Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mulai menunjukan taring nya
Jari Alethea berhenti di atas trackpad. Nama Floravex Nocturna terpampang jelas di layar—bunga langka yang hanya tumbuh di dataran tinggi wilayah selatan, dikenal di kalangan gelap sebagai satu-satunya penawar racun Velmora, racun biologis yang membuat korban seolah mati dalam 15menit , tanpa meninggalkan bekas.
Ia mengeklik kolom kontak. Tidak ada nomor. Hanya satu tautan ke saluran pesan terenkripsi. Tanpa ragu, Alethea membuka percakapan baru dan mulai mengetik:
"saya membutuhkan bunga floravex nocturnal, berapa harga yang harus saya bayar untuk mendapatkan bunga itu ??".
Beberapa detik berlalu. Titik-titik pengetikan muncul di layar. Seseorang sedang membalas.
"kami tidak membutuhkan uang , yang kami butuh kan hanya jika bunga floravex nocturnal sudah di buat menjadi serbuk penawar , berikan kami sebotol kecil , dan kami akan memberi mu beberapa bunga itu , bagaimana apa kau setuju ??? Ucap Jack si penjual di pasar gelap
Alethea menggertakkan gigi. Mereka mengujinya. Mereka ingin tahu siapa dia sebenarnya— dan seberapa dalam dia sudah menyelami jaringan bawah tanah yang selama ini coba disembunyikan dari dunia luar. Mereka ingin mencari informasi apakah dirinya si jenius yang bisa membuat penawar racun yang sangat langka atau tidak .
Ia melirik buku catatannya, berisi coretan tangan, nama-nama, transaksi mencurigakan, dan juga tentang musuh keluarga Alegria .
casius adalah tempat yang tak pernah disebut dalam siaran berita, tapi semua orang yang bekerja di lapisan abu-abu kota tahu namanya. Sebuah lounge mewah tersembunyi di lantai bawah sebuah gedung perkantoran tua, tempat pertemuan bisnis kelam dilakukan dengan segelas anggur mahal dan tawa hampa. Biasanya, para penguasa bayangan datang menyamar, duduk jauh dari cahaya lampu gantung. Tapi malam itu berbeda.
Seseorang berjalan masuk tanpa menyembunyikan wajahnya.
Valerius.
Ia mengenakan jas hitam rapi, dengan sisipan merah marun di saku, simbol yang dulu hanya dipakai oleh pemimpin lama klan Umbra. Suaranya tenang saat ia memesan kopi hitam dari bartender yang langsung membeku begitu mengenalinya.
"Aku pikir kau sudah mati," gumam seseorang dari kursi pojok.
Valerius hanya tersenyum kecil, lalu melirik sekeliling. "Orang-orang terlalu mudah percaya pada berita yang mereka suka dengar."
Seorang pria bertubuh besar dengan tatapan curiga bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat. Namanya Ravel, mantan informan keluarga Alegria yang bekhianat, bekerja sama dengan pihak musuh dengan di iming-iming kekayaan .
"kau benar-benar Valerius ? bukan nya kau berada di penjara bersama dengan tuan mu karna pengaruh Alegria ???
"Pengaruh ya?.Pengaruh itu tentu saja tak akan bertahan lama , Dan bram Alegria ? Dia masih belajar mengikat simpul sementara aku sudah memotong tali." ucap valerius tenang
"Kenapa kau muncul tiba-tiba? dan kenapa kau seolah menampakan diri?" tanya Ravel serius
"Karena waktunya tepat , dan aku hanya ingin membeli beberapa bunga penawar racun yang mematikan ". Ucap valerius
"Floravex Nocturna?" ucap Ravel mengerutkan dahi nya
"wah sepertinya pengetahuan mu masih sama seperti dulu ya ? , masih ingat beberapa hal yang penting" . Ucap nya dengan nada mengejek
"untuk orang bawah tanah seperti ku , apa yang tak ku ketahui , jika kau mencari bunga itu , datang ke pasar gelap , mereka pasti melelang bunga itu dengan harga tinggi " . Ucap ravel
"aku tau". Ucap nya datar
Ia meninggalkan meja itu tanpa menoleh, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang mencekam.
***
disisi lain Bryan yang berada di balik meja kerja nya menatap laptop di depan nya , dan pintu pun terketuk dari luar , Leon datang membawakan kabar tak sedap .
"tuan ada berita penting yang harus saya sampaikan" . Ucap axel asisten Bryan
"katakan" . Ucap Bryan datar dan dingin
"valerius kembali " . Ucap axel dengan nada serius
"apa kah ada tanda-tanda yang membahayakan??" . Tanya Bryan dingin
" belum tuan , tapi sepertinya kali ini kemunculan valerius ada hubungan nya dengan sombra , valerius si tangan kanan sombra tak mungkin tiba-tiba muncul tanpa sebab , dan dari yang saya dengar ia tengah mencari tanaman bunga floravex nocturna , pasti ada maksud terselubung di dalam nya " . Ucap axel dengan nada serius .
"floravex nocturna ya. ??? kau awasi dia terus , jika ada tanda-tanda bahaya langsung serang saja , tak perlu menunggu perintah ku , dan satu lagi tetap jaga alethea" . Ucap Bryan tenang .
"baik tuan laksana kan " . Ucap axel mengangguk dan pergi
"floravex nocturna ya ??? apa ia ingin membuat penawar racun ? Sepertinya menjadi akan sulit , apa dia tak tau tanaman langkah itu berada di dalam lingkungan Alexander ?? , aku pastikan ia tak akan mendapatkan nya " . gumam Bryan sembari menatap Poto tanaman langka itu .
***
Setelah seminggu berada di luar negeri Bryan pun memutuskan untuk pulang ke negara nya setelah menyelesaikan beberapa masalah di perusahaan nya, ia menghubungi Axel agar segera menyiapkan kan kepulangan nya ,
"halo , siap kan segera kepulangan ku segera" . Ucap Bryan yang tengah menghubungi Axel .
"baik tuan saya akan segera menyiapkan semua nya " .ucap axel mengerti
Di dalam ruang kerja yang sunyi di sebuah vila tersembunyi di Bordeaux, Prancis, Axel berdiri membelakangi jendela besar, memandangi deretan pohon anggur yang bergoyang pelan ditiup angin sore. Di tangannya, selembar dokumen terbuka—bukan kontrak bisnis, melainkan transkrip percakapan dari seseorang yang telah dikirim secara anonim kepada Bryan beberapa malam sebelumnya.
Nama itu. Valerius. Muncul kembali.
Axel menutup map itu pelan dan berjalan ke meja kayu tua tempat laptop dan tiga ponsel berbeda diletakkan. Ia mulai bergerak sistematis, seperti yang selalu ia lakukan—dengan kecepatan yang tidak pernah tergesa tapi nyaris tanpa jeda.
Pertama, ia menghubungi pengelola jet pribadi di Bandara Mérignac.
"Ganti jadwal keberangkatan. Tuan Bryan akan terbang malam ini, bukan besok pagi. Atur jalur diplomatik, tidak ada pemeriksaan keamanan biasa. Saya ingin perjalanan ini tak terdaftar secara resmi."
Kedua, ia membuka jaringan komunikasi terenkripsi keluarga Alexander.
"Aktifkan protokol Pulang Senyap. Kode: A3-Lambda. Siapkan kendaraan di landasan pribadi. Tidak ada orang luar."
Ketiga, ia membuka ponsel satelit dan menghubungi Bryan langsung.
"Tuan, semuanya sudah disiapkan. Jet akan siap dalam tiga jam. Kita mendarat pukul dua dini hari waktu setempat." ucap axel dengan nada tenang .
" bagus , kau memang bisa diandal kan Axel " . Ucap Bryan
"pasti nya tuan" . Ucap axel di seberang telepon
"apa kau sudah menghubungi leon untuk menjemput?" .
"saya sudah menelpon nya tuan."
"Berapa banyak yang tahu tentang kepulanganku?" tanya bryan
"Hanya saya. dan Leon yang akan menjemput kepulangan anda tuan"
"Bagus. Pertahankan begitu. Dan Axel—" ucap Bryan diam sejenak
"Ya, Tuan?" ucap axel
"Pastikan rumah lama dibuka. Jika Valerius berniat bermain terang-terangan, maka kita akan memberinya panggung yang pantas."
"baik tuan sesuai perintah dari tuan" .
bryan memutus sambungan. Matanya tidak berkedip saat menatap layar laptop yang memunculkan citra drone kota mereka—pusat jaringan, titik konflik, dan satu lokasi yang ditandai merah: .
Ia menarik napas dalam.
gak salah Thor, harus nya klo kelas 10 itu sekitar usia 15 th ..
semangat nulisnya Thor 🥰
semangat nulisnya Thor 🥰🥰
penasaran dgn alur nya Thor..
semangat nulisnya ya 🥰🥰🥰