicara dengannya, sekali lagi.”

...****************...

Pagi merangkak masuk lewat celah jendela apartemen kecil itu. Hangat matahari menyelinap ke sela tirai, menari pelan di lantai yang dingin.

Aresya masih duduk di depan laptop, kabel-kabel kecil berserakan seperti jaring laba-laba yang teratur. Malam tadi, ia tak tidur. Seperti biasanya.

Menjaga, mengamati, memantau. Karena untuk memahami musuh, terkadang kau harus menyusup ke denyut detaknya.

Layar ponselnya bergetar tiba-tiba. Nomor tak dikenal. Namun ia tahu.

Arion.

Senyum tipis—sinis—mengembang di bibirnya. Ia menyandarkan tubuh ke kursi, lalu mengangkat telepon dengan suara paling lembut yang bisa ia keluarkan.

“Halo?”

Sejenak, tak ada suara. Hanya tarikan napas pendek di seberang sana.

Lalu, dingin itu menyusup.

“Ini aku.”

Aresya menahan tawa kecil, membuat suaranya terdengar polos.

“Maaf, ini siapa ya?”

“Arion.”

Nada itu datar. Tak ada nada terguncang, seolah percakapan ini hanyalah urusan administratif.

“Oh… Tuan Arion.”

Ia pura-pura terkejut, lalu menggigit bibirnya seolah malu sendiri.

“Saya tidak tahu ini nomor Anda.”

“Memang. Kamu tak seharusnya tahu.”

Jawaban itu menusuk, tapi Aresya hanya menatap layar ponselnya sambil tersenyum lebih lebar.

“Ah, iya. Ada yang bisa saya bantu?”

“Mama ingin bertemu denganmu.”

Suara Arion masih dingin, tak ada jeda yang membuat kalimat itu terdengar sentimental.

“Mama?”

Aresya berdiri perlahan dari kursinya, pura-pura panik. “Apa yang terjadi dengan beliau?”

“Beliau di rumah sakit.”

“Oh Tuhan…”

Nada suaranya dibuat gemetar. Padahal, tangannya masih sempat menekan tombol di laptop, mematikan satu jalur pantauan.

“Apakah… serius?”

Arion tak menjawab langsung. Hening itu berbicara.

“Cukup untuk membuatnya ingin melihatmu.”

Lalu ia menambahkan, nyaris tanpa perasaan, “Datanglah siang ini. Rumah sakit Sentral, kamar 305.”

“Baik. Saya akan datang.”

Aresya menggigit lidahnya untuk menahan tawa yang nyaris meledak. Permainan sudah dimulai.

Sebelum telepon terputus, Arion sempat berkata, “Datang dengan wajar. Tanpa sandiwara.”

Aresya menatap ponsel dengan pandangan geli.

“Bukankah hidup kita memang cuma panggung dan sandiwara, Tuan Arion?” bisiknya pelan.

Lalu ia merapikan rambutnya, mengganti bajunya, dan mengenakan riasan ringan.

Gadis baik akan segera datang menjenguk calon ibu mertuanya. Dengan senyum manis yang menggenggam seribu maksud.

...****************...

“Halo… Permisi,”

suara Aresya terdengar lirih saat ia membuka pintu kamar 305 dengan perlahan.

Langkah kakinya ringan, gaunnya sederhana berwarna pastel lembut, dan wajahnya terlihat begitu tenang—seolah baru saja menangis semalaman.

Matanya langsung menatap Daria yang terbaring di ranjang rumah sakit, pucat, dengan selang infus di punggung tangannya. Di sisi lain ranjang, berdiri seorang pria tua berwibawa yang tampak seperti patung, dan di kursi dekat jendela, duduk Arion dengan jas rapi seperti biasa—membatu, dingin, dan datar.

“Maaf saya terlambat… Bagaimana kondisi Ibu?”

Aresya mendekat, suaranya dipenuhi nada khawatir, matanya tampak berkaca-kaca.

Sebegitu lihainya dia memerankan empati.

Daria membuka mata perlahan, senyum samar terbit di wajahnya.

“Aresya… Kamu datang.” Aresya langsung menggenggam tangan wanita itu dengan lembut.

“Tentu saya datang, Ibu. Saya sangat khawatir begitu mendengar kabar ini….”

Alexander menatap Aresya dari ujung mata, ekspresinya sulit terbaca. Sementara Arion hanya menoleh singkat, lalu kembali menatap ke luar jendela.

“Aku tak menyangka kamu akan datang secepat ini,” bisik Daria, suaranya lemah.

“Saya tentu datang, Bu… Bagi saya, Ibu sudah seperti keluarga…”

Aresya menggigit bibir, pura-pura menahan air mata yang tak pernah benar-benar ada.

“Ceritakan, kamu tinggal di mana sekarang?” tanya Alexander tiba-tiba, nadanya dingin, penuh penyelidikan.

“Saya tinggal sendiri di apartemen kecil tak jauh dari sini,” jawab Aresya sambil tersenyum sopan.

“Saya bekerja menulis. Sederhana saja, Pak.”

Arion berdiri dan berjalan pelan mendekat ke sisi ranjang. Suaranya datar saat ia berbicara,

“Mama ingin kamu datang. Sekarang kamu sudah datang, silakan bicara berdua.”

Alexander melirik Arion sejenak, lalu mengangguk. “Aku dan Arion di luar.”

Saat mereka melangkah keluar, Daria menggenggam tangan Aresya lebih erat.

“Kamu gadis yang baik, Aresya…” ucapnya lirih.

“Maaf kalau Ibu terlalu cepat menilai… Tapi… Ibu punya firasat.”

Aresya menunduk, wajahnya tampak sedih. “Saya tidak apa-apa, Bu. Saya mengerti…”

Daria menarik napas dalam-dalam, “Kalau… sesuatu terjadi padaku, maukah kamu tetap di dekat Arion? Temani dia… Dia anak baik, hanya saja tertutup…”

Aresya pura-pura terkejut, lalu mengangguk perlahan.

“Saya akan berusaha, Bu. Saya akan lakukan yang terbaik…”

Tapi di dalam hatinya, Aresya sedang tertawa.

Semesta memang benar-benar memihaknya.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!