Karena pertempuran antar saudara untuk memperebutkan hak waris di perusahaan milik Ayahnya. Chairil Rafqi Alfarezel terpaksa harus menikahi anak supirnya sendiri yang telah menyelamatkan Dirinya dari maut. Namun sang supir malah tidak terselamatkan dan ia pun meninggal dunia setelah Chairil mengijab qobul putrinya.
Dan yang paling mengejutkan bagi Chairil adalah ketika ia mengetahui usia istrinya yang ternyata baru berusia 17 tahun dan masih berstatuskan siswa SMA. Sementara umur dirinya sudah hampir melewati kepala tiga. Mampukah Ia membimbing istri kecilnya itu?
Yuk ikuti ceritanya, dan jangan lupa untuk memberikan dukungannya ya. Seperti menberi bintang, Vote, Like dan komentar. Karena itu menjadi modal penyemangat bagi Author. Jadi jangan lupa ya guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGGODA CHAIRIL.
"Eh! A-apa yang kamu lakukan Wid?" Tanya Chairil, tampak terkejut melihat kelakuan istrinya yang tampak begitu berani membuka bajunya sendiri, sambil dengan perlahan ia mendekati Chairil yang masih duduk ditepi tempat tidurnya.
"Kenapa Kakak terkejut begitu, hm? Bukankah ini yang Kakak inginkan? Ayolah sekarang lakukanlah kak, jangan ragu-ragu," kata Widiya, yang kini sudah berada di hadapan suaminya. Tampaknya ia ingin menggoda Chairil
Melihat itu Chairil memundurkan posisi duduknya. "Ka-kamu salah paham Wid, Ma-mamas tidak berpikir kesana sama sekali benaran! Ah... Ka-kamu jangan mendekat lagi Wid!" Katanya terdengar begitu gugup. Karena melihat istrinya yang mulai agresif. Padahal Chairil sudah mundur sampai ke kepala ranjangnya. Namun Widiya masih saja mendekatinya dengan cara merangkak di tempat tidurnya.
"Kenapa tidak boleh mendekat? Kenapa Kakak sekarang takut begitu. Padahal Kakak, selalu ingin mendekati Diyakan?" Balas Widiya tampak wajahnya begitu serius.
"Ka-kalau kamu terus mendekat, bisa bahaya! Jadi tolong menjauhlah, Mamas tidak ingin melanggar janji Mamas, sama kamu." Ujar Chairil tampak ketakutan.
"Janji? Janji apa, hm?" Tanya Widiya, yang sudah menyentuh bagian paha Chairil.
"Aah... Ma-mamas kan pernah janji ka-kamu waktu kita di apartemen. Mamas tidak akan menyentuh kamu sebelum kamu lulus. Ja-jadi tolong jangan melakukan, Ah... Hal aneh-aneh begini Wid!" Kata Chairil, sambil berusaha menepis tangan Widiya yang terus merayap ke bagian atas paha Chairil.
"Hal aneh-aneh? Apakah ini hal yang Aneh? Dan kenapa harus menunggu lulus, padahal Kakak sudah berusaha mati-matian memondokkan Diya demi inikan?" Balas Widiya, masih terlihat begitu agresif. Bahkan kini ia sudah berani duduk di atas kedua paha Chairil.
"Aah... Kamu sudah melewati batas Wid!" Kata Chairil, seraya ia menjatuhkan tubuh Widiya, hingga terlentang diatas ranjang. Lalu dengan cepat ia pun menarik selimut dan langsung menutupi tubuh Widiya yang terbuka. Setelah itu, ia pun memposisikan diatas tubuh Widiya sambil menekan selimutnya.
"Iiikh... Lepaskan kak! Iikh, lepasin!" Teriak Widiya, dengan tubuh yang meronta-ronta ingin melepaskan diri dari selimut tersebut. Hal itu membuat Chairil menjadi kesal.
"Widiya! Berhentilah!" Bentak Chairil, membuat Widiya akhirnya berhenti meronta. "Kamu ingin tahukan, kenapa Mamas memondokkan kamu? Jadi dengarkan Mamas baik-baik, agar kamu tidak salah paham lagi," katanya lagi dengan suara yang terdengar sedikit lebih lembut.
"Mamas memondokkan kamu, agar Kamu paham tentang adab-adab seorang istri terhadap suaminya. Karena selama ini kamu begitu keras kepala, dan susah banget dibilangin. Terkadang kamu juga sering kali mendiami Mamas sampai berhari-hari. Jadi daripada kita selalu bertengkar karena hal yang sepele. Jadi mendingan Mamas masukan kamu Kepondok pesantren. Jadi Mamas memasukkan kamu kesana, bukan karena Mamas menginginkan hal itu Wid, atau menuntut soal kewajiban seorang istri. Jadi intinya, Mamas memondokkan kamu, agar kamu tidak terlalu banyak melakukan dosa, karena selalu melawan Mamas, atau mendiami Mamas sampai Sampai satu Minggu, padahal tiga hari saja, sudah sangat berdosa apalagi satu Minggu coba? Jadi please jangan berpikir yang tidak-tidak, oke?" Jelas Chairil panjang lebar, dengan nada suara yang terdengar lembut.
"Oh iya, tadi kamu tanyakan, tentang kenapa Mamas harus menunggu kamu lulus dulu? Itu karena Mamas ingin kamu tetap fokus dalam pelajaran kamu. Mamas juga tidak ingin kamu jadi bahan pembicaraan teman-teman kamu, kalau tiba-tiba kamu hamil. Lagian anehkan masih SMA sudah hamil, apa kata guru dan teman-teman kamu nanti coba?" Jelas Chairil lagi.
"Kenapa Aneh? Teman Diya ada kok yang hamil, belum punya suami lagi. Anak di kelas dua juga ada yang hamil nggak punya suami. Jadi Anak SMA yang hamil sudah bukan hal yang Aneh lagi Kak," ujar Widiya dengan wajah terlihat begitu polos.
Mendengar perkataan Widiya, Chairil pun menepuk dahinya. "Haiiis... Ternyata anak jaman sekarang pergaulannya begitu kacau ya?" Gumamnya. "Aah, pokok Mamas nggak mau seperti itu. Jadi Mamas akan tetap menunggu kamu lulus, paham?" Katanya, seraya ia melepaskan tekanan selimut yang menutupi tubuh Widiya. Lalu ia pun turun dari tempat tidur.
"Benarkah? Lalu kenapa Kakak menyediakan ini?" Tanya Widiya, Seraya ia mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah dengan gambar sepasangan kekasih, yang terletak di atas meja tepat di samping tempat tidur. Lalu ia tunjukkan pada Chairil yang sedang menuju kamar mandi.
Chairil langsung terbelalak, melihat kotak kecil yang sedang dipegang oleh istri kecilnya."Eh! Itu bukan Mamas yang menyediakan Wid. Mungkin pelayan resort ini yang menyediakan." Katanya seraya ia merebut kotak merah tersebut. "Aah... Kamu ada-ada saja sih! Udah sana sebaiknya kamu mandi sekarang, biar nanti kita jalan-jalan ke pantai." Katanya lagi seraya ia menaruh kotak merah tersebut ke dalam laci yang berada dimeja tadi.
"Hmm... Nggak mau akh, Diya mau tidur aja. Soalnya Diya masih ngantuk" balas Widiya seraya ia memposisikan dirinya di tempat tidurnya.
"Ya sudah kalau kamu ingin tidur. Tapikan lebih nyaman kalau kamu tidur setelah mandi. Dan apa kamu tidak risih, tidur nggak pakei baju begitu hm? Apakah kamu masih ingin menggoda Mamas? Baiklah kalau begitu Mamas akan layani kamu, Sayang," ujar Chairil, seraya ia kembali naik ketempat tidurnya. Lalu ia memposisikan dirinya diatas tubuh Widiya. Seketika mata Widiya langsung membulat sempurna.
"Eh eh! Nggak mauuu!" Teriak Widiya sambil mendorong tubuh Chairil dengan kuat. Lalu ia pun langsung turun dari tempat tidurnya. Setelah itu ia pun berlari ke kamar mandi.
Sedangkan Chairil langsung tertawa melihat kepanikan istrinya. "Hahahaha... Tadi sok menggoda, sekarang malah lari terbirit-birit gitu, hahahaha... Bikin gemes aja sih," katanya, masih memandangi pintu kamar mandi.
Bersambung.
┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys. Kasih bintang, Like, Vote, dan komentarnya oke? Syukron
diprawanin dengan cr paksa lg🤦🤦🤦🤦🤦🤦
thor prasaan dkit bngt dah up ny, ga terasa/Grin/