NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 35 Makan bersama Senja

Keadaan meja seketika hening saat Senja meminta bergabung duduk dimeja mereka. Saat Senja memperkenalkan dirinya Vanya juga turut membalas memperkenalkan dirinya, ia tak mau dinilai tak sopan jika tak balas ramah pada cewek itu.

Senja memandang Devan yang menatapnya dengan sangat tajam padahal ia tak merasa membuat kesalahan sama sekali. Meminta izin untuk duduk pun ia diizinkan oleh Vanya, jadi Senja tak merasa jadi beban duduk disini.

"Devan dia pacar lo?" Tanya Senja kepo, bagaimana tidak kepo, sejak ia melihat Devan ada dikafe ini bersama seorang perempuan cantik plus suka mandang-mandangin cewek disampingnya ini, Senja jadi senang.

Kenapa bisa ia senang? Ya karena jika memang benar perempuan ini adalah pacar Devan ia tak akan jadi dijodohkan dengan Devan si emosian.

"Kepo banget sih lo, sana deh lo pergi aja, ganggu aja jadi orang."

"Gak mau, terserah gue dong mau disini. Gue ngadu ya sama mami lo kalau lo rese' sama gue," Ancamnya karena Devan terus mengusirnya padahal ia tak melakukan apa-apa.

"Sana ngadu aja!"

Mereka terus berdebat dan melupakan keberadaan Vanya yang duduk disana. Vanya yang merasa diabaikan rasanya ingin pergi saja dari sana. Menurut dari pandangannya, kelihatannya mereka berdua sudah dekat sekali. Tapi...tidak papa, toh Devan cuma sahabatnya.

"Permisi kak."

Pesanan mereka sudah datang tapi itu bukan Vegas. Pasti Vegas tak mau melayani mereka berdua lagi karena sikap ketus Devan tadi yang mengusir cowok itu.

"Eh anjir itu minuman gue!"

"Gue aus."

Devan mendengus kesal, mood makannya jadi hilang karena keberadaan cewek gila ini. Ganggu banget padahal ia ingin romantis-romantisan dengan Vanya.

"Pesan sana sendiri, jangan ganggu gue."

"Gak mau, gue maunya disini sama lo."

Uhuk

"Eh minum-minum," Devan langsung memberi Vanya minum bahkan berdiri dari duduknya dan mengelus punggung cewek itu. "Sudah enakan?"

Vanya mengangguk kecil setelah itu Devan kembali duduk di kursinya. Senja yang melihat bagaimana sikap Devan pada Vanya jadi tersenyum miring. Sikap Devan lembut sekali sama cewek yang duduk disebelahnya. Tapi sikap Devan pada Senja jangan ditanyakan lagi. Boro-boro lembut, di ajak makan aja gak pernah, kalau Senja bilang lapar pasti Devan cuma bilang 'ya makan, kan Lo punya tangan' beda sekali dengan Vanya.

"Lo pacar Devan?"

Vanya terdiam sejenak kemudian memandang Senja. Gelengan dari Vanya membuat mata Senja membulat sempurna.

"Bukan, kita sahabatan dari SMA."

Senja melihat Devan yang wajahnya jadi keruh. Dalam hati ia tertawa mengejek Devan, ternyata friendzone ya. Kasihan sekali, sukanya cuma diam-diam aja mana kayaknya gak pernah diungkapin lagi.

"Ohw sahabatan," Senja menekan kata sahabat dan melirik Devan lagi dengan senyum mengejeknya. "Tapi kalian romantis gitu."

"Senja," Panggil Devan memperingati cewek rabies ini. Lemes banget mulutnya, ngomong gak pake rem.

"Kenapa sih? Emosian banget kalau ngomong sama gue."

Devan membuang muka, wajahnya benar-benar kentara kalau ia tak nyaman dengan keberadaan Senja. Bukan apanya, Senja itu ceplas-ceplos orangnya. Satu kata yang keluar dari mulutnya, Devan bisa habis sudah. Rahasia-rahasia yang sudah ia tutup rapat selama ini bisa saja di ungkap sama cewek nyebelin itu saat ini juga. Makanya Devan takut sekali.

"Eh Vanya kan nama Lo?"

Saat Senja mengeluarkan suaranya, Devan jadi takut-takut barangkali ada sebuah ancaman untuknya.

"Iya."

"Gue mau bilang bdw Devan naksir Lo."

"SENJAYANI!"

•••

Setalah makan, Devan mengajak Vanya pulang, ia tak mau berlama-lama disini dengan Senja. Mumpung cewek rabies itu masih makan ini saatnya ia kabur dari Senja.

Devan menggandeng Vanya dan mengajaknya berjalan dengan cepat. Seketika matanya membola besar saat melihat keberadaan Senja terus memanggil-manggil namanya.

"Devan ih Senja manggil."

Vanya melepas paksa tangan Devan dan berhenti berjalan. Devan mengurut pangkal hidungnya frustasi dengan keadaan ini.

"Main kabur aja, gue mau bilang buka blokir nomor gue kalau enggak gue bakalan ngadu yang enggak-enggak sama mami lo."

Ancamnya sengit dan tak main-main. Senja baru sadar kalau Devan memblokir nomornya pada saat ia tersesat pulang dari latihan pancat silat. Padahal mami dari cowok itu sudah memberi pesan supaya mengantar jemput Senja karena Senja masih belum tahu jalan di Bandung.

"Gue bakal terima perjodohan itu."

"Lo gila!" Pekik Devan hingga beberapa pengunjung diluar menoleh padanya, namun Devan tidak peduli sama sekali. Cewek dihadapannya ini jauh lebih gila dari pikirannya.

"Baru sadar Lo."

"Oke-oke gue bakal buka blokir lo, puas!"

"Belum puas."

Vanya hanya meringis kecil melihat perilaku Senja yang berani sekali pada Devan.

"Sini dompet Lo."

"Lo mau apa anjir."

"Tuh lawan lagi sama gue, mau gue kroyok lo kayak kemarin-kemarin?"

"Oke fine!" Devan berbicara tak santai, ia keluarkan dompetnya kemudian memberikan pada Senja.

"Wih ada foto Vanya."

"Senja ya Allah," Ini bukan lagi gila tapi level tingginya gila tapi sebutannya apa, Devan tak tahu. "Kita pulang sekarang ayo, angin tornado bakal nyerang kita kalau kita lama-lama disini."

"Ha, maksudnya?" Tanya Vanya tak mengerti.

"Kita pulang."

Devan menarik Vanya pergi dari sana tak mau lagi berlama-lama dan membuat Vanya ikut gila berdekatan dengan Senja. Bisa-bisa rahasia terbesarnya terkuak jika lama-lama disana.

"Vanya Devan naksir sama Lo!"

Sepanjang mereka, pulang Vanya tak mengeluarkan suara apapun. Devan sejak tadi melirik cewek itu takut jika kelakuan Senja berdampak pada Vanya. Devan juga ragu dan bingung mau ngomong apa, kayak Devan terkesan seperti cowok yang takut kalau pacarnya cemburu, padahal mereka tidak punya hubungan lebih kecuali sahabatan. Oh lucu sekali dunia ini.

"Terimakasih ajakan malam ini," Vanya sudah ancang-ancang ingin turun namun tangannya sudah ditahan oleh Devan.

"Tunggu, gue anterin masuk ya."

"Gak usah, langsung pulang aja, kan sudah malam. Lagian gak baik juga buat cowok kayak lo ini nganterin gue." Cecar Vanya membuat Devan kebingungan. Vanya seperti tengah menyindirnya.

"Maksudnya?"

Vanya berdecak kesal, ia langsung saja mengambil tasnya kemudian turun.

"Pulang aja, besok-besok gak usah jemput gue."

"Va----"

BLAM

Devan tersentak dan kebingungan sendiri ditempatnya. Cewek itu sedang datang bulan kah atau lagi tidak mood saja gara-gara Devan yang memaksa cewek itu naik bianglala. Devan itu tidak tahu atau mungkin seluruh isi laki-laki dimuka bumi ini tidak bisa menebak isi kepala cewek jika sedang ngambek, kayak aneh saja. Apa susahnya ngomong jangan apa-apa tiba-tiba langsung ngambek.

"Mungkin lagi datang bulan."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
Risfani Nur: Halo terimakasih sudah membaca karyaku, tolong dukung terus karyaku ya terimakasih 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!