Mendadak Jadi Mommy Anak Satu

Agnes tengah makan malam dengan Thomas, dan tepat pada saat itu Daniel baru saja pulang. Pria paruh baya itu langsung ditodong sebuah pertanyaan, karena sudah pulang terlambat, padahal Agnes tahu tidak ada lembur di perusahaan.

"Darimana saja kamu?" tanya Agnes saat Daniel baru saja duduk. Daniel mengangkat pandangan, menatap wajah sang istri yang tak ramah.

"Aku mampir sebentar di cafe untuk bertemu teman lama," jawab Daniel.

"Teman yang mana?" Agnes kembali melayangkan pertanyaan yang lebih terdengar seperti sebuah interogasi. Sehingga Daniel menghela nafas panjang, sementara Thomas mulai jengah, sebab sudah dipastikan akan ada pertengkaran di antara kedua orang tuanya. Pemandangan yang sudah kenyang dia lihat sejak kecil.

"Haruskah aku menjelaskannya sekarang? Kamu tidak mengizinkanku makan terlebih dahulu?" Daniel balik bertanya, dan langsung disambut dengan anggukan kepala Agnes.

"Ya tentu saja, aku memang butuh penjelasan karena kamu tidak memberi kabar apapun padaku," katanya sambil menatap dengan lekat.

Daniel menelan ludahnya dengan getir. Nafsu makannya mendadak hilang karena terus-menerus dicecar, bukannya menjelaskan kini dia malah bangkit dari tempat duduknya dan melenggang pergi ke kamar.

Sontak Agnes pun menganga dengan tatapan yang mengekori suaminya.

"Daniel!" panggilnya, tapi sang suami tak menghentikan langkah sedikitpun. Alhasil Agnes menyusul dengan gerakan sedikit berlari, menyisakan Thomas di meja makan.

"Hah, kenapa semua orang begitu menyebalkan?" gumam Thomas, menenggak air di meja, lalu ikut meninggalkan meja makan. Rasanya dia juga sudah tak berselera, karena keluarga mereka memang tak pernah bisa hidup dengan damai. Ada saja diperdebatkan.

Di kamar, Agnes langsung meraih pergelangan tangan suaminya yang hendak masuk ke kamar mandi. Dia takkan membiarkan Daniel lolos begitu saja setelah apa yang pria itu perbuat.

"Jujur padaku, kamu menemui wanita lain di belakangku 'kan?"

Semula Daniel ingin menepis, tapi mendengar pertanyaan yang lolos dari mulut Agnes membuatnya membeku sesaat. Ternyata dugaannya benar, Agnes telah mengetahui hubungan terlarangnya dengan seorang wanita yang kini telah melahirkan putranya.

Namun, bukannya merasa bersalah, pria itu justru menatap mata Agnes dengan lekat sambil berkata. "Jadi kamu yang melakukannya?"

Hubungan mereka memang tidak benar-benar terjalin dengan harmonis. Pernikahan bisnis membuat Daniel dan Agnes terpisahkan dinding ego yang sangat tinggi, apalagi sikap Agnes yang terkadang membuat Daniel merasa muak.

"Kalau iya memangnya kenapa? Tidak ada salahnya kan jika aku menyingkirkan jalangg yang berusaha merusak rumah tangga kita?" jawab Agnes dengan raut menantang. Dia tidak akan mengalah sedikitpun, apalagi wanita simpanan Daniel adalah wanita rendahan dan jauh di bawahnya.

Daniel segera menghentak tangan Agnes hingga terlepas. Pantas saja saat dia menyambangi rumah istri sirinya—wanita itu tak ada di rumah.

"Dia bukan jalangg, aku yang memilih untuk menikahinya!" sentak Daniel marah. Meskipun sembunyi-sembunyi, tapi dia tidak mempermainkan wanita yang ada di sisinya.

"Tanpa persetujuanku? Itu sama saja kalian berselingkuh, Daniel! Kamu selalu melakukan itu bahkan sejak beberapa tahun lalu, tapi kali ini aku tidak akan diam. Aku akan menyingkirkan siapapun yang berusaha merusak keluarga kita, termasuk wanita sundal itu! Aku benar-benar akan melakukannya, Daniel, dan menjadikan Thomas sebagai pewaris satu-satunya. Dan ingat—aku pastikan papa akan berada di pihakku," tegas Agnes, suaranya terdengar sangat menggebu-gebu supaya Daniel tak menganggap bahwa dirinya sedang main-main.

Pria paruh baya itu terdiam, tak bisa lagi membalas ucapan istrinya. Sementara Agnes langsung memilih untuk keluar dari kamar, dia menyuruh pelayan untuk membawakan minuman ke ruangan pribadinya yang ada di rumah megah itu.

***

Thomas masih berusaha untuk menemui Ayanna, malam itu dia mendatangi rumah Ayanna, tapi Fierce—ayah dari gadis itu kukuh berkata tidak. Alhasil sekarang Thomas menyambangi toko bunga calon istrinya yang kabur itu, ini untuk pertama kalinya dia mau menginjakkan kaki di sana, sebab dia alergi dengan serbuk bunga.

Toko itu tertutup rapat lengkap dengan tulisan 'CLOSED' tapi Thomas tak langsung pergi, dia berusaha mengetuk pintu, berharap Ayanna bersembunyi di sana.

"Aya, aku datang!" seru Thomas menunggu jawaban. "Sayang, kamu di dalam kan?" Lanjutnya sambil berusaha mengintip suasana di dalam toko itu dari celah-celah yang ada. Namun, nihil tak ada tanda-tanda bahwa Ayanna bernaung di dalam sana.

Akhirnya hanya ada decakan keras yang keluar dari mulut pria itu. Harus dengan cara apa dia bisa bertemu dengan Ayanna dan menjelaskan semuanya. Di samping itu ponselnya berdering, nama Clara kembali memenuhi layar, tapi Thomas malas untuk bicara, jadi dia langsung menolak panggilan.

"Sampai kapan kamu akan menghindariku, Thom? Padahal pernikahan kalian sudah gagal, tapi kenapa aku masih saja kalah dari Ayanna. Apakah putri kita tidak cukup membuatmu kembali padaku?" gumam Clara merasa sedih, seraya menatap putri mungilnya yang terlelap.

***

Hari ini Dallie berniat untuk masuk kuliah dan bekerja part time seperti biasanya. Otomatis dia akan meninggalkan Ayanna dan Nael di kostan. Sebenarnya Dallie merasa was-was membiarkan Ayanna mengurus bayi itu sendirian, tapi mau bagaimana lagi. Mereka juga butuh uang untuk kelangsungan hidup.

"Kamu jangan kemana-mana ya, jaga Nael di sini. Kalau lapar masak mie instan saja dulu, nanti malam aku pulang bawa makanan dari restoran," ujar Dallie memberi pesan pada Ayanna. Gadis itu langsung mengangguk, meski di otaknya sudah ada rencana untuk pergi.

"Kamu pulang jam berapa?" tanya Ayanna.

"Sekitar jam 10 malam. Tapi aku usahakan pulang tepat waktu, kalau memang kamu mau tidur duluan, tidur saja. Biar malamnya kita gantian jaga Nael kalau dia ngajak begadang," jawab Dallie dan lagi-lagi Ayanna mengangguk.

"Jangan ngangguk-ngangguk saja, kamu mengerti tidak?"

"Iya-iya aku ngerti!" ujar Ayanna cepat, lalu menyalimi tangan Dallie, supaya pemuda itu segera pergi. Namun, Dallie malah terpaku, karena adegan yang baru saja mereka lakukan sudah seperti sepasang suami isteri.

"Kenapa masih bengong? Kamu nggak jadi berangkat?" seru Ayanna, melihat Dallie yang tak lekas beranjak dari tempatnya. Pria itu langsung menggelengkan kepala, sebelum benar-benar pergi dia mencium Nael terlebih dahulu, dan karena motornya belum diperbaiki Dallie terpaksa naik angkutan umum.