Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Noah
Arga sudah mengganti bajunya dengan piyama. Bersandar di tempat tidurnya sambil mengutak atik HP di tangannya, memeriksa semua pekerjaan yang sempat ia tinggalkan tadi siang. Sedangkan Erina terlihat sedang tiduran di sofa sambil menonton acara lawakan di TV sambil chattan bersama Billa dan Dava.
✉️ (Erin) "Guys, gimana kabar? Bill sorry ya aku gak masuk 3 hari tanpa ijin, kamu gak bakalan mecat sohibmu ini kan?"
✉️ (Billa) "OMG! Kamu masih hidup Rin?"
✉️ (Erin) "Heh! Kurang ajar yaa!!"
✉️ (Dava) "Kemana aja kak? Paman sangat mengkhawatirkanmu! Tiap hari nangis di kontrakan gak mau makan"
Hah! Jadi ayahku sudah di bebaskan, kenapa Tuan Arga gak bilang apa-apa.
Erina mendongak menatap sosok Arga yang masih sibuk dengan Handphonenya.
✉️ (Erin) " Bilang pada ayahku, aku baik-baik saja. Beberapa hari ini aku ada urusan mendadak jadi aku gak bisa pulang"
✉️ (Dava) "Jangan-jangan kak Erin lagi liburan ya?"
✉️ (Billa) "Jangan bilang kamu liburan sama Presdir sombong itu ya? OMG! Erinnn... Benar-benar kamu ya"
✉️ (Erin) "Panjang ceritanya, kalian gak akan pernah relate dech"
✉️ (Billa) "Awas ya kalau pulang kamu gak bawain oleh-oleh, jangan anggep aku besti lagi!"
✉️ (Dava) "Biarin aja kak Erin, Kak Billa iri tuh. Maklum jomblo akut"
✉️ (Billa) "Dasar adek sialan kau ya!"
Erina tertawa cekikikan membayangkan Dava yang saat ini pasti sedang di geplak kepalanya sama Billa. Erina tetap melanjutkan kegiatannya ketik-ketik terus, percakapan itu semakin seru membuatnya tertawa tertahan. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang sudah menatapnya tajam sedari tadi.
Sedang apa dia?
"Kau sedang menertawakan apa?" Arga yang sudah berdiri di ujung sofa membuat Erina terkejut dan reflek bangun dari posisi tidurnya.
Sejak kapan dia berdiri disitu? Gawat! Apa dia merasa terganggu sama suaraku?
"Geser!" Perintah Arga, sambil melambaikan tangannya seperti sedang mengusir kucing liar di depan rumahnya.
Erina menggeser pantatnya, cukup jauh sampai tubuhnya menabrak dinding sofa paling ujung, merasa was-was takut jika Arga tiba-tiba mengamuk atau memukulnya.
Tak butuh waktu lama Arga langsung menghempaskan badannya. Merebahkan punggungnya disandaran sofa dan memejamkan matanya.
Dia pindah kesini hanya untuk tidur?
Erina memperhatikan Arga dari bawah sampai ke ujung rambutnya. Jika dilihat lebih teliti, wajah laki-laki yang sedang tidur di sebelahnya itu memang terlalu sempurna. Wajahnya putih bersih, garis rahangnya yang tegas hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal....
"Kenapa memelototiku?"
Erina terlonjak, entah sejak kapan pria di sampingnya itu membuka matanya. Dia buru-buru memalingkan wajahnya menutupinya dengan selimut tebal.
Sial. Sial. Sial.. Kenapa aku melihatnya sampai sebegitunya. Aku benar-benar tak tahu malu. Erina memaki dirinya sendiri dalam hati.
"Tidak mau menjawab?" Arga menarik selimut yang Erina pakai untuk menutupi wajahnya, kemudian menghempaskannya sampai kebawah lantai.
"Ma-maafkan aku sayang"
"Kemari" Arga menjentikkan jarinya, menyuruh Erina mendekat.
Aku disini saja sayang, lebih nyaman disini, hehehe"
Yang benar saja, sekarang kan kita hanya berdua di kamar. Seharusnya kita tidak perlu berakting seperti suami istri sungguhan kan!
Erina tertawa canggung. Namun setelah melihat tatapan mata Arga yang terlihat kesal sekali buru-buru dia menggeser duduknya mendekat.
"Kenapa dudukmu jauh-jauh begitu? Apa aku terlihat seperti penyakitan?" Arga menarik lengan baju Erina, memaksanya untuk duduk lebih dekat.
"Katakan padaku, tadi kau sedang apa?" Tanya Arga dengan tatapan menyelidik.
Kenapa bertanya begitu? Bukankah dalam surat perjanjian kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing?
"Jangan membuatku mengulang kata-kataku!"
"Maaf, maaf sayang. Aku sedang menonton TV" Tidak tahu apa salahnya, yang terpenting minta maaf saja dulu.
"Hanya itu?"
Erina menggangguk mantap, sambil tersenyum semanis mungkin.
Arga menatapnya dengan sorot mata dingin, seperti mengatakan kau berani berbohong padaku.
Tunggu, apa dia tahu aku sedang membicarakan dia di chat group? Apa dia benar-benar cenayang sampai bisa membaca semua isi hatiku.
"Aku hanya mengirim pesan pada temanku, kalau aku tidak bisa masuk kerja beberapa hari ini" Erina menundukkan wajahnya, berharap Arga tidak bertanya lebih detail tentang isi chatnya barusan.
"Kau masih berkerja di toko baju temanmu itu?"
Eh! Dia kok bisa tahu aku bekerja di toko baju.
"I-iya"
"Apa kau masih butuh uang?" Arga bertanya menyelidik. Erina tidak mampu menjawab, tentu saja dia masih membutuhkan uang dan pekerjaan. Nanti setelah satu tahun masa kontrak ini selesai otomatis dia akan kembali kekehidupannya seperti semula kan.
"Besok pergilah bertemu ayahmu dan juga teman-temanmu"
Erina terperangah, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan.
Arga beranjak dari tempat duduknya menuju tempat tidur, kemudian membuka laci nakas. Terlihat dia sedang mengambil sesuatu dari dompetnya. Lalu kembali ke arah sofa dimana dia duduk tadi.
"Belikan sesuatu untuk mereka dengan kartu ini. Katakan kau sedang bekerja padaku, dan hanya bisa pulang satu bulan sekali" ucapnya sambil menyodorkan sebuah black card pada Erina.
Erina menerima black card itu dengan kedua tangannya. Mungkin karena naluri kemiskinannya dia malah menciumi bau kartu yang ada di tangannya itu.
"Ahhh! Bau uang" tanpa sengaja dia bergumam sendiri, namun Arga yang mendengarnya hanya menyeringai keheranan.
"Aku harus membeli apa untuk mereka?" Erina bertanya dengan polosnya.
"Mana aku tahu, beli saja sesukamu"
"Ahhh... Benarkah, benarkah?" Erina reflek menggenggam tangan Arga saking senangnya, namun segera dia tersadar dan menarik tangannya kembali.
Dia benar-benar sangat baik, dia seperti malaikat yang turun dari surga.
Arga sedikit merasa terkejut dengan gerakan reflek tangan Erina barusan. Dia menatap tangannya kemudian merasai tangannya sendiri, genggaman tangan Erina masih jelas terasa. Dia sampai menggigit bibir bawahnya berusaha untuk tidak menampakkan senyumnya.
"Catat nomor HP ku di ponselmu"
Erina buru-buru mengeluarkan Ponselnya, bersiap hendak mencatat nomor Arga seperti yang dia perintahkan barusan. Lumayan, sekarang dia sudah sedikit cepat tanggap meladeni perintah Arga. Tidak perlu banyak bicara, yang penting lansung kerjakan saja, biar selamat. Begitu pikirnya.
Namun Arga yang melihat ponsel milik Erina malah mengernyitkan keningnya keheranan.
Ternyata dia mampu membeli ponsel keluaran terbaru. Arga
Erina yang menangkap raut Arga yang berubah seperti mengerti apa yang tengah di pikirkan oleh suaminya itu.
"Ah... Ini sebenarnya bukan milikku kok" Erina nyengir "Ini sebenarnya punya Tuan Noah"
Mendengar nama Noah di bawa-bawa, Arga merasa sedikit jengkel. Bagaimana bisa Ponsel milik Noah sampai dibawa-bawa oleh Istrinya, sebenarnya sejauh apa hubungan mereka dibelakangku.
Arga diam, menatap Erina dengan sorot mata mengiris. Seperti meminta penjelasan atas kata-kata yang barusan dia lontarkan.
"Beberapa hari yang lalu kami tidak sengaja terlibat dalam insiden kecelakaan, dan HP ku rusak. Jadi dia meminjamkannya padaku" Jelas Erina tanpa diminta.
"Kenapa tadi saat di rumah sakit tidak kau kembalikan?" Tanya Arga menyelidik.
"Tadi aku terlalu syok, aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia masih sepupumu. Sampai-sampai aku lupa mengembalikan HP ini" Erina menarik nafas panjang "Apa kau marah, maafkan aku ya" Dia mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya, meminta maaf.
"Besok kembalikan!" Perintah Arga sedikit sewot.
"Iya... Iya... Akan ku kembalikan" Erina mengganggukkan kepalanya cepat.
"Besok belilah HP keluaran paling baru, yang jauh lebih bagus dari HP jelek itu!"
"Iya... Iya..."
"Jangan pernah berani menerima apapun dari Noah lagi!"
"Iya... Iya... Baik sayang"
Setelah melewati perdebatan ringan itu, Arga nyelonong pergi begitu saja menuju ranjangnya. Mematikan lampu dan bersiap tidur di bawah selimut tebalnya. Erina hanya menatapnya tidak mengerti.
Dia bahkan lupa menyuruhku mencatat nomor ponselnya barusan.
"Apa kau mau tidur di sofa itu?" Suara Arga terdengar sampai langit-langit kamar.
"Iya, aku suka tidur di sofa. Hehehe"
Kalau tidak di sofa lalu aku harus tidur dimana? Di ranjang itu? Membayangkannya saja sudah membuatku merinding sebadan-badan.
"Terserah kau sajalah"
Suara Arga masih terdengar kesal, tanpa banyak bicara lagi Erina menarik selimutnya menutupi tubuhnya sampai sebatas leher.
Yeee... Besok shopping... Hehehe
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...