"Dia adalah Putri dari Keluarga Jun, yang baru kembali setelah menempuh studi di luar negeri.
Di hari pertunangannya, tunangannya mengkhianatinya dengan bersama adik tirinya.
Tanpa banyak bicara, dia langsung mematahkan kaki sang tunangan.
""Dulu pernah kukatakan, jika kau berani mengkhianatiku, akan kubuat kau menjadi orang cacat."""
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khánh Linh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Jun Jiu memeluk Mo Lin untuk waktu yang lama sebelum melepaskannya. Dia menatapnya, ada sedikit luka di tubuhnya, jelas sesuatu telah terjadi.
Mo Lin melihat pakaian tipisnya yang basah, dia mengerutkan kening, suaranya sedikit menegur.
"Apakah kamu tidak tahu bahwa kamu masih sakit? Mengapa kamu berpakaian begitu tipis?".
Dia melepas jaketnya dan meletakkannya di bahu gadis itu, mengambil payung sekretaris di belakangnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"Bagaimana jika penyakitmu kambuh lagi?".
Jun Jiu memandangnya dan bertanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?".
"Ada sebuah mobil yang selalu mengikuti kita, dan saat sampai di jembatan ini, mobil itu mulai melaju ke arahku, melihat kecepatannya jelas ingin mengambil nyawaku, untungnya sekretarisku menghindar, mobil itu menabrak mobil lain, menyebabkan orang lain kehilangan nyawa. Mobilku menabrak pagar, teleponnya juga jatuh dan rusak. Awalnya aku berencana menggunakan ponsel sekretaris untuk meneleponmu, tetapi ponselnya kehabisan baterai. A Jiu, membuatmu khawatir".
Jun Jiu mengepalkan tangannya, amarah muncul di matanya. Dia pasti tidak akan melepaskan orang di balik ini.
Malam itu, sepulang dari rumah, Jun Jiu segera menelepon Shen Tong untuk menyelidiki kecelakaan mobil Mo Lin.
Mo Lin mendekatinya dan memeluknya dari belakang.
"Kamu belum sepenuhnya pulih, sangat dingin di luar balkon, masuklah".
Jun Jiu berbalik untuk menatapnya, dan dengan lembut mengangguk.
Mo Lin mengangkat tangannya dan menyisir rambutnya ke belakang telinganya, suaranya lembut.
"A Jiu-ku sangat patuh. Kamu masih sakit, atau haruskah pernikahan besok ditunda?".
"Tidak perlu, lanjutkan seperti biasa".
Mo Lin sepertinya teringat sesuatu, dia berbalik dan mencari sesuatu di sakunya. Dia mengeluarkan sebuah kotak beludru dan berjalan ke arahnya.
Dia membukanya, di dalamnya ada sepasang cincin berlian, cincin wanita memiliki sepasang kupu-kupu, yang satu besar dan yang lainnya kecil.
"A Jiu, apakah kamu menyukainya?".
Jun Jiu mengambil cincin itu, sudut bibirnya membentuk senyuman.
"Aku sangat menyukainya".
Keesokan harinya, Jun Jiu mengenakan gaun pengantin putih, mengenakan kerudung, dan berjalan ke altar bersama Mo Lin.
Di sekelilingnya terdengar pujian.
"Mo Zong dan istrinya sangat cocok".
"Mereka pasti pasangan paling cantik di Hua Qing".
"Sangat mengagumkan".
Upacara berjalan sangat lancar, cincin pernikahan kupu-kupu dikenakan di jari manisnya.
Keduanya berciuman di tengah tepuk tangan selamat dari semua orang di sekitarnya.
Malam itu, Jun Jiu baru saja keluar dari kamar mandi ketika dia melihat Mo Lin berbaring miring di tempat tidur menunggunya.
"A Jiu, kemarilah". Mo Lin mengulurkan tangannya ke arahnya.
Jun Jiu menyeka rambutnya sambil berjalan melewati Mo Lin, berjalan menuju meja kerja.
"Aku tidak bisa selama beberapa hari ini, aku sedang menstruasi".
Mo Lin terkejut, gerakannya membeku di tempat. Tak disangka di malam bulan madu, dia tidak bisa menyentuhnya.
Dia menghela nafas tak berdaya dan berjalan mendekatinya.
"Kalau begitu, haruskah kita tidur sambil berpelukan? Hanya berpelukan saja".
"Tidurlah duluan, aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaan".
Ponselnya berdering, sebuah pemberitahuan pesan. Mo Lin mengambilnya dan melihat pesan dari sekretarisnya.
"Mo Zong, telah ditemukan orang di belakangnya, itu adalah Mo Yuan Shao Ye. Mo Zong, sepertinya orang-orang Nyonya juga telah menyelidikinya, apakah perlu menangani Mo Yuan juga?".
Mo Lin meliriknya, tersenyum ringan, dan membalas pesan tersebut.
"Tidak perlu".
Ponsel Jun Jiu juga berdering saat ini. Dia menjawab, suara Shen Tong terdengar.
"Jun Zong, sudah ditemukan, itu Mo Yuan".
Wajah Jun Jiu menjadi serius, matanya menjadi dingin.
"Aku tahu".
Dia mematikan telepon, merasakan tatapan pria itu, dia menatapnya.
"Kamu sudah tahu".
Sorot matanya memberitahunya bahwa dia sudah tahu tentang apa yang baru saja mereka bicarakan di telepon.
Mo Lin meletakkan tangannya di belakang kursi tempat Jun Jiu duduk, membungkuk dan menatapnya.
"Hanya sedikit lebih awal darimu".
"Bagaimana menurutmu?".
Jun Jiu yakin Mo Lin tidak akan membiarkan orang yang menyakitinya pergi, meskipun orang itu adalah keponakannya. Berani bertindak terhadapnya harus menerima konsekuensinya.
"Aku akan mendengarkanmu, kamu ingin bagaimana, lakukanlah seperti itu".
Jun Jiu tersenyum ringan, dia sengaja menekankan dua kata "mengajar".
"Baiklah. Kalau begitu kali ini aku harus berhati-hati dalam mendidik keponakan ini".
Di vila rumah Mo Yuan, Mo Xiao menamparnya dengan keras.
"Dasar bodoh, mengapa kamu menyerang Mo Lin?".
Mo Yuan memegangi pipinya yang bengkak, dan berbicara.
"Aku ingin dia mati, aku tidak ingin selalu ditekan olehnya lagi. Bukankah ayah juga menginginkannya?".
Mo Xiao membanting tangannya ke meja.
"Aku tidak menghentikanmu untuk menyerangnya, tetapi kamu harus mempersiapkan diri dengan hati-hati, begitu kamu bertindak, kamu harus membuatnya tidak bisa kembali lagi. Sekarang, baiklah, dia masih hidup, kamu pikir dia tidak akan menyelidikimu? Kamu pikir dia akan membiarkan kita pergi? Metodenya, kamu tahu lebih baik daripada siapa pun. Mo Yuan, kamu benar-benar bodoh".
Saat ini, pintu vila rumah Mo Yuan dibuka oleh suatu kekuatan, kedua pintu itu jatuh ke lantai dengan suara keras.
Mo Lin dan Jun Jiu masuk, sepatu hak tinggi mereka menginjak pintu yang tergeletak di lantai.
"Kakak, aku punya sesuatu untukmu".
