‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Hampir Terlambat
...•••Selamat Membaca•••...
Setelah pesta usai, Maureen membersihkan villa itu sendirian hingga pagi menjelang. Tubuhnya sangat lelah, dia butuh istirahat tapi itu mustahil, jika villa belum bersih dan dia tidur, bisa-bisa dia dihajar lagi.
Setelah semua selesai, Maureen kembali ke dalam kamarnya, menangis sambil memeluk kedua lututnya.
“Sampai kapan aku begini? Aku ingin pulang,” jerit Maureen dengan suara teredam.
Maureen membersihkan tubuh dan mengompres mata bengkaknya lalu tertidur.
Di dalam kamar Rio, pria itu kini sedang bersetubuh dengan Livi, kali ini hanya mereka berdua saja lalu Zack dan Dave memasuki kamar itu karena mendengar suara kenikmatan.
“Kami juga ingin ikutan Rio.” Mereka membuka pakaian lalu bergabung dengan Rio dan Livi.
Livi dipaksa berdiri, satu kakinya ditahan oleh Zack sehingga Livi hanya berdiri dengan satu kaki dan tangan yang mengalung indah di leher Zack. Dave memasuki Livi dari belakang, dan Zack memasuki dari depan. Livi mencoba mengimbangi gerakan dan dorongan mereka berdua, tubuh Livi disandarkan ke Dave yang ada di belakangnya.
Mereka berdua terus menggenjot Livi dengan brutal dan Rio tentu saja tidak tinggal diam, dia mendekati Livi lalu meraup bibir Livi dengan kasar dan meremas dada Livi dengan kuat. Karena Livi memang sudah terbiasa dengan semua ini, dia tidak mempermasalahkan perlakuan mereka, toh dia dibayar.
Suara desahan memenuhi kamar itu, Maureen bisa mendengar jelas dari kamarnya karena kamar Rio tepat berada di sebelah kamar Maureen.
Maureen berpikir untuk kabur kembali tapi tubuhnya saat ini terlalu sakit untuk pergi, dia memejamkan mata lalu terlelap, paling tidak, satu atau dua jam dia bisa tertidur.
...***...
Leo tidak tahan lagi dengan kerinduannya pada Maureen, sudah enam hari semenjak Maureen pergi, dia selalu saja mimpi buruk mengenai mantan tawanannya itu.
Leo mengambil ponselnya dan melacak di mana Maureen saat ini karena Maureen mengenakan anting pemberian Leo, di anting itu, Leo menaruh chip pelacak agar bisa memantau Maureen selalu.
“Kenapa posisi Maureen sejauh ini? Apa yang dia lakukan di dekat hutan itu?” Leo membulatkan matanya melihat posisi Maureen, karena tempat itu tidak ada rumah atau hal lain, setau Leo, tempat itu hanya ada sebuah villa besar yang sangat jarang dilalui oleh orang lain.
Perasaan Leo mulai tidak karuan, dia sangat cemas dengan Maureen karena menurutnya tempat itu sangat tidak cocok untuk Maureen seorang diri, tak ada orang lain yang tinggal di sana.
Leo menyimpan ponselnya dan meraih kunci mobil. Leo akan ke tempat di mana Maureen berada saat ini. Ponsel Leo berdering, dia melihat panggilan dari nomor baru, dia ingin mengabaikan tapi nomor itu sudah sering kali menghubunginya tanpa meninggalkan pesan apapun.
Leo mengangkat panggilan itu, dengan nada dingin dia menjawab, “Siapa ini?” tanya Leo. Dia tidak mendengar apapun kecuali suara isakan yang tertahan.
“Ini siapa? Jika kau tidak menjawab, aku akan mematikan panggilanmu.”
“Tuan, ini aku, Maureen.” Suara Maureen seperti berbisik, Leo semakin khawatir padanya.
“Maureen? Apa yang terjadi?”
“Tolong aku tuan, tolong aku, aku tidak tau ini di mana hiks.”
“Tenanglah Maureen, aku tau di mana posisimu, aku akan menjemputmu, jangan matikan panggilan ini.”
“Iya, aku mohon, tolong cepatlah ke sini, aku takut tuan.”
“Iya, aku sedang menuju ke lokasimu, sabarlah.”
Leo bergegas menuju mobilnya, tak lupa dia membawa pakaian ganti untuk Maureen nanti, entah kenapa, dia merasa pakaian itu sangat perlu. Leo melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia tidak tahan mendengar suara tangisan Maureen di seberang sana.
“Brengsek, jalang sialan, di sini kau rupanya.” Leo sangat hafal dengan suara itu, walaupun sekali bertemu Gema tapi dia sangat ingat dengan suara itu.
“Siapa yang kau hubungi sialan?” Gema meraih ponsel di tangan Maureen dan membantingnya dengan kuat hingga ponsel itu pecah.
“Aku ingin pulang Gema, aku tidak mau di sini terus.” Gema menjambak rambut Maureen dengan kuat.
“Pulang ke mana? Kau bahkan tidak memiliki tempat tinggal sialan.”
“Lepaskan aku bajingan.” Maureen menendang Gema tepat di pangkal paha pria itu, Gema menahan sakit dan kesempatan itu digunakan oleh Maureen untuk kabur.
Dia tidak peduli kali ini akan gagal lagi, tapi yang pasti, dia harus pergi. Maureen terus berlari menjauh dari villa, dia memasuki hutan agar aman dari kejaran Gema, Zack, Dave dan Rio.
Tadi dia berhasil mengambil ponsel milik Livi saat wanita itu mabuk berat, makanya Maureen bisa menghubungi Leo, dia sering menghubungi Leo dengan nomor Livi tapi tidak pernah dijawab.
Maureen terus membawa langkahnya masuk ke dalam hutan dan berhenti di sebuah pohon besar, dia istirahat sejenak dan bersandar di pohon itu. Hutan begitu gelap karena saat ini sudah menjelang malam.
Maureen sudah tidak halangan lagi, Gema dan yang lain ingin menyetubuhinya tapi dia menolak. Itulah kenapa Maureen memilih untuk kabur lagi walau kemungkinan lepas sangatlah tipis.
Jika tertangkap, mungkin kali ini dia akan diperkosa oleh mereka semua. Dia tidak bisa membayangkan betapa merana jika itu terjadi.
“MAUREENN!!” Suara teriakan itu terus menggema, Maureen begitu ketakutan karena saat ini dia bingung harus lari ke mana lagi.
Leo menuju ke tempat di mana helikopter miliknya terparkir, dia memilih untuk menggunakan helikopter agar segera sampai di lokasi Maureen. Jika menggunakan mobil, akan lama untuk sampai ke sana.
Ketika tidak mendengar suara apapun lagi, Maureen kembali merasa aman, dia memejamkan matanya dengan perlahan karena nafasnya begitu memburu.
Dugh!! Dugh!! Dugh!!
Kepala Maureen dihantam oleh balok kayu besar sebanyak tiga kali, dan itu dilakukan oleh Gema. Maureen terkapar di tanah, hawa dingin malam menusuk tubuhnya, dia menggigil, ditambah lagi kepalanya terasa amat sakit dan darah juga mengucur deras.
“Jalang sialan, kau benar-benar cari mati ya.” Dave yang geram langsung menendang tubuh lemah Maureen hingga wanita itu memuntahkan darah, lalu rambutnya dijambak kuat oleh Rio.
“Kali ini kami tidak berniat untuk memakaimu, kau akan tamat malam ini sialan.” Rio memukul wajah Maureen berkali-kali hingga babak belur.
Maureen tidak berdaya, tubuhnya terasa hancur dan sakit. Tidak ada lagi kekuatan untuk melawan mereka ataupun berontak, Maureen hanya bisa pasrah dihantam berkali-kali oleh mereka berempat.
Zack menyeret tubuh Maureen ke tempat yang cukup luas, di sana, mereka mengelilingi Maureen yang saat ini sudah bersimbah darah.
Zack mengambil balok kayu itu dari Gema dan memukulkannya dengan kuat ke tubuh Maureen. Dave memegang tangan Maureen dan Zack memukulnya sehingga tangan itu patah.
Maureen berteriak kesakitan, tidak ada yang peduli padanya. Mereka malah lebih gencar lagi memukul dan menganiaya Maureen. Ketika wanita itu diam dan tidak berteriak lagi, Rio mendudukkan Maureen lalu memegang dagunya dari belakang.
“Selamat tinggal Maureen.” Rio menggesekkan pisau tajam ke leher putih itu hingga leher tersebut mengeluarkan banyak darah.
Mereka berempat lalu meninggalkan Maureen sendirian di hutan, berharap ada binatang buas yang akan memakan tubuhnya. Mereka kembali ke villa dengan perasaan lega dan bahagia, serta siap untuk berpesta.
Maureen terus berusaha membuka matanya, sangat berharap akan ada seseorang yang menyelamatkan dia. Kedua tangan Maureen terus memegangi lehernya, untuk menghentikan kucuran darah yang terus mengalir.
Leo sampai di titik lokasi tempat Maureen berada, dia membawa dua orang anak buahnya lalu mencari Maureen ke hutan. Butuh waktu hampir 4 jam bagi Leo untuk sampai ke sana.
“MAUREENN!! MAUREENN!!” teriakan Leo dapat didengar oleh Maureen, dia berusaha untuk bangkit dengan sisa tenaga yang dia punya, dia harus bertemu dengan Leo.
“Tuan,”lirih Maureen nyaris tak terdengar, dia tidak kuat lagi mengayunkan langkah.
Leo melihat kembali posisi Maureen di ponselnya dan memang tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dia terus mengikuti arah sesuai dengan titik di ponselnya dan Leo tak sengaja menginjak sesuatu.
Dia mengarahkan cahaya senter ke bawah dan kaget melihat seseorang bersimbah darah. Leo memeriksa orang itu, Leo bisa mengenali itu Maureen dari anting yang dipakai. Jika wajah, mungkin Leo tidak akan mengenali lagi karena sudah babak belur.
“Maureen.” Leo menggendong Maureen dan memasukkan dia ke dalam helikopter. Leo membaringkan Maureen dengan kepala di kedua paha Leo.
Leo terus mengusap lembut wajah dan kepala Maureen, dia saja seorang psikopat tidak kuasa melihat kondisi Maureen saat ini. Luka terbuka di bagian leher, memar di seluruh wajah dan tubuhnya, serta darah yang terus mengalir di bagian kepala, hidung dan telinga.
Tak bisa Leo pungkiri kalau saat ini dia menangis, hatinya perih melihat Maureen.
“Ma..af tu..an, a..apa aa..ku ma..sih di i..zinkan untuk pu..lang ke ru..mahmu?” tanya Maureen dengan suara lemah dan terbata, nafasnya tersengal.
Tangis Leo semakin pecah mendengar ucapan wanitanya. Dia mengusap air mata yang keluar dari sudut mata bengkak dan lebam itu.
“Pintu rumahku selalu terbuka untukmu Maureen, bertahanlah, kau akan sembuh dan kita akan pulang sayang,” jawab Leo dengan suara bergetar sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Maureen.
Hati Maureen menghangat mendengar perkataan Leo, dia menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.
“Ja..ngan ti..nggalkan a..ku tu..an, aku ta..kut sendi..ri.”
“Shtt jangan takut lagi, aku di sini.” Leo memeluk erat tubuh lemah yang dipenuhi oleh darah itu.
“Me..reka me..nyiksaku, seluruh tu..buhku sa..kit tu..an. Sakiiitt.” Leo hanya bisa menangis, dia sangat mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Maureen saat ini.
“Sebentar lagi kita sampai, kamu akan sembuh dan mereka akan menerima akibatnya. Setiap luka yang ada di tubuhmu, sepuluh kali lipat juga ada di tubuh mereka, aku bersumpah.” Leo mengepalkan tangannya, apa yang Maureen alami saat ini akan dia balaskan berkali-kali lipat lebih sadis lagi.
Untung Leo cepat datang, jika telat sedikit lagi, mungkin nyawa Maureen tidak tertolong mengingat banyaknya darah yang mengucur dari leher Maureen.
...•••BERSAMBUNG•••...
...
.........
campur aduk, semua jadi satu 🥺🥺🥺
Kok malah adu mekanik mereka,,,,, panik kan kamu Leo... udah tau istrinya ounya trauma di masa lalu... malah dikasarin, keterlaluan inj si leo anjjj
leooo. kau bodoh sekali/Sob//Sob/