NovelToon NovelToon
RETAK

RETAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / PSK / Pelakor jahat / Tukar Pasangan
Popularitas:674
Nilai: 5
Nama Author: Thukul/maryoto

Sinopsis:

Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.

Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.

Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.

Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Na'as

Pagi-pagi buta, sebelum adzan subuh, Supri sudah sampai di depan rumah Muryadi. Ia memandang sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya.

Dengan penuh tenaga, Supri segera mengubur barang putih bawaan dari Mbah Bong di tanah depan rumah Muryadi. Ia bergerak dengan cepat dan hati-hati, takut ketahuan oleh orang lain.

Supri sangat tergesa-gesa, ia tidak ingin ada orang yang melihatnya dan curiga dengan apa yang ia lakukan. Ia memastikan bahwa barang putih tersebut terkubur dengan baik dan tidak terlihat dari luar.

Setelah selesai, Supri memandang sekeliling lagi untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya. Ia kemudian berlari pergi dari rumah Muryadi, berusaha untuk tidak meninggalkan jejak apa pun.

Supri merasa lega setelah berhasil mengubur barang putih tersebut. Ia berharap bahwa rencana Mbah Bong akan berhasil dan Muryadi akan mendapatkan balasan yang setimpal.

"Hahahahaah, akhirnya tugas ku sukses...! Mbah bong pasti sangat suka dengan kinerja ku." batin Supri berkata sambil berdiri dari kejauhan Rumah tersebut.

"Memang kau ketemu orang yang tepat mbah, " batin Supri

Di saat Supri membayangkan kemenangan yang ia dapat lalu Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Supri berpaling dan melihat seorang pria berdiri di belakangnya, memandanginya dengan mata yang curiga.

"Hai, siapa kamu?" pria tersebut berteriak. "Maling ya? Mengendap-endap di rumah orang!"

Supri kaget dan berusaha untuk berlari secepat mungkin, tapi pria tersebut sudah memanggil warga sekitar. Mereka berdatangan dan mengelilingi Supri,

"Hayoo.. Maling,..kamu mau kemana?" teriak warga serta memandanginya dengan mata yang marah.

"Kamu maling! Kamu harus dihukum!" salah satu warga berteriak.

Supri Mencoba mencari celah untuk kabur dari kepungan, supri berusaha sekuat tenaga untuk mencari jalan keluar

Tetapi Naas,ketika mau menerobos balekade masa, kaki supri ada yang mensleding, terjatuhlah supri, baru mau bangun

Warga tersebut mulai memukuli Supri, meninju dan menendangnya. Supri berusaha untuk melawan, tapi ia kewalahan oleh banyaknya orang yang menyerangnya.

Ia jatuh ke tanah, merintih kesakitan. Warga masih terus memukulinya, tidak peduli bahwa Supri sudah tidak bisa melawan lagi.

"Ampun...saya bukan Maling, ampun..!" teriak Supri.

Supri jadi babak belur di hajar masa.

Supri merasa seperti akan mati, tapi ia masih berharap bahwa ada orang yang akan menyelamatkannya...

Ketika Pukulan demi pukulan menghujani tubuh Supri, tiba tiba Supri terdengar bisikan gaib yang berbunyi.

"GELAP SAYUTO ING NETRAKU,RAGA KU TAN KENO KINIRO, WONG SAK BUWONO PODO WUTO. SEKO KERSANING ALAH".

Lalu Supri bergegas membaca mantra bisikan dari gaib, lalu tiba tiba tubuh Supri Raib tak terlihat.

"Haaah, hilang,. Kemana dia?" teriak warga yang heran.

" iya, dasar maling. Dia punya ilmu panglimunan." jawab Warga lain.

"Kurang ajar, kalau tau punya ilmu itu, pasti sudah ku pukul dengan Daun kelor." Sahut warga lain.

" Sudah,.kita balik lagi ke Rumah masing-masing,walaupun bisa menghilang pasti akan cidera, tadi ku garuk dengan kuku runcing ku dari sumatra, dia terkena racun yang maha dahsyat. Tidak akan selamat dia, biarin aja." Sahut warga yang lain dengan percaya diri.

******

Supri membuka matanya dan melihat dirinya berbaring di dipan kecil Mbah Bong. Ia merasa bingung dan tidak ingat bagaimana ia bisa berada di sana.

Mbah Bong duduk di samping dipan, memandang Supri dengan mata yang lembut. Ia telah selesai mengobati luka-luka Supri, dan kini Supri terlihat lebih tenang.

"Bagaimana aku bisa berada di sini?" Supri bertanya dengan suara yang lemah.

Mbah Bong tersenyum dan berkata, "Aku yang membawa kamu ke sini, Supri. Kamu telah babak belur dan penuh luka sayatan racun di kaki kirimu. Aku harus segera mengobati kamu."

Supri mengingat kembali peristiwa yang terjadi sebelumnya. Ia ingat bahwa ia telah dihajar oleh warga dan terluka parah.

"Terima kasih, Mbah Bong," Supri berkata dengan rasa syukur. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada aku jika kamu tidak menyelamatkanku."

Mbah Bong tersenyum dan berkata, "Aku tidak bisa membiarkan kamu mati, Supri. Kamu masih memiliki tugas yang harus diselesaikan. Sekarang, istirahatlah dan biarkan aku merawat kamu."

Setelah Supri kembali tidur,lalu mbah bong menghampiri supri lagi

Mbah Bong memandang Supri yang babak belur dengan mata yang marah. Ia tidak bisa menerima bahwa Supri, orang yang dipercayainya, telah dianiaya oleh warga tetangga Muryadi.

Mbah Bong berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke arah pintu gubuknya. Ia membuka pintu dan memandang ke arah luar dengan mata yang marah.

"Aku tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja," Mbah Bong berkata kepada dirinya sendiri. "Aku akan membuat serangan balasan pada warga tetangga Muryadi. Mereka akan menyesali perbuatan mereka."

Mbah Bong mulai merencanakan serangan balasannya. Ia akan menggunakan semua kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya untuk menghancurkan warga tetangga Muryadi.

Sedikit lagi, Muryadi akan hancur. Warganya pun juga akan hancur. Mbah Bong tidak akan membiarkan siapa pun yang berani menganiaya orang yang dipercayainya.

Mbah Bong tersenyum dengan senyum yang jahat. Ia siap untuk melancarkan serangan balasannya dan menghancurkan semua yang berani melawannya.

Tetapi mbah bong mengurungkan Niatnya. Lebih baik menunda dulu balas dendam, untuk sementara waktu biar supri di carikan obat dulu

mbah bong lalu mendekati Supri yang lagi tidur pulas.

Mbah Bong memandang Supri yang terbaring di dipan dengan mata yang khawatir. Ia tahu bahwa racun yang mengenai tubuh Supri sangat dahsyat dan harus ditangani secara intens.

"Supri, kamu harus kuat," Mbah Bong berkata kepada Supri. "Aku harus mencari daun bidara putih dan daun kelor merah untuk menyembuhkan kamu."

Mbah Bong tahu bahwa daun-daun tersebut memiliki sifat penyembuhan yang sangat kuat. Tapi, ia juga tahu bahwa mencari daun-daun tersebut tidaklah mudah.

"Kalau aku tidak bisa mencari daun-daun tersebut dalam waktu 3 hari, maka nyawa kamu tidak tertolong," Mbah Bong berkata kepada dirinya sendiri.

Mbah Bong merasa terhambat karena keterbatasan yang dimilikinya. Ia tidak bisa meninggalkan Supri sendirian, tapi ia juga harus mencari daun-daun tersebut untuk menyelamatkan nyawa Supri.

"Aku harus mencari cara lain," Mbah Bong berkata kepada dirinya sendiri. "Aku tidak bisa membiarkan Supri mati."

Mbah Bong mulai berpikir keras untuk mencari cara lain untuk menyelamatkan nyawa Supri. Ia tidak akan menyerah dan akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan orang yang dipercayainya.

setelah berfikir sejenak lalu mbah bong memutuskan untuk pergi.

Mbah Bong turun dari gunung dengan terpaksa, meninggalkan tempat tinggalnya di gubuk berisi seorang Supribyang tidur terkapar disana,terpaksa mbah bong meninggalkan supri sendiri. Ia bergegas menuju ke Alas Trembelan, sebuah tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya dan kekayaan tanaman obat-obatan.

Dengan tertatih-tatih, Mbah Bong berjalan memanjat tebing Goa Trembelan, sebuah gua yang terletak di tengah-tengah hutan. Ia harus berhati-hati karena jalan yang dilaluinya sangat curam dan licin.

Setelah beberapa jam berjalan, Mbah Bong akhirnya menemukan apa yang dicarinya. Ia menemukan daun bidara putih dan daun kelor merah yang sangat langka dan memiliki sifat penyembuhan yang sangat kuat.

Mbah Bong sangat bangga sekali karena telah menemukan apa yang dicarinya. Ia merasa bahwa perjuangannya tidak sia-sia, walaupun harus pergi subuh dan pulang magrib.

"Tidak apa-apa, aku sangat suka," Mbah Bong berkata kepada dirinya sendiri. "Aku akan menyelamatkan nyawa Supri dengan daun-daun ini."

Mbah Bong kemudian mengambil daun-daun tersebut dan memasukkannya ke dalam tasnya. Ia kemudian berjalan kembali menuju ke gunung, siap untuk menyelamatkan nyawa Supri.

Sesampainya di gubuk, Mbah Bong melihat Supri masih terlelap tidur. Ia tersenyum dan berkata kepada dirinya sendiri, "Obat sementara yang aku berikan padanya memang efektif. Tapi, aku harus segera membuat obat yang lebih kuat untuk menyembuhkan racun yang ada di dalam tubuhnya."

Mbah Bong kemudian membuka tasnya dan mengambil daun-daun yang telah ia temukan di Alas Trembelan. Ia memandang daun-daun tersebut dengan mata yang puas dan berkata, "Daun bidara putih dan daun kelor merah ini memang sangat langka. Tapi, aku berhasil menemukannya."

Mbah Bong kemudian memulai proses meramu obat-obatan tersebut. Ia mencuci daun-daun tersebut dengan air yang jernih dan kemudian mengeringkannya di bawah sinar matahari.

Setelah daun-daun tersebut kering, Mbah Bong kemudian menggilingnya menjadi bubuk halus. Ia kemudian mencampur bubuk tersebut dengan gula aren dan rebusan broto wali.

Mbah Bong kemudian memasak campuran tersebut di atas api kecil, sambil terus diaduk hingga menjadi cairan yang kental dan harum.

Setelah beberapa saat, Mbah Bong telah menyiapkan segelas air jamu yang harum dan segar. Ia kemudian membangunkan Supri dengan lembut.

"Supri, bangunlah," Mbah Bong berkata. "Aku telah menyiapkan obat untukmu."

Supri membuka matanya dan melihat Mbah Bong dengan mata yang masih kabur. Ia kemudian melihat segelas air jamu yang dipegang oleh Mbah Bong.

"Apa itu?" Supri bertanya dengan suara yang lemah.

"Obat untuk menyembuhkanmu," Mbah Bong menjawab. "Minumlah, Supri. Obat ini akan membantu menghilangkan racun yang ada di dalam tubuhmu."

Supri kemudian mengambil segelas air jamu tersebut dan meminumnya perlahan-lahan. Ia merasa bahwa obat tersebut sangat pahit, tapi ia juga merasa bahwa obat tersebut akan membantunya sembuh dari racun yang ada di dalam tubuhnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!