Balas Dendam Istri Yang Tersakiti
"Bang, kenapa Aini dikasih pisang?" teriak Amanda begitu sampai di rumah. Richard yang lagi tidur langsung terlonjak bangun.
"Nggak ada, Sayang," jawab Richard gugup, badannya bergetar lihat Amanda ngamuk.
"Ibu abang yang kasih pisang ke Aini!" Amanda menjerit lagi. Richard buru-buru bangun dan berdiri di depannya.
"Dari tadi Aini ada di samping abang, Sayang," Richard coba ngeles.
"Samping abang apanya?! Aku sendiri lihat ibu abang kasih pisang ke Aini!" suara Amanda makin tinggi, matanya merah penuh marah, air mata deras. Richard ngeri lihatnya.
"Ah, dulu ibu juga kasih abang pisang waktu umur dua bulan. Nyatanya sehat-sehat aja kan sampe sekarang," kata Bu Ratna masuk ke kamar dengan nada enteng.
"Itu dulu, Bu! Itu anak ibu, bukan anakku! Bayi belum boleh makan apa-apa sebelum umur enam bulan!" bentak Amanda.
"Kamu marahin ibu aku, Amanda?" Richard tarik tangan Amanda, pura-pura tegas. Padahal dia tahu, kalau Amanda ngamuk dan nggak mau kerja, mampuslah dia.
Tapi karena ada ibunya, dia harus kelihatan berani.
"Kalau soal anakku, aku nggak takut sama siapa pun! Ibu abang udah ngeracunin anakku!" Amanda membalas dengan suara menggelegar.
"Amanda! Kamu—" Richard angkat tangan, siap menampar.
"Tampar, Bang! Tampar aku!" Amanda nantang, matanya tajam menusuk. Tangannya ngepal, badannya bergetar nahan emosi. Richard kaku, tangannya berhenti di udara.
"Cuma karena aku nggak bisa kasih ASI, kalian seenaknya sama anakku?!" Amanda berteriak penuh luka.
"Aku udah beli susu buat Aini! Kenapa masih dikasih pisang?!"
"Halah, daripada buang duit beli susu, mending kasih ke ibu. Nanti ibu kasih ke Richard," sahut Bu Ratna santai.
Amanda pandang ibu mertuanya tajam.
"Ibu mau duit? Suruh anak kesayangan ibu kerja! Jangan andalin istri!" Amanda menyambar.
"Kenapa aku pula? Kau tahu aku baru dipecat, kan?" Richard coba ngeles.
"Udah berapa lama, Bang? Lima bulan?! Sampai kapan alasan itu?" sindir Amanda, bikin Richard terdiam.
"Untuk apa anakku kerja kalau kau udah kerja?" kata Bu Ratna makin jadi.
"Aku kerja buat anakku! Bukan buat ngasih makan suami pemalas sama keluarganya! Mau duit? Kerja! Jangan cuma duduk ongkang-ongkang kaki!" bentak Amanda pedas.
"Kau itu menantu aku! Kau wajib kasih duit ke aku, paham?!" Ratna menyergah lalu keluar kamar.
"Nggak bakal lagi!" Amanda berteriak. Ia langsung gendong Aini.
"Bang, kenapa Aini diam aja?" Richard mulai panik.
Amanda langsung lihat wajah anaknya.
"Aini!" jeritnya ketakutan.
Richard lompat dari tempat tidur, lihat wajah Aini udah pucat biru.
"Cepat ke rumah sakit!" Richard buru-buru ke mobil. Amanda ikut berlari sambil mendekap Aini.
"Bang, cepatlah!" desaknya.
"Pelan aja, Sayang. Yang penting selamat," Richard masih santai.
"Berhenti sekarang!!" teriak Amanda marah.
Richard terpaksa berhenti. Jalan di depan macet. Amanda langsung turun, lari sekencang mungkin bawa Aini.
"Amanda! Amanda!" Richard teriak kesal, tapi tetap nyetir pelan.
Beberapa menit kemudian, Richard sampai di rumah sakit.
Di ruang gawat darurat, dia lihat Amanda nangis histeris.
Tubuh kecil Aini udah ditutup kain putih.
Richard terpaku, tubuhnya lemas.
"Aku bakal buat perhitungan sama kalian," desis Amanda tajam, matanya penuh dendam.
Amanda berdiri di depan tempat tidur rumah sakit dengan tubuh gemetar, tangan mencengkeram kain putih yang menutupi tubuh kecil Aini. Napasnya memburu, dada naik turun dengan amarah yang tak terbendung. Air matanya tak berhenti jatuh, membasahi wajah yang kini penuh luka.
Richard diam di tempat, tubuhnya lemas, matanya terpaku pada tubuh anak mereka yang tak lagi bernyawa. Hatinya mencelos, tapi ketakutannya lebih besar dari kesedihannya.
"INI SEMUA SALAH KALIAN!" jerit Amanda, suaranya menggema di seluruh ruangan.
Richard tersentak.
"Anakku mati karena kalian! Karena kebodohan kalian! Karena egois kalian!" suara Amanda pecah, tangannya mencengkeram dadanya yang terasa sesak.
Bu Ratna yang baru tiba di rumah sakit, terperanjat melihat pemandangan di depannya. Ia melangkah mendekat, tapi sebelum sempat bicara, Amanda berbalik, matanya menyala penuh kemarahan.
"Jangan dekati aku!" bentaknya, membuat Bu Ratna berhenti dengan wajah pucat.
"Kau bunuh anakku! Kau racuni dia dengan tanganmu sendiri! Aku tidak akan pernah memaafkanmu, bahkan sampai aku mati!"
Bu Ratna membuka mulutnya, ingin membela diri, tapi Amanda sudah lebih dulu mendekat dengan tatapan yang mengerikan.
"Kau pikir aku akan diam? Kau pikir aku akan melupakan ini? Tidak! Aku bersumpah, kau akan merasakan penderitaan yang lebih dari ini!" suaranya bergetar penuh kebencian.
Richard menelan ludah, tubuhnya gemetar melihat api di mata istrinya.
Amanda menatap mereka berdua satu per satu, lalu berkata dengan suara yang dingin menusuk, "Aku tidak butuh suami pengecut. Aku tidak butuh keluarga yang membunuh darah dagingku sendiri. Aku akan pergi, dan aku bersumpah... kalian akan menyesal telah menghancurkan hidupku."
Tanpa menunggu jawaban, Amanda berbalik, meninggalkan mereka dengan hati yang telah hancur.
Di belakangnya, Richard terduduk, wajahnya penuh ketakutan, sementara Bu Ratna berdiri membatu—untuk pertama kalinya, ia tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments