Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Nero menyiram tubuhnya di kamar mandi, meresapi rasa sejuk air yang mengalir di kulitnya.
Tidak satu pun tendangan dan pukulan anak-anak tadi sebelumnya yang melukai tubuhnya.
Ia takjub, namun kegembiraan seperti lenyap dari dirinya, ia seperti mati rasa. Mengingat apa yang ia lakukan kepada anak-anak itu, Nero menangis. Kenapa ia bisa menjadi begitu kejam, meskipun itu pantas mereka dapatkan, mereka berniat hendak mematahkan tulang dan kakinya, tetap saja ia merasa dirinya berlebihan, Nero merasa ada yang salah dengan dirinya.
Berganti pakaian, Nero duduk di depan meja belajarnya. Tatapannya jauh memandang kosong keluar jendela. Meraih ponsel ia menekan lagi nomer Nadia, setelah kesekian kalinya, tetap tidak ada jawaban.
Ia mengirimkan pesan,
[Aku tidak percaya kamu telah membenciku, tapi aku perlu penjelasanmu]
...
Ia berlari sekuat tenaga di dalam ruang dimensi. Sejak masuk ia tidak bicara dengan Eona, Eona terlihat duduk bersila di platform batu dengan mata terpejam, Nero tidak ingin mengganggunya.
Tidak mempedulikan rasa letih, Nero berlatih gila-gilaan, di ruangan ini ia merasakan sakit dan letih, namun dengan itu ia akan berkembang. Rasa sakit itu akan membuatnya tumbuh lebih kuat.
Ia terhuyung ketika mencapai batasnya, membiarkan tubuhnya terbaring. Merasakan kesedihan akan menyeruak lagi, ia merangkak ke kolam susu, membenamkan tubuhnya, dan rasa panas segera membakarnya.
Dalam kesakitan tubuhnya ia tidak memikirkan apa-apa, hanya rasa sakit itu sendiri, ia tidak menyukainya, namun itu lebih baik dari pada rasa sakit di hatinya.
Kemiskinan, karena aku miskin kalian semua berpikir aku tidak layak untuk kalian? Karena aku miskin kalian semua menganggap ku sampah? Suatu hari aku akan memiliki segalanya, aku akan lebih kaya bahkan dari orang tua kalian, jerit Nero dalam hati.
Ia mengatupkan gerahamnya, mengusir pikiran-pikiran melankolis dari kepalanya, ia hanya harus berjuang. Memikirkan hal-hal itu tidak akan membuatnya berjalan maju. Hanya dengan menjadi tegas dan kuat seseorang akan dapat meraih impiannya.
Keluar dari kolam susu Nero merasakan tubuhnya jauh lebih segar sekarang, sebagian tenaganya pulih dan ia berlari lagi, berlatih tanpa henti, ia butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya.
...
Nadia membenamkan kepalanya di bawah bantal, ia tidak bisa berhenti memikirkan Nero, bahkan tidak sedetik pun. Raut wajah sedih itu terus terbayang, Nero celingukan menunggunya di gerbang sekolah, kepalanya tertunduk di meja.
Nadia merasakan bagaimana anak itu terlihat sangat kebingungan.
Ia melihat ponselnya, belasan panggilan dari Nero, batinnya terkoyak, ia menangis lagi.
Di dalam hati, ia terus menguatkan diri, ini semata-mata hanya untuk kebaikan Nero, ia sama kesakitannya dengan laki-laki muda itu, namun hanya butuh bertahan beberapa hari kemudian semuanya akan kembali baik-baik saja.
Bukankah Nero hanya butuh beberapa hari, atau jika benar seperti yang dikatakannya, hanya perlu satu hari untuknya lupa kepada Rizka, begitu pun kepadaku, pikir Nadia. Nero akan segera terbiasa dan melupakan dirinya.
...
Bagian barat kota, di satu area yang dikatakan pemukiman kumuh, dinamakan Sudut Legam, beberapa menyebutnya kampung legam. Adalah daerah dengan kriminalitas tertinggi. Perdagangan obat terlarang, narkoba dan para perampok bersarang di sini.
Dinamakan Legam karena sejarahnya yang hitam, dengan banyaknya berita berita kejahatan jika di bandingkan dengan bagian wilayah lainnya, sudut legam menyumbang empat dari lima berita kejahatan di seluruh kota, meskipun begitu, beritanya sering dilebih-lebihkan untuk mencari penonton atau pembaca.
Tempat itu sendiri memang terlalu padat, banyaknya gedung-gedung bertingkat yang dijadikan tempat pemukiman. Kebanyakan orang-orang yang bekerja di seluruh kota tinggal di sana, menyewa apartemen, hanya sebutan, karena sebenarnya apartemen tersebut hanyalah kamar berukuran 4 x 4 dengan sebuah kamar mandi, lebih hanya seperti sebuah kamar kos-kosan.
Seorang gadis berusia sekitar dua puluhan, turun dari ojek yang ditumpanginya. Ia menyeberang jalan dan menyusuri gang di antara bangunan ruko, biasanya gadis itu tidak pernah pulang selarut ini namun karena banyaknya pelanggan yang datang ke tempatnya bekerja, membuatnya harus lembur dan pulang agak larut.
Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan di belakangnya, ketika ia menoleh, terlihat seorang laki-laki berlari ke arahnya. Karena jalan yang remang, wajah pria itu tidak terlihat jelas, di belakang laki-laki itu dua orang berbadan tegap berlari mengejarnya, gadis itu terkejut lalu bergegas ke pinggir, untuk membiarkan orang tersebut lewat.
"Berhenti atau kami tembak," terdengar suara teriakan.
Laki-laki itu terlihat panik, sejenak gugup matanya segera menemukan seorang gadis yang merapat ke dinding. Tanpa pikir panjang ia mengejar gadis itu dan memegang tangannya.
Gadis itu berteriak ketakutan, "Tolooong ... jangann!" Ia meronta berusaha melepaskan diri.
"Jangan bergerak, aku tidak akan melukaimu," kata laki-laki itu, kemudian mengambil sesuatu dari pinggangnya dan memeluk leher gadis itu dari belakang. Gadis itu sangat ketakutan, ia merasakan benda tajam menempel di pinggangnya.
Dua orang yang mengejar bergegas menghampiri, salah satunya menodongkan sepucuk pistol.
"Jangan mendekat, atau aku lukai gadis ini," ancam laki-laki yang dikejar.
Pengejar itu yang sepertinya dua orang polisi, saling pandang. Dengan hati-hati mereka memperhitungkan keadaan, laki-laki yang memegang gadis itu terus bergerak mundur, ia terus mengancam kedua polisi itu agar jangan mengikutinya. Kedua polisi itu mempertahankan posisi mereka dan tidak berani gegabah, mereka tidak ingin warga terluka.
Setelah mundur agak jauh, tiba-tiba bayangan hitam jatuh meluncur dari atas ruko. Merasakan ada gerakan dari atas, laki-laki itu mendongak, ia melihat telapak sepatu begitu dekat datang menuju wajahnya.
Duuaaakkk!
Tendangan itu tepat menimpa mukanya, pandangannya kabur. Merasakan pegangannya melonggar, gadis yang ketakutan itu berontak dan melepaskan diri, berlari menjauh ke belakang kedua polisi.
Perlahan tubuh laki-laki yang menyandera perempuan tadi roboh dan tumbang ke tanah, ia pingsan seketika. Di dekatnya berdiri seorang berpakaian hitam dengan kepala tertutup, masker hitam di wajahnya sehingga yang terlihat hanya bagian matanya.
Kedua polisi itu bergegas mendekat, namun pria berpakaian hitam itu segera melompat naik ke dinding, dan menghilang di kegelapan malam.
Kedua polisi itu saling pandang, berjongkok dan memeriksa buruan mereka yang pingsan.
...
Nero terus berkeliling dikawasan sudut legam, memperhatikan jika ada sesuatu yang menarik, ia mendengar banyak hal, suara suami istri bertengkar, suara pemabuk bernyanyi sambil memainkan gitar, beberapa orang bermain domino di kedai kopi. Ia mendengarkan semuanya dengan wajah murung.
...
Besok paginya muncul berita, ada pahlawan yang membantu pihak kepolisian menangkap buronan yang telah diburu selama lebih dari seminggu di kawasan legam.
Gerakan pahlawan itu begitu cepat dan melumpuhkan penjahat dengan satu gerakan.
Dikabarkan pahlawan itu memiliki
kemampuan super yang bisa menghilang dalam sekejap, lalu siaran TV lainnya mengabarkan berita yang sama dengan menyebutkan ada pahlawan berlengan enam membantu pihak kepolisian menangkap penjahat. Pahlawan itu memakai topeng kura-kura ninja dan memiliki kekuatan super bisa terbang seperti superman.
Dan muncul lagi TV lainnya mengabarkan ada vampire bersayap yang membantu kepolisian...
...