Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
🌙
Setelah pulang sekolah, seperti yang sudah di rencanakan, Hayi, Aisyah dan Intan sedang menuju ke kandang kambing secara diam. mereka berjalan layaknya seorang pencuri agar tidak ketahuan. pada akhirnya kini mereka pun sudah sampai, dan terlihat seorang pria paruh baya sudah berada di sana. Dengan langkah panjangnya, Hayi langsung menghampiri pria itu.
"Assalamualaikum kang Rudi!!!" seru Hayi dengan tersenyum manis .
"Eh ehh walaikumsalam neng Hayi. Yaallah rasanya sudah lama banget tidak ketemu si neng. Oh ya mereka temen-temen neng ya?" tanya Kang Rudi dengan melihat ke arah kedua gadis di samping Hayi.
"Bener kang. kata penasaran liat cara ngerawat kambing, makannya mereka maksa buat ikut." jawab Hayi.
"Kalau Gus Al atau kyai Ilham lihat bisa kacau ini neng hehehe." kata kang Rudi
"Aman kok kang. Yaudah saya bantuin." kata Hayi tapi langsung di cegah oleh kang Rudi
"Neng, sekarang kan saya sudah disini, jadi ini udah jadi tugas saya lagi. Kemarin kyai juga sudah bilang ke saya. sebelumnya, makasih karena jagain mereka ya neng sampai punya anak lagi." kata kang Rudi.
"Sama-sama kang, namanya Kenzi Kenzo hehehe. Gimana kang lahiran istrinya, lancar nggak? terus keadaan istri kang Rudi gimana? Baby nya?" kata Hayi dengan memberikan pertanyaan tiada hentinya.
"Alhamdulillah, neng. Semuanya baik-baik saja. Cewe, cantik kaya mamahnya." kata Kang Rudi dengan tersenyum kecil.
Intan dan Aisyah hanya saling tatap sambil mendengarkan pembicaraan mereka saja. Mereka juga membantu memberi makan kambing dengan penuh semangat. hingga kini semua pekerjaan pun sudah selesai. Hayi dkk berpamitan untuk kembali ke asrama lagi, hanya saja kang Rudi kembali memanggilnya yang membuat Intan dan Aisyah kembali lebih dulu .
"Ini neng, amanah dari kyai Ilham. suruh saya yang kasih karena beliau sedang di luar kota." kata kang Rudi dengan memberikan sebuah amplop berisi uang pada Hayi.
Hayi menerima amplop itu dengan ragu-ragu, kemudian ia hanya tersenyum saja dan mengangguk pada kang Rudi. Ia juga mengucapkan terimakasih pada kang Rudi. raut wajah bahagia bisa di lihat jelas di wajah Hayi. Kini gadis itu bisa melunasi tunggakan SPP nya. Hanya saja, ia harus memutar otak lagi bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya sekolah yang lain.
Ia berjalan dengan langkah lunglainya sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah itu. ia benar-benar merasa tidak ada jalan keluar sama sekali. Apakah ia harus menyudahi semua?
"Aakahhhh bingung gue!!! Nasib banget jadi anak buangan kaya gue." kata Hayi dengan kesalnya.
"Assalamualaikum, ukhti." kata seseorang yang membuat Hayi mendongak.
"Walaikumsalam, ustadz Ali." jawab Hayi.
"Saya lihat dari tadi kamu berjalan sambil melamun, tidak baik loh kebanyakan melamun." kata ustadz Ali.
"Lagi banyak pikiran hahaha." kata Hayi dengan tertawa hambar.
"Memang apa yang kamu pikirkan? kalau mau cerita bisa sama saya, aman kok." kata ustadz Ali.
"Saya nggak pernah cerita sama siapapun, ustadz. Jadi bingung mau mulai cerita dari mana." ujar Hayi.
"Tidak usah bingung. Di mulai dari apa yang sedang kamu pikirkan saja. Jika saya bisa bantu, pasti saya bantu kok." kata ustadz Ali
"Saya mau kerja, tapi saya masih sekolah. Sementara sekolah saya butuh biaya, kalau nggak kerja ya nggak punya uang buat bayar sekolah." kata Hayi yang akhirnya mengeluarkan unek-uneknya.
"Maaf ya sebelumnya, tapi kan orang tua kamu masih membayar semua biaya kamu selama disini?" kata ustadz Ali.
"Kalau iya, ngapain saya pusing mikirin itu, ustadz." kata Hayi.
"Jadi, maksud kamu, mereka sudah tidak melakukannya?" tanya ustadz Ali
"Sudah dulu ya ustadz, saya pergi. Dari pada saya kena amukan. Assalamualaikum." kata Hayi yang sudah melihat kehadiran Gus Altair.
Benar saja, setelah Hayi pergi, Gus Altair menghampiri ustadz Ali dengan raut wajah tak bersahabat. bahkan ia menatap sinis pada ustadz Ali seolah tatapan itu seperti mengisyaratkan permusuhan. tentu saja ustadz Ali bingung dengan tatapan Gus Altair, hanya saja ia sudah terbiasa dengan semua itu.
"Gus, anda kenapa?" tanya ustadz Ali
"Ini masih kawasan pesantren, ustadz Ali. Tidak seharusnya kamu mendekati santriwati secara terang-terangan seperti itu." kata Gus Altair.
"Ohhh karena itu. saya hanya mendengarkan dia cerita sedikit saja." kata ustadz Ali membuat Gus Altair terlihat penasaran.
"Cerita apa?" Gus Altair.
"Rahasia. Saya sudah berjanji tidak akan mengatakan pada siapapun. Yaudah, Gus, saya permisi, assalamualaikum." kata ustadz Ali dengan melenggang pergi.
Sampai di asrama, Hayi langsung merebahkan tubuhnya di ranjang susunnya. Ia pun melihat Aisyah dan Intan, yang kemudian ia teringat sesuatu dan langsung mengeluarkan amplopnya. ia menghitungnya dan ternyata uang yang kyai Ilham kasih sebagai hak nya karena sudah mengurus Samantha dkk lebih dari cukup.
"Woahhh banyak banget uangnya." kata Intan yang sebenarnya dari tadi melihat Hayi dari atas kasurnya. Ranjang Hayi dan Intan memang atas bawah, karena itu Intan bisa melihatnya.
"Hehehe Alhamdulillah, buat bayar SPP. Nih buat kalian bertiga beli es teh besok." kata Hayi dengan memberikan uang 100 ribu pada mereka bertiga
"Hahhh apa? Buat kita?" seru Aisyah yang langsung bangun dari tidurnya.
"Iya, kan kalian tadi udah bantu." jawab Hayi.
"Tapi, saya tidak bantu. " kata Hilya.
"Ck udahlah terima aja deh. Gue yakin kalian aslinya mau banget, sebelum gue berubah pikiran nih." kata Hayi yang membuat Aisyah langsung merebut uang.
"Ih Aisyah mah kalau soal uang langsung cepet banget kaya kilat." kata Hilya membuat Hayi terkekeh saja.
"Terimakasih ya, ay. Baik banget deh kamu. Semoga Allah kasih kamu rezeki yang banyak lagi biar bisa traktir kita di tempat-tempat esdedik." kata Aisyah
"Aamiin yaallah. Nanti kalau gue udah ada uang banyak, pasti deh gue ajakin kalian." kata Hayi
"Esdedik apaan, estetik lah yang bener." timpal Intan .
Hilya nampak terdiam karena memikirkan perkataan Hayi soal uang SPP. Ia masih merasa janggal dan merasa jika ada yang di sembunyikan oleh Hayi, tapi ia juga tidak berhak tau karena itu masalah pribadi.
Bersama dengan ketiga temannya itu membuat Hayi merasakan apa arti sebuah kebersamaan. Ia juga merasa beruntung bisa ada di tengah-tengah mereka. mereka bertiga tidak pernah mempertanyakan apapun soal pribadi Hayi dan menerima dengan begitu saja. Ia menemukan arti ketulusan yang sebenarnya semenjak kenal dengan Hilya, Aisyah dan Intan.
"Lila sama Ella, pulang kampungnya berapa hari? Perasaan ini udah 5 hari deh." kata Hayi.
"Tidak tahu, biasanya sih mereka 1 minggu, bisa lebih juga, apalagi kan ini mereka habis kelulusan. Jadi ya mungkin agak lama." jawab Aisyah
Jadi, Lila dan Ella itu sekelas, tapi mereka beda kelas dengan Hilya dkk, lebih tepatnya kakak kelas yang baru saja mengadakan kelulusan, yang artinya mereka sudah lulus dari MA. Kini Hilya dkk yang akan naik kelas 12.