Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit, Mommy
"Tidak, Mommy tidak marah pada Mia," jawab Keira seraya mencium punggung tangan mungil itu penuh kasih sayang. Kedua matanya berkaca-kaca, sangat sedih melihat kondisi gadis kecil itu. Kepala Mia di selimuti perban, dan wajah Mia juga terlihat sangat pucat.
"Tapi, kenapa saat di sekolah Mommy marah? Mia sangat sedih, di tambah lagi Bu Guru lain bilang kalau Mommy sudah tidak mengajar di sekolah lagi," ucap Mia, panjang lebar sambil menangis sedih, ia sangat kehilangan Keira apalagi sudah beberapa hari ini tidak bertemu.
"Maaf ya, Mommy tidak bermaksud melukai hatimu, Sayang," jawab Keira, seraya mengelus pipi gadis itu dengan lembut. "Mommy saat itu sedang banyak masalah, jadi sekali lagi maafkan Mommy karena sudah membuatmu terluka," jelas Keira lagi.
Mia berusaha untuk percaya, dia yakin kalau yang di ucapkan Bu Guru cantik hanya alasan saja, karena saat itu Bu Guru cantik sikapnya berubah setelah bertemu dengan neneknya. Meski begitu, Mia meminta di peluk Keira. Dan Keira dengan senang hati mengabulkan permintaan gadis itu. Ia memeluk Mia sesaat.
Logan yang menyaksikan interakasi keduanya menjadi semakin penasaran. "Mia, apa boleh Daddy tahu kenapa kau memanggil Bu Guru dengan sebutan Mommy?" tanya Logan. "Mia, jangan manggil Bu Guru dengan sebutan itu lagi, itu tidak sopan," terus terang Logan hanya takut kalau membuat hati Keira semakin terluka. Apalagi setelah mengetahui wanita itu kehilangan putranya. Ia jadi semakin merasa bersalah dan sangat menyesal.
Mia mengalihkan pandangan takut pada ayahnya.
Keira menatap Logan dengan pandangan tajam. "Mia sudah meminta izin padaku sebelumnya dan aku mengizinkannya untuk memanggilku dengan sebutan 'Mommy'. Dia masih anak-anak jadi biarkan saja," ucap Keira, panjang kali lebar.
Logan mengerti setelah mendengar penjelasan Keira. Dalam hati sebenarnya ia senang karena Keira dan Mia sedekat itu.
Lara datang ke ruang rawat Mia, wanita paruh baya itu sangat bahagia. "Mia," sapa Lara dengan perasaan senang, tapi sayangnya gadis kecil itu melengos, seolah tidak mau menatap neneknya.
Mia berpikir karena neneknya itu yang menyebabkan Bu Guru marah.
"Loh, Mia, kenapa begitu mukanya?" tegur Logan pada putrinya.
"Aku tidak mau dengan Grandma! Aku benci Grandma karena sudah membuat Bu Guru cantik marah!" seru Mia sambil menangis.
Keira menatap Lara lalu meminta wanita itu keluar dari sana. "Aku harap Anda mengerti, kondisi Mia belum stabil," ucap Keira pada Lara.
Lara mengangguk sedih, ia terpaksa keluar dari ruangan itu di temani Logan.
"Mia, Sayang, jangan menangis lagi ya." Keira berusaha menenangkan Mia agar tidak menangis.
"Mommy jangan tinggalkan aku lagi," jawab Mia memohon seraya menggenggam tangan Keira dengan erat.
"Ya, Mommy tidak akan meninggalkanmu." Keira menjawab dengan senyuman.
"Terima kasih, Mommy, terima kasih. Tapi, apakah Mommy mau mengabulkan permintaan terakhirku?" tanya Mia, menatap dalam Keira.
"Mia kenapa bicara seperti itu?" tanya Keira, sedih.
Mia menangis sambil mengusap air matanya, tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing membuatnya sampai menjerit kesakitan. "Sakit ... Sakit ... Mommy ... sakit!"
Keira panik, dan segera menekan tombol darurat, tidak berselang lama dokter dan perawat datang.
"Dokter! Dia tiba-tiba kesakitan," ucap Keira menangis tidak tega melihat kondisi Mia.
"Bisa keluar sebentar, Nyonya, berikan kami ruang untuk memeriksa pasien." Perawat meminta Keira keluar dari ruangan tersebut.
"Apa yang terjadi?" tanya Logan pada Keira dengan sangat panik sambil menatap ke dalam ruangan melalui kaca pintu.
"Dia menangis tiba-tiba kepalanya sakit," jelas Keira sambil menggigit ujung jarinya menandakan kalau dirinya sangat cemas.
"Ini semua salahku, Anda saja aku waktu itu tidak menemuimu semua tidak akan seperti ini," lirih Lara, sangat menyesal dan menyalahkan diri sendiri.