LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Rayna duduk tepat di kursi samping kemudi. Setelah drama pagi yang menguras tenaga, akhirnya mereka melakukan perjalanan menuju tempat tujuan. Ayah menyetir dengan tenang, sedangkan Raya duduk di kursi belakang sambil sesekali bersenandung mengikuti lagu yang diputar di radio mobil.
"Aku pikir...," ucap Rayna sambil menoleh ke jendela. "kita cuma jalan bertiga aja."
"Tadinya begitu, tapi karena temen Ayah juga dapet cuti. Jadi kita sekalian jalan bareng."
"Lagian kenapa sih Na? kan bagus kalo kita perginya bareng. Lebih rame juga."
Rayna mendelik tak senang. Jika mereka tak hanya pergi bertiga, lebih baik ia mengajak Rion sekalian. Pikirannya tak tenang, memikirkan Rion—dan kegiatan Minggunya yang harus digagalkan. Sejak pagi pun mereka tak saling berkomunikasi. Saling sibuk dengan dunianya masing-masing di tempat yang berbeda.
Ayah melirik Rayna sebentar, masih dengan kedua tangan yang fokus dengan setir. "Kamu gak seneng kita pergi bareng-bareng?"
"Seneng yah, tapi Rayna pikir kita cuma bertiga aja keluarnya."
"Tapi kenapa harus ke tempat main yah?" tanya Raya dengan heran. Ada banyak tempat yang bisa mereka kunjungi. Tentu saja selain taman bermain. Di usianya yang tak lagi remaja, ia tak begitu berminat dan tertarik lagi.
"Anaknya temen Ayah masih kecil, dan nanti Ayah minta tolong sama kalian ya? Jagain anaknya!"
Kompak. Raya dan Rayna saling bertatapan dengan ekspresi terkejut. Apa mereka tak salah dengar? Apakah ayahnya berniat menjadikan mereka pengasuh tanpa bayaran?.
"Lah, ini mah bukan liburan yah! Jadi pengasuh namanya," keluh Raya yang tentu saja tak didengar dan dipedulikan oleh sang Ayah.
Mobil perlahan berhenti di area parkir sebuah tempat wisata keluarga yang cukup ramai. Mungkin karena mereka datang di hari Minggu. Para orang tua sengaja menghabiskan waktu libur bersama anaknya.
Suara tawa anak-anak dan dentingan musik dari wahana permainan membuat tempat itu terasa hidup. Terlihat para pengunjung dengan antusias mengantri untuk membeli tiket masuk.
"Mana om Niken?" tanya Rayna tak sabaran.
"Sebentar, Ayah coba telfon dulu," ucap sang Ayah keluar dari dalam mobil.
Kini, hanya ada Rayna dan Raya di dalam mobil. Saling sibuk dengan ponselnya masing-masing. Rayna berusaha menghubungi Rion beberapa kali, tapi tak mendapat jawaban apa pun. Pikirannya semakin tak karuan, kesal—dan khawatir yang bercampur.
"Leon nanti nyusul kak?" tanya Rayna berusaha mengalihkan pikirannya.
Raya memandang Rayna, membiarkan ponselnya tetap menyala. "Iya, nanti juga dateng."
Rayna menyandarkan punggungnya sambil menghela napas. Ponselnya kembali ia matikan. Dihubungi berkali-kali pun tak mendapat jawaban atau pun kabar dari Rion.
"Kenapa sih? Kaya yang lagi Resah banget kayanya," ucap Raya curiga.
"Rion..."
"Rion kenapa?" tanya Raya penasaran.
"Gak ada kabar. Mentang-mentang hari ini gak ketemuan sama gua, emangnya boleh seenaknya gak kasih kabar?!"
"Mungkin masih tidur kali Na," ucap Raya membuat sang adik berpikir positif.
"Udah jam setengah sembilan kak, gak mungkin juga dia masih tidur."
"Gak usah mikir yang aneh-aneh Na."
"Terus gua harus mikirnya apa?" tanya Rayna memelas.
"Bayangin aja kalo Rion lagi jalan sama cewek lain yang lebih wow bodynya," ejek Raya sambil tertawa terbahak-bahak.
Rayna melempar botol minuman yang sudah kosong tepat mengenai lengan Raya. Memang salah besar jika cerita dengan Raya. Apakah Raya tidak berpikir, adiknya sedang memikirkan hal-hal buruk yang terjadi. Bagaimana jika yang dikatakan Raya benar?. Tapi Rayna tak boleh berpikir seperti macam-macam. Ia sudah percaya dengan Rion sepengetahuan. Tak mungkin Rion akan menyakitinya.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?