Neo terbiasa hidup dalam kekacauan.
Berantem, balapan liar, tawuran semuanya seperti rutinitas yang sulit ia hentikan. Bukan karena dia menikmatinya, tapi karena itu satu-satunya cara untuk melampiaskan amarah yang selalu membara di dalam dirinya. Dia tahu dirinya hancur, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak peduli.
Setidaknya, itulah yang dia pikirkan sebelum seorang gadis bernama Sienna Ivy masuk ke hidupnya.
Bagi Neo, Sienna adalah kekacauan yang berbeda. Sebuah kekacauan yang membuatnya ingin berubah.
Dan kini, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dikirim ke Swiss jauh dari Sienna, jauh dari satu-satunya alasan yang masih membuatnya merasa hidup.
Sienna tidak terima. "Biar aku yang atur strateginya. Kamu nggak boleh pergi, Neo!"
Neo hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis itu begitu gigih memperjuangkannya.
Tapi, bisakah mereka benar-benar melawan takdir?
Yuk, kawal Neo-Siennaꉂ(ˊᗜˋ*)♡
Update tiap jam 14.59 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CYTT(Part 14) Operasi Membujuk Neo
Happy Reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Namun, Sienna harus menelan kekecewaan lagi. Neo masih belum mau mengangkat panggilannya.
Sienna mendesah pelan, menatap layar ponselnya yang kembali menunjukkan panggilan tidak terjawab. Tapi, menyerah bukan sifatnya. Kalau Neo berpikir dia akan berhenti hanya karena ini, maka dia jelas salah besar.
Sebuah ide mulai terlintas di benaknya, membuat senyum jahil muncul di wajahnya. "Oke, aku kasih kamu waktu buat sendiri dulu," gumamnya sambil meletakkan ponselnya di atas meja. "Tapi habis ini, lihat saja, Tuan Neon Blaze. Aku nggak akan tinggal diam."
Dengan semangat baru, Sienna bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. "Tapi sebelum menjalankan rencana, aku harus tampil secantik mungkin" katanya pada dirinya sendiri, siap untuk melakukan aksinya.
Saat Sienna sibuk mempersiapkan diri, Neo justru menikmati waktu istirahatnya. Saat ini, dia tengah tertidur lelap di kamarnya.
Setelah membersihkan diri, Neo awalnya berencana menelepon Sienna. Amarah dan cemburu yang tadi membakar hatinya perlahan mereda setelah air dingin mengguyur kepalanya. Dia sadar, tidak seharusnya melampiaskan emosinya pada Sienna, terlebih karena semua itu bukan kesalahan yang disengaja.
Namun, saat melihat jam, Neo menyadari bahwa Sienna masih berada di sekolah. Akhirnya, dia memilih untuk kembali tidur, berpikir akan menghubungi gadis itu nanti.
Sayangnya, Neo lupa satu hal, ponselnya masih dalam mode senyap sejak dia mematikan panggilan dari Sienna tadi. Akibatnya, semua panggilan dan pesan dari Sienna tidak terdengar, membuat gadis itu semakin gelisah tanpa Neo sadari.
Sienna akhirnya selesai dengan ritual bersih-bersihnya. Dengan rambut yang masih sedikit lembap, dia melangkah menuju balkon kamar, membawa laptop di tangannya.
Duduk di sofa favoritnya, Sienna membuka laptop dan mulai merancang rencana untuk membujuk Neo. Jika pacarnya itu masih bersikeras mendiamkannya, maka Sienna harus mengambil langkah ekstra. Dia tidak bisa membiarkan hubungan mereka renggang hanya karena kesalahpahaman.
Seiring waktu berlalu, Sienna begitu larut dalam persiapannya hingga tidak menyadari bahwa langit telah berubah. Matahari perlahan menghilang, digantikan dengan pancaran lembut cahaya bulan. Udara sore yang mulai sejuk membelai wajahnya, tapi hatinya tetap gelisah.
Dengan napas panjang, Sienna menatap layar laptopnya. "Oke, Neo, kalau ini masih nggak berhasil... aku beneran bakal nyusul kamu ke Swiss," gumamnya dengan tekad bulat.
Jika Sienna mulai merasa lega karena rencananya berjalan sesuai harapan, lain halnya dengan Neo yang justru dikejutkan oleh kedatangan Noah.
Awalnya, Neo mengira kehadiran asistennya itu adalah bagian dari tugas yang sudah dijadwalkan oleh Papanya. Namun, begitu Noah berbicara, Neo langsung dibuat terkejut.
"Kekasih Tuan Muda meminta saya untuk membelikan makanan ini, dan ini catatan kecil dari kekasih Anda" ucap Noah sambil menyerahkan sebuah paperbag berisi makanan dan secarik kertas kecil.
Neo mengerutkan kening, menerima catatan itu dengan sedikit ragu. Dengan cepat, matanya menangkap tulisan tangan yang sangat dikenalnya:
Biar kamu nggak marah terus, makan dulu ya :)
Neo menghela napas, sudut bibirnya hampir saja tertarik membentuk senyuman. Ternyata, Sienna masih mengira dia marah.
Setelah Noah pergi, Neo segera meraih ponselnya. Matanya sedikit melebar saat melihat banyaknya pesan dan panggilan tak terjawab dari Sienna yang sama sekali tidak dia sadari. Pantas saja gadis itu sampai mengirim makanan untuknya.
Belum sempat dia membuka satu per satu pesannya, tiba-tiba muncul notifikasi baru. Sebuah pesan dari Sienna, kali ini bukan sekadar teks melainkan tautan ke sebuah playlist lagu.
Neo mengernyit penasaran sebelum akhirnya jari-jarinya secara refleks mengetuk tautan yang dikirimkan Sienna, dan dalam hitungan detik, sebuah playlist terbuka.
"Playlist Pengingat Kalau Aku Sayang Banget Sama Kamu."
Sejenak, Neo terdiam sebelum akhirnya menggeleng kecil, senyum tipis terukir di wajahnya. Gadis itu memang selalu punya cara untuk menyentuh hatinya, bahkan saat dia sedang mencoba bersikap dingin.
Dengan sekali klik, Neo memutar lagu pertama di playlist tersebut. Melodi lembut mengalun, membawa serta rasa hangat yang perlahan mengikis sisa kekesalannya.
Sienna... memang selalu tahu bagaimana cara membuatnya luluh.
Setelah puas mendengarkan lagu-lagu yang dikirimkan Sienna, Neo akhirnya memutuskan untuk melakukan panggilan video. Hanya butuh beberapa detik sebelum wajah cantik Sienna muncul di layar ponselnya.
"Akhirnya!" seru Sienna dengan wajah berbinar. Bagaimana tidak? Hampir setengah hari dia dibuat resah oleh sikap diam Neo.
Neo terkekeh pelan melihat ekspresi kesal sekaligus lega di wajah gadis itu.
"Kamu udah maafin aku?" tanya Sienna langsung, tanpa basa-basi.
Neo menaikkan alis. "Memangnya siapa yang marah?" balasnya santai.
Sienna mengerutkan kening, bingung dengan jawaban Neo. "Ya kamu lah! Buktinya aku telepon dari tadi gak diangkat, chat juga gak dibalas," sahutnya dengan nada penuh tuntutan.
Neo terkekeh pelan melihat ekspresi kesal sekaligus manja dari Sienna. "Aku nggak marah, sayang. Aku cuma..." Neo menggantungkan kalimatnya sejenak, lalu menghela napas. "Aku ketiduran, dan ponselku masih dalam mode senyap."
Sienna mendelik, bibirnya mengerucut. "Jadi aku panik setengah mati, sedih, hampir mewek... cuma gara-gara kamu ketiduran?"
Neo mengusap tengkuknya, merasa sedikit bersalah. "Hehe... maaf?"
Sienna mendecak kesal, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa lega di matanya. "Ya ampun, Neo! Aku sampai harus ngirimin makanan, bikin playlist, dan kamu malah enak-enakan tidur?"
Neo tertawa kecil, menikmati bagaimana Sienna tetap terlihat menggemaskan bahkan saat kesal. "Tapi aku suka playlist-nya," ujarnya, mencoba menenangkan gadis itu. "Dan makanannya juga enak. Makasih, ya."
Sienna mendesah, tapi kali ini dengan senyuman kecil di bibirnya. "Ya udah, lain kali jangan ngilang lagi, ya. Aku beneran khawatir."
Neo menatapnya dengan lembut. "Iya, aku janji. Aku nggak akan bikin kamu khawatir lagi."
Akhirnya, keduanya saling menatap dalam keheningan yang nyaman, menikmati momen kecil ini meskipun terpisah oleh jarak.
Sienna baru tersadar kalau dia melewatkan makan malamnya saat Neo tiba-tiba bertanya, "Kamu udah makan?"
Dia nyengir kecil, merasa bersalah. Neo, yang langsung mengerti, hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
"Kamu kirimin makanan buat aku, tapi kamu sendiri malah lupa makan?" tegur Neo dengan nada tegas.
Sienna tersenyum canggung. "Hehe, maaf sayang, aku lupa. Sekarang aku bakal makan, tapi kamu temenin ya?" rayunya, berusaha meluluhkan Neo.
Di seberang sana, Neo hanya bisa menghela napas, menyerah pada gadisnya yang memang selalu punya cara untuk membujuknya.
Tanpa menunggu lama, Sienna keluar dari kamarnya sambil tetap memegang ponselnya. Saat sampai di dapur, dia menemukan Bik Lastri masih di sana.
Bik Lastri melirik Sienna sekilas sebelum menyindir, "Segitu galaunya ya, Non, sampai lupa makan?"
Sienna baru saja membuka mulut untuk membantah ketika tiba-tiba suara lain terdengar dari ponselnya.
"Siapa yang galau, Bik?" tanya Neo dari seberang, suaranya terdengar jelas, sukses membuat Bik Lastri terkejut.
Wanita paruh baya itu menoleh ke arah ponsel Sienna sebelum tertawa kecil. "Waduh, ketahuan deh!"
Namun, tanpa ragu, dia melanjutkan, "Itu lho, Den. Pacarnya Aden ini tadi pulang-pulang wajahnya lesu banget. Katanya sih, raganya aja yang sampai rumah, tapi pikirannya masih nyangkut di Swiss. Tapi begitu tahu ada yang nganterin boneka sama bunga, langsung ceria lagi!"
Sienna melotot ke arah Bik Lastri, sementara Neo di seberang sana justru tersenyum kecil.
"Bik, jangan diceritain dong!" protes Sienna dengan pipi yang mulai merona.
Neo terkekeh pelan. "Oh, jadi gitu? Aku kira tadi kamu cuma akting."
Sienna mendengus kesal, tapi Neo hanya menatapnya dengan penuh sayang. "Udah, makan dulu. Aku temenin."
Mau tak mau, Sienna menurut. Sementara itu, Bik Lastri hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua.
»»——⍟——««
Hallo semua✨
Sebelum makasih udh mampir🐾
Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐
Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan. Oke see you semua!(◠‿◕)