Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dengarkan suami mu
"Selamat pagi Pak!" sapa Marya dan Widuri bersamaan saat Kanzo melintas di depan mereka.
Kanzo hanya membalasnya dengan terseyum, tanpa menegur Marya sama sekali. Seolah olah Marya bukan istrinya.
'Dia sangat pandai menjaga imagenya.'
Marya membatin tanpa melepas pandangannya dari punggung Kanzo yang menghilang masuk ke dalam lif. Kanzo tidak menegurnya sama sekali, seolah olah mereka tidak memiliki hubungan apa pun. Padalah kemarin sore mereka baru melakukan hubungan suami istri.
"Gak usah gitu kali liatin suaminya" goda Widuri melihat pandangan Marya masih belum beralih dari lif, padahal Kanzo sudah tidak ada.
"Dia itu sangat pintar menyembunyikan busuknya" ucap Marya.
"Tapi busuknya kamu yang nikmati kan!" goda Widuri lagi.
Marya menghela napasnya, Widuri tidak tau aja, gimana sakitnya di tinggal setelah di perawani. Sakit banget hati Marya. Bahkan malam itu, keringatnya belum kering, napasnya masih memburu. Kanzo sudah langsung main kabur aja.
**
Pulang Kerja, Marya pulang ke rumahnya dulu. Karna barusan Kanzo mengirim pesan, kalau dia pulang malam. Marya pun kesempatan untuk melihat kondisi Ibu dan Adiknya.
"Ibu!" panggil Marya saat masuk ke rumah orang tuanya. Marya pun melangkahkan kakinya ke arah kamar Ibunya.
"Kamu gak langsung kerja?." Ibu Hayati tersenyum melihat putrinya pulang.
"Nanti Ibu, gak apa apa kata majikanku kalau aku pulang ke sini dulu. Aku kangen sama Ibu." Marya mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur dengan wajah berbinar.
"Ini aku beli buah untuk Ibu" ucap Marya meletakkan sekantong buah di pangkuan Ibunya.
"Emang kamu sudah gajian?. Dari mana uang beli buah sebanyak ini?." Ibu Hanyati memandang intens wajah Marya.
"Marya meminta setengah gaji di bayar di awal Bu" jawab Marya. Marya sudah memikirkan jawaban itu sepanjang jalan.
Ibu Hayati yang sempat curiga, menjadi tersenyum. Ia takut, putrinya itu di luaran sana melakukan hal yang melanggar hukum.
"Adi mengurus Ibu dengan baik kan?" tanya Marya.
"Baiklah, kan Ibuku juga!" seru Adi tiba tiba menyembulkan kepalanya dari balik horden.
Marya tersenyum, adiknya itu memang adik yang baik. Meski cowok tapi tidak nakal dan bandel.
"Ini, Kakak juga bawa makanan untukmu." Marya menyodorkan satu kantong plastik ke arah Adi.
"Makanan apa itu?." Adi mendekati Marya, langsung mengambil kantong berisi makanan itu dari tangan Marya.
"Lihat aja" jawab Marya.
Adi langsung mengeluarkan isi plastik itu, dan melihat isinya. Ternyata lauk untuk makan malam mereka.
"Besok pagi kamu gak usah masak. Biar Kakak yang masakinnya di sana" ujar Marya. Kasihan Adik laki lakinya itu, jika harus memasak pagi pagi.
"Apa gak masalah?" tanya Ibu Hayati, jika putrinya itu memasak untuk mereka di rumah majikannya.
"Kata majikanku boleh Bu. Gak apa apa katanya aku membawa makanan dari sana. Malah dia yang nyuruh" jawab Marya.
"Baik sekali majikanmu, Nak!. Ya Tuhan, semoga rezekinya semakin di mudahkan." Ibu Hayati mendoakan majikan putrinya itu.
Marya semakin menarik ke dua sudut bibirnya ke atas.
'Aku gak tau bagiamana reaksi Ibu, jika mengetahui majikanku yang sebenarnya adalah suamiku.'
Selesai makan malam bersama keluarganya, Marya pun segera berangkat, yang katanya berkerja tambahan menjadi pembantu.Tapi nyatanya jadi babu di atas kasur.
Sampai di basement apartement. Setelah memarkirkan motornya, Marya langsung masuk ke dalam lif untuk naik ke lantai teratas gedung itu, dimana unit apartement Kanzo berada.
Setelah pintu lif terbuka, Marya langsung keluar melangkah ke arah pintu apartement milik Kanzo, dan langsung membuka pintunya.
"Kenapa lama?"
Marya langsung terlonjak kaget sampai memegangi dadanya, mendengar suara Kanzo di ruangan itu.
"Aku makan malam bersama keluargaku" jawab Marya.
Kanzo berdiri dari sofa, mendekati Marya yang berjalan ke arahnya. Menarik pinggang wanita itu sampai menempel ke tubuhnya. Tanpa permisi langsung menyerang bibir wanita itu.
'Ya Tuhan!' batin Marya saat Kanzo mendorong perlahan tubuhnya sampai menempel ke dinding.
Bukan hanya menciumnya saja, tapi Kanzo juga memuaskan hasratnya di tempat itu, sampai puas dan membuat tubuh Marya tak berdaya.
Setelah selesai baru Kanzo mengangkat tubuh Marya dan membawanya ke kamar. Membaringkan tubuh Marya dengan sangat hati hati di atas tempat tidur.
"Trimakasih" ucap Kanzo mengecup kening Marya.
Kanzo pun segera membersihkan diri ke dalam kamar mandi, karna dia harus pulang ke rumah. Jangan sampai Bella, istrinya curiga padanya.
"Istirahatlah, aku harus pulang" pamit Kanzo yang sudah rapi dengan pakaiannya.
Marya yang bergulung di bawah selimut, hanya diam saja memandangi Kanzo yang menghilang di balik pintu. Tak terasa air matanya pun menetes merasakan sakit di hatinya.
'Dia benar benar menjadikanku hanya istri di atas kasur. Lihatlah, dia langsung pergi setelah menuntaskan hasratnya' batin Marya.
Pagi pagi, Marya sudah bangun. Ia pun langsung menbersihkan diri ke kamar mandi. Merapikan kasur lalu memasak untuk di bawa pulang.
Setelah selesai, Marya keluar dari apartement dengan membawa kotak makanan di tangannya. Hari masih sedikit gelap, Marya sudah melaju di jalan yang masih sepi bersama motornya.
Sampai di perusahaan, Marya langsung duduk di kursi kerjanya, di sana sudah ada Widuri sahabatnya.
Melihat Kanzo datang, Marya dan Widuri langsung berdiri. Tapi Kali ini Marya buang muka tanpa ikut mengucapkan selamat pagi pada bos perusahaan itu. Marya masih sakit hati atas sikap Kanzo yang terus meninggalkannya setelah memakannya.
Kanzo yang melihatnya tetap mengulas senyum, dari raut wajah Marya yang tak bersahabat, ia tau Marya sedang marah padanya.
Bagaimana lagi, Kanzo tak ingin hubungannya dengan Marya langsung tercium. Makanya terpaksa tadi malam ia langsung pulang.
**
Sore hari, Marya yang sedang membereskan meja kerjanya, tiba tiba mendengar telepon di depannya berbunyi. Marya langsung mengangkat gagak telepon itu, meski tau jika Kanzo lah yang menghubungi telepon kantor itu.
" Datang ke ruanganku setelah jam pulang kerja" ujar pria di balik telepon.
Marya tidak menjawab.
"Marya" panggil Kanzo karna Marya tidak bersuara.
"Iya Pak" jawab Marya.
"Dengarkan suami mu berbicara" ujar pria di balik telepon itu lagi.
"Iya" lirih Marya, matanya nampak berkaca kaca.
Suami?
Suami seperti apa?, pikir Marya. Suami yang menyembunyikan keberadaan istrinya. Suami yang menikahinya secara diam diam dan bahkan tanpa sepengetahuan orang tua Marya sendiri. Bahka Marya berpikir, pernikahan mereka tidak sah. Tapi tetap saja Kanzo membenarkan jika mereka sudah sah menjadi suami istri. Orang KUA yang menikahkan mereka juga bertanggung jawab akan hal itu.
"Aku tunggu, awas kalau gak datang" ancam Kanzo, kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Marya aku pulang duluan ya" pamit Widuri yang duduk di sampingnya.
"Iya, hati hati" balas Marya.
Setelah mereka melakukan cipika cipiki, Widuri langsung meninggalkan Marya yang menunggu semua para karyawan perusahaan itu pulang. Baru Marya akan naik ke ruangan Kanzo.
Setelah memastikan semua pulang, kecuali Haris dan Cici. Marya melangkahkan kakinya masuk ke dalam lif yang tidak jauh dari mejanya.
"Kenapa lama sekali?."
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab