NovelToon NovelToon
BAKSO KALDU CELANA DALAM

BAKSO KALDU CELANA DALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Selingkuh / Playboy / Penyesalan Suami / Mengubah Takdir
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Sri dan Karmin, sepasang suami istri yang memiliki hutang banyak sekali. Mereka menggantungkan seluruh pemasukannya dari dagangan bakso yang selalu menjadi kawan mereka dalam mengais rezeki.
Karmin yang sudah gelap mata, dia akhirnya mengajak istrinya untuk mendatangi seorang dukun. Lalu, dukun itu menyarankan supaya mereka meletakkan celana dalam di dalam dandang yang berisikan kaldu bakso.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SRI MULAI RESAH

"Eess ess ess essrriiiiii?" Karmin terbata, ia sedikit tersentak.

CLEGUK.

Pria itu menelan saliva dengan susah payah karena saya kaget dan rasa syok yang datang menyergap dengan barbar.

"Habis ngapain, Mas ..., kok mau mandi besar segala?" Sri mencebik. Nada bicaranya terdengar judes. Begitulah dia.

"Habis anu, Sri. Apa ya itu, anu itu lho. Aku cuma habis me—"

"Habis mengocok burungmu ya?" Sri nampak nyengir.

Wajah Karmin yang tadinya sudah nampak kaku dan melongo, kini mendadak nyengir kuda juga. "Oh iya, iya. Tadi aku ngo00cok manukku karena aku lagi pengen. Hehehe." Dia terkekeh garing.

"Lagi pengen? Halah bohong. Buktinya kemarin malam aku ajak, kamu malah menolak. Huuuh! Semalam kamu juga menolak, thooh?" Wanita gemuk itu berdecak kesal.

"Ya kan itu lagi capek, Dek." Karmin mengerucutkan bibirnya hingga panjang.

"Oh gitu?"

"Iya, Dek. Dah lah, jangan bawel! Nanti aku cip*k, lhoh! Heheheh."

"Heeemm, ya wes. Mandi sana, dari pada nanti aku perk*sya lhoh!" Sri berkedip pelan.

Karmin pun tertawa kuda, lalu segera masuk ke dalam kamar mandi dengan cekatan.

"Bakso! Sri ... bungkus!" Tiba-tiba ada seorang pembeli memanggil. Sri langsung keluar dan tak lupa memasang wajah ramah untuk para pelanggan tercinta.

Ada seorang pembeli yang sudah berdiri di depan gerobak bakso. Sri menghampiri gerobaknya dan segera membungkus isian apa saja yang pembeli inginkan.

"Campur kah, Mbak?"

"Iya, Sri. Campur. Enam bungkus."

"Oyi, Mbak."

Saat Sri tengah sibuk meracik isi bakso, ekor matanya tiba-tiba menangkap pergerakan seorang wanita yang tengah memasuki warungnya dengan langkah gontai.

"Eh, Bawon. Mau nagih setoran kah? Kemarin aku udah mencicil sampai seminggu lhoh." Sri mendengkus saat melihat ada si rentenir kampung yang sudah berdiri di sampingnya.

"Ya elah, sensitif amat sih? Aku ke sini untuk membeli bakso, Shaay." Bawon nampak tersenyum. Tangannya yang lentik mencubit pipi Sri yang bulat seperti bakpao isi kacang ijo.

"Kirain kamu mau nagih lagi." Sri mencebik.

"Duh, Sri. Tenang saja. Aku gak akan menagih kamu. Karena kamu adalah member yang solid dan bagus track recordnya, heheheh." Bawon terkekeh pelan.

"Pembayaranmu benar-benar lancar jaya," tandasnya.

Sri pun nampak tersenyum kecut. Dia memang tidak begitu suka dengan kehadiran Bawon, karena si rentenir itu jarang berucap manis saat berurusan tentang utang piutang. Bawon seringkali menjadi orang yang mulutnya pedas dan tajam jika menagih perkara cicilan uang dapin (dana pinjaman).

Bawon juga jarang membaur atau mengobrol dengan para tetangganya kecuali prihal utang. Itulah sebabnya, beberapa warga merasa aneh jika tiba-tiba Bawon datang dan mengajak bercengkrama tanpa embel-embel pembicaraan menuju ke pembahasan tentang hutang.

Terkadang, di pagi buta saat adzan subuh baru usai berkumandang, Bawon sudah mendatangi para pelanggannya untuk menagih cicilan di hari itu. Itulah yang membuat Sri tidak begitu senang berdekatan dengan Bawon. Jika bukan karena hutang Karmin dan hutang Mak Satupa, Sri tidak akan sudi berinteraksi dengan rentenir kampung itu.

"Aku mau pentol jumbo yang sepuluh ribuan satu, kasih lontong 3. Lapar nih." Bawon mengeraskan suaranya.

Sri mengangguk, lalu ia mulai menyiapkan pesanan pelanggannya tersebut.

"Tumben kamu sarapan bakso?" ucapnya dengan ketus.

"Ya elah, Sri. Judesmu itu dari jaman sepur lempung sampai jaman sepur baja masih saja gak ketulungan." Bawon terkekeh.

"Lah? Kan memang kamu gak pernah sarapan bakso, Won!"

"Makanya ... ini aku pesen lontong tiga buah, kan sebagai gantinya nasi, biar kenyang, weekekek." Bawon terkekeh lagi.

"Biasanya kamu sarapan di warungnya Mak Rupiah." Sri masih nampak belum puas dengan jawaban-jawaban Bawon.

"Mak Rupiah gak jualan udah dua hari ini, Sri. Anaknya masuk ke rumah sakit." Rentenir itu mendongak seraya meraih bakso yang Sri sodorkan.

"Lhoh? Nurul?"

"Iya, Sri."

"Sakit opo si Nurul?" Sri memicing penasaran.

"Habis di-chy@buLLie sama dukun."

"Wooooh! Astagah! Kamu ini  Ojo ngawur, Won!"

"Lah, ini serius, Sri. Nurul iku kan kerjanya di kota. Terus dia menjadi simpanan om-om gitu. Gosipnya sih dia memasang pengasihan atau semacam apa ya ... semacam ajian-ajian yang bisa menarik perhatian lawan jenis deh, semacam lintrik lah."

"Terus?" Sri nampak antusias sekali menyimak ucapan Bawon.

"Nurul itu mendatangi seorang dukun di daerah Gunung K@wi sana. Kabarnya, dia mendapatkan banyak sekali mantra-mantra yang bisa memikat banyak pria. Tapi ... Dukun itu meminta agar Nurul mau melakoni sebuah ritual di rumah si dukun. Nah, Nurul mengiyakan saja, karena dia butuh pelet-pelet dan ajian-ajian yang dijanjikan oleh si dukun tua tersebut." Bawon nampak bercerita dengan fasih.

"Terus, terus?" Sri tiba-tiba merasa ingin sekali mendengar penjelasan lebih lanjut dari Bawon tentang kejadian rincinya.

"Dan ternyata, Sri ..., Nurul itu dichya@@—buLLiie oleh dukun tua tersebut. Nurul dimasukkan ke dalam sebuah kamar, kemudian lampunya dimatikan dan dukun itu mulai menj*mah t*buh Nurul dengan k*sar. Awalnya sih bilangnya mau mengadakan ritual suci." Bawon menjelaskan semuanya dengan bibir yang dimonyong-monyongkan, sehingga semua rahasia yang ia ketahui ... terlontar dengan meletup-letup.

Mendengar cerita Bawon, dada Sri terasa amat ngilu. Dia tiba-tiba mengingat bagaimana Karmin melakukan hub*ngan badan dengannya saat menginap di rumah Mbah Samijan. Jantung Sri berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada perasaan khawatir yang tiba-tiba datang menyelimuti. Ada rasa curiga yang tiba-tiba memenuhi kepala wanita itu. Sri bahkan terperangah saat Bawon melanjutkan ceritanya.

"Won, Terus bagaimana kabar Nurul sekarang? Apakah dia mengalami luka di badannya, atau sejenis rasa sakit yang ditimbulkan oleh perbuatan m*syyum dukun tersebut?"

"Nurul sekarang berada di rumah sakit. Dia merasa ketakutan setelah menyadari bahwa dukun tersebut telah mengg*gahinya tanpa meminta izin terlebih dahulu." Bawon melanjutkan.

DEGH!

Dada Sri berdetak kencang dan langsung bertalu-talu.

"Sing genah, Won! Jangan nakut-nakutin ah. Aku merinding mendengar ceritamu."

"Aku pun juga merinding saat mendapatkan cerita dari orang-orang di sekitar rumah Nurul tadi," kata Bawon.

"Sebenarnya Nurul tidak mendapatkan rasa sakit di sekujur tubuhnya setelah dik*wini oleh dukun c*bhuul itu. Nurul hanya merasa jijik dan trauma," tandasnya.

"Trauma gimana, Won?"

"Nah, ketika ritual sedang berjalan. Saat Nurul sedang memejamkan mata karena sedang melayani para bangsa lelembut, katanya. Nurul merasa curiga dengan apa yang sedang dia alami." Bawon nampak sangat antusias dalam menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa tetangganya yang bernama Nurul itu.

"Dan .... di tengah-tengah permainan r*njang itu,  Nurul tiba-tiba merasa bahwa semuanya tidak beres. Dia langsung meraba sesuatu di sekitar tubuhnya dan mencari keberadaan handphone miliknya. Lalu ... ia menyalakan lampu flash dan mengarahkan lampu tersebut ke wajah pria yang sedang menungganginya. Nurul menjerit histeris saat mengetahui bahwa wajah si dukun tua renta itulah yang sedang berada di hadapannya saat itu."

BRUKKK.

Bokong Sri menabrak gerobak baksonya. Untung saja tidak terjadi apa-apa dengan gerobak tersebut.

"Lapo, Sri? Kok kamu sampai tergopoh-gopoh begitu? Kamu jangan terlalu menghayati ceritaku, heheheh." Bawon terkekeh kemudian menancapkan sebuah garpu ke dalam pentol jumbo yang berada di hadapannya.

"Won, jadi ... ritual suci yang dilakukan di rumah si dukun itu ... ternyata ritual untuk melayani nafsu bej*at dukun tersebut?" Wajah Sri nampak memerah.

"Ya, ritualnya memang se-menjijikkan itu." Bawon mencebik.

"Dih, amit-amit jabang tai! Kalau aku sih lebih baik menjadi janda seumur hidup atau menjadi perawan tua saja tidak apa-apa ..., yang penting tidak melayani nafsu bejat dukun cabul," tandasnya.

Sri terdiam sesaat. Dia mengecap ludahnya berulang kali. Badannya mendadak terasa panas dingin dan gemetar hebat. Mengingat bagaimana ritual di rumah Mbah Samijan kemarin malam ... benar-benar membuat tubuhnya serasa lemas dan lunglai.

"Terus dukunnya bagaimana sekarang, Won? Apakah dukun itu bertanggung jawab saat mengetahui bahwa Nurul trauma sampai masuk ke rumah sakit?"

"Tidak. Katanya sih dukun itu malah mengancam Nurul dan keluarganya. Nanti lah, aku ceritain yang lebih lengkap lagi, sekarang aku masih mau memakan bakso. Heheheh." Rentenir kampung itu terkekeh dan melanjutkan sarapannya.

Sri berjalan pelan seraya menjauh dari keberadaan para pelanggannya yang sedang menikmati bakso. Dia masuk ke dalam rumahnya dan terduduk di lantai dengan lutut bergetar.

"Apakah ritual di rumah Mbah Samijan itu juga sama seperti ritual dukunnya si Nurul?"

"Apakah dukun yang Nurul datangi itu sama seperti dukunnya Mas Karmin?"

"Apakah selama ini aku juga melayani nafsu bejat si dukun ch@**bbul?"

Dia mengusap air wajahnya berulang kali. Debaran di dalam dadanya benar-benar membuat jantungnya serasa ingin melompat keluar.

"Apakah ada yang Mas Karmin sembunyikan dariku?" Wanita gemuk itu mendengkus pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!