Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 06
"Jangan khawatir. Saya akan menjelaskan ke Papa kamu jika saya memberikan izin kamu melanjutkan studi kamu. Kelak jika kamu ingin bekerja pun saya akan menjelaskan ke Papa kamu. Kita bisa saling bertukar nomor ponsel. Seandainya tiba tiba kamu butuh bantuan saya, untuk apapun, kamu bisa menghubungi saya.".
"Semudah itu????"
Om Arif mengangguk meyakinkan.
"Saya pastikan pernikahan ini tidak akan menghambat kebahagiaan kamu. Lakukan apapun yang kamu mau. Saya Ridho."
Ridho???
***
"Saya sendiri yang akan mengantarkan Aurel ke Bandung, Pa. Jangan khawatir." Ujar Om Arif meyakinkan.
Papa mengangguk. "Terima kasih, Rif!!!" Ujar Papa seraya menepuk pundak Om Arif.
"Jangan lupa kasih kabar ke Mama kalau sudah sampai, Rif." Imbuh Mama.
Setelah sepakat menjalani pernikahan 'hanya status' , Om Arif mengubah panggilan nya pada Papa dan Mama. Begitu pula dengan Papa dan Mama, mereka hanya menyebut nama pada Om Arif.
Sedangkan aku??? Di hadapan papa dan mama aku menyebut Om Arif dengan sebutan 'Mas'.
Aku mengikuti tindakan Om Arif yang baru selesai mengecup takzim punggung tangan Mama dan Papa.
Om Arif terlihat seperti seorang adik yang tengah berpamitan pada Kakak nya. Maklum saja usia Om Fatih dana papa hanya terpaut 5 tahun.
"Baik baik, Kak. Ingat kamu sudah menjadi istri sekarang. Jaga Marwah kamu " pesan mama sembari memeluk ku erat.
Aku tercekat, mengangguk kaku. Jantung ku berdesir mendengar petuah Mama.
Aku melempar pandangan aku keluar jendela kaca mobil Om Arif. Pikiran ku sangat kalut.
Rasanya sungguh menyesakkan. Melihat harapan besar papa dan mama pada pernikahan kami, rasanya......
"Apa disini???" Suara Om Arif menyentak lamunan ku
Aku menoleh lalu mengangguk. Benar, ini tempat yang aku pinta Om Arif untuk mengantar ku, ke sebuah toko buku.
"Saya menginap di hotel itu." Ujarnya seraya menunjuk ke arah G&A hotel yang ada di seberang jalan.
Saya tau, batinku.
Aku bergeming, tak merespon.
Hubungi saya jika sudah waktunya kamu ingin kembali ke Bandung.!"
Aku mengangguk. Lalu, aku buka pintunya di samping ku. Tanpa pamit, aku keluar dari mobil Om Arif. Dengan langkah pelan, ku ayunkan kaki ku menuju ke arah toko buku di depan ku. Aku butuh tempat bernaung sebelum janji temu dengan Aldo nanti.
Berkat pijatan Om Arif, kaki ku sudah mendingan, sudah tak senyeri kemarin.
Mobil Om Arif perlahan meninggalkan area toko buku . Bisa aku lihat mobil itu kini masuk ke pelataran hotel.
Aku melangkahkan kaki ku menelusuri rak buku. Aku perlu baca sesuatu untuk mengalihkan pikiran ku dari peliknya masalah ku sembari menunggu waktu yang ku sepakati bersama Aldo.
[ Aldo : Sayang, aku sudah sampai di G&A. Kamu dimana???]
Aku membaca sekilas notif pesan yang dikirimkan oleh Aldo, tanpa keinginan membuka atau membalas nya.
Aku bisa melihat Aldo yang terlihat gelisah di depan pintu masuk G&A. Begitu melihat ku dia segera menyongsong ku.
Aldo hendak memeluk ku, tapi aku sengaja menghindar. Aku sedikit menunduk untuk memperbaiki letak flat shoes yang aku gunakan.
Memeluk ku?? Tidak sudi!!!
"Kaki kamu kenapa???" Tanya Aldo terdengar khawatir.
Aku tersenyum tipis. "Gak apa. Cuma habis terkilir kemarin. Oya, kamu sudah lama?? Papa kamu sudah datang???" Tanyaku mengalihkan fokus Aldo.
Aldo mengangkat bahunya. "Aku belum masuk." Ujarnya.
"Baiklah, ayo masuk!!! Mungkin Papa kamu sudah menunggu!!! Ajak ku.
"Sebentar. Ada seseorang yang juga ingin ikut menyapa Papa." Ujarnya.
"Siapa???"
Aldo tersenyum tipis. "Nia. O, itu dia,' Sahut Aldo seraya melambaikan tangan nya.
Aku mengikuti arah pandang Aldo. Terlihat Nia yang sedikit berlari mendekat ke arah kami. Dan....
Grep
Nia langsung memeluk Aldo dan mendaratkan kecupan di bibir Aldo. Dia terlihat sangat terbiasa.
Tak sungkan padahal ada aku di dekat Aldo. Sialnya, tidak ada penolakan sedikitpun dari Aldo.
"Aku belum terlambat kan???" Tanya Nia.
"Belum. Aurel juga baru datang kok." Sahut Aldo.
Nia menoleh ke arah ku. Tersenyum lebar.
"Hai, Rel. Apa kabar???" Ujarnya sembari cipika-cipiki dengan ku.
"Alhamdulillah, baik. Sendirian saja, Nia??? Cowok kamu??? Tanyaku basa basi.
Nia terkekeh. "Dia lagi ndaki. Biasalah anak gunung." Ujar Nia.
"Ya sudah,yuk, masuk. Papa mungkin sudah menunggu." Ujar Aldo seraya meraih tangan ku dalam genggaman nya.
Aku mengangguk, aku hanya melirik masal ke arah Nia yang langsung nemplok di lengan kiri Aldo. Dan lagi lagi, Aldo tak keberatan untuk itu.
"Om Arif, " Seru Nia seraya berlari menyongsong ke arah Om Arif yang tengah duduk di dalam restoran sendirian.
Om Arif langsung berdiri dan menggeser tubuhnya ketika Nia hendak memeluk nya.
Aku tertawa dalam hati melihat ekspresi malu Nia yang mendapatkan penolakan lugas dari Om Arif.
Seharusnya seperti itu yang Aldo lakukan.
"Maaf, Anda siapa???" Tanya Om Arif dingin.
"Dia Nia, Pa. Teman masa kecil Aldo." Seru Aldo menjawab pertanyaan Om Arif.
Om Arif menoleh ke arah kami. Dia terkejut melihat ku datang bersama Aldo. Tapi dengan cepat dia menetralkan ekspresi nya kembali bersikap datar dan dingin.
Aldo memeluk mengecup punggung tangan Om Arif takzim lalu memeluk nya.
"Apa kabar, Pa???" Sapa Aldo..
"Baik, " Sahut Om Arif. "Kamu???"
"Baik juga Pa " Sahut Aldo dengan senyum yang terukir di bibirnya.
Aldo lalu kembali meraih tangan ku.
"Ini Aurel, apa. Pacar Aldo." Ujar Aldo memperkenalkan ku
Om Arif mengangguk.
"Arif. Papa Aldo." Ujarnya datar seraya mengulurkan tangannya.
Bukan menyambut uluran tangan nya, aku malah menyasar bibir Om Arif. Bisa ku rasakan keterkejutan nya atas ulahku. Jantung ku berdetak sangat cepat. Aku tau aku terlalu berani kali ini.
"Aurel??? Apa yang kamu lakukan!!!???" Aldo menyentak ku kasar. Matanya memerah menyorot ku penuh kemarahan. .
Dengan cepat dia menarik ku menjauh dari Om Arif.
Aku terkekeh. "Apalagi??? Menyapa papa kamu lah???" Sahut ku enteng.
"Dengan mencium nya??? Kamu gila!!!" Aldo mencengkram kuat lengan ku.
Aku menepis tangan nya. "Gila??? Kok gila??? Bukannya Nia juga menyapa kamu seperti itu tadi?? Aku hanya meniru nya saja." Tukas ku.
"Kamu....."
Aku memejamkan mataku cepat ketika melihat tangan Aldo terayun ke arah ku.
"Siapa yang mengajari kamu main tangan, Al!????" Om Arif menahan tangan Aldo di udara.
"Dia keterlaluan, Pa." Sentak Aldo.
Aku terkekeh.ku tatap Aldo dengan tatapan meremehkan. "Keterlaluan??? Aku hanya meniru cara Nia menyapa kamu tadi. Bukankah dia juga mencium kamu seperti itu???"
"Au-rel," desis Aldo tercekat.
"Kita putus!!!!"
"Putus???? Jangan gila, sayang. kita sudah mau menikah. Aku bahkan mengajak kamu menemui Papa untuk memperkenalkan kamu sebagai calon istri ku " Ujar Aldi menahan emosi.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.