Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Rico sedikit mencengkeram bahu Kinara hingga membuat wanita itu meringis kesakitan. Menyadari hal itu pun, Rico langsung mengusap lembut.
"Memang kenapa kamu mau menggugurkan? Apakah kamu tidak ingin punya anak denganku?" tanya Rico ingin tahu.
"Bukan karena itu, Tuan. Tapi saya sadar diri kalau saya hanyalah seorang budak. Mana pantas seorang budak hamil anak majikan meski majikan itu adalah suaminya sendiri. Terlebih lagi, saya tidak ingin mengganggu hubungan Anda dengan Nona Veronica."
"Kamu tahu Veronica?" tanya Rico bingung. Kinara menggeleng cepat. "Lalu?"
"Maaf, kalau saya lancang, Tuan. Tapi saya tidak sengaja kemarin membaca pesan dari Nona Veronica yang memanggil Anda sayang dan meminta Anda menginap."
"Itu hanyalah ...."
"Tuan, Anda lebih pantas bersanding dengan Nona Veronica. Walaupun belum pernah melihatnya, tapi saya yakin kalau dia itu wanita yang cantik, berpendidikan tinggi dan dari kalangan kaya raya. Sangat cocok dengan Anda."
"Kenapa kamu selalu berbicara seperti itu? Sudahlah, lebih baik kamu tidur saja. Jangan terlalu banyak bicara. Kamu harus banyak istirahat." Rico membantu Kinara merebahkan tubuh lalu menyelimuti wanita itu.
Tidak ada penolakan, Kinara hanya diam menurut karena memang dia juga merasa sangat lelah. Tenaganya belum seutuhnya pulih.
***
Hari ini Kinara merasa tubuhnya sudah lebih mendingan. Rasa sakit di area bawah pun sudah tidak se-nyeri kemarin. Di saat membuka mata pagi hari, Kinara dibuat terkejut karena Rico sudah duduk di sampingnya. Melayangkan tatapan yang begitu dalam.
"Ko-kok Anda tidak bekerja?" tanya Kinara ketika melihat jam sudah menunjuk pukul sembilan.
"Hari ini tidak ada yang menjagamu. Mama sedang ada urusan, jadi aku bekerja dari sini saja." Rico menjawab lembut. Ia mengambil ponsel, lalu menghubungi seseorang. "Antarkan sarapan istriku sekarang, dia sudah bangun. Pastikan masih hangat, ya."
"Emm ... Tuan."
"Kamu harus sarapan agar lekas pulih dan bisa segera pulang ke rumah."
Kinara pun diam. Entah mengapa, ia merasa bahwa Rico sudah sangat berbeda. Lelaki itu begitu perhatian kepadanya dan selalu berbicara dengan lembut. Apakah mungkin Rico merasa bersalah karena kejadian malam itu. Batin Kinara terus menerka-nerka.
Ketika sarapan sudah datang, Rico langsung menyuapi istrinya dengan sangat telaten. Di saat tinggal satu suap lagi, terdengar pintu diketuk. Rico pun mempersilahkan masuk dan ternyata itu adalah orang tua Kinara.
"Saya sudah kenyang."
"Habiskan. Tinggal satu suap lagi." Rico memerintah. Akhirnya, Kinara pun menghabiskan sarapan itu sampai benar-benar habis. Lalu lelaki itu beralih duduk di sofa. Membiarkan Kinara mengobrol bersama kedua orang tuanya.
Walaupun matanya tertuju pada laptop di depan, tetapi telinga Rico mendengarkan dengan seksama pembicaraan antara Kinara dengan kedua orang tuanya. Memastikan semua baik-baik saja.
"Maaf, Sayang. Mama baru tahu kalau kamu di rumah sakit. Jadi, mama baru ke sini," ujar Mama Yayuk. Memeluk putrinya dengan erat.
"Tidak apa, Ma. Terima kasih banyak kalian sudah datang dan menyempatkan waktu untuk menjenguk aku ke sini." Kinara berbicara disertai senyum. Walaupun yang datang adalah orang tua kandungnya, entah mengapa Kinara merasa suasana sangat berbeda ketika mama mertuanya yang datang.
Suasana saat ini, tidak sehangat biasa saat ia ditemani oleh Ibu Ratmi.
"Papa juga minta maaf. Dari kemarin papa sibuk dengan urusan yang sangat mendesak, jadi papa baru bisa ke sini. Bahkan, papa belum menemukan jalan keluar," ujar Papa Soni.
Kening Kinara mengerut dalam mendengar ucapan sang papa. "Memang ada masalah apa, Pa?"
"Papa sedang dikejar debt colector. Dalam waktu dua hari uangnya harus sudah ada. Jika tidak ada, maka ada beberapa aset yang harus disita," keluh Papa Soni.
Mendengar itu, Rico langsung menghentikan pekerjaannya. Mengamati interaksi mereka dengan seksama.
"Memang hutang papa berapa juta?" tanya Kinara penasaran.
"Hanya lima puluh juta. Tapi, untuk waktu sekarang ini, papa sedang tidak memegang uang." Papa Soni berbicara disertai helaan napas berat. Ia sungguh merasa sangat bingung.
Rico bangkit, berdeham keras untuk mengalihkan perhatian mereka. "Maaf, Om, Tante. Istriku butuh istirahat, jadi jangan memancing hal yang membuatnya kepikiran. Aku tidak ingin kesehatannya terganggu."
Semua terdiam. Termasuk Kinara sekalipun. Entah mengapa, ia merasa Rico sangat perhatiannya padanya.
"Sudah, Pa. Nanti aku coba pikirkan. Aku masih ada sisa tabungan." Kinara memungkasi itu. Tidak peduli meski Rico sudah melayangkan tatapan tajam. Bagi Kinara, membantu orang tuanya adalah suatu kewajiban, meski mereka sangat pilih kasih padanya.
Rico tidak bisa mendebat istrinya. Walaupun merasa kecewa, tetapi ia memilih diam. Kembali duduk di sofa dan melanjutkan pekerjaan. Sampai hampir satu jam, orang tua Kinara akhirnya pamit pulang. Walaupun Mama Yayuk merasa berat untuk pulang, tetapi ia juga tidak bisa menunggu terlalu lama. Apalagi ada Rico di sana. Ia merasa Rico selalu mengawasi gerak-geriknya.
Selepas mereka berdua pulang, Rico kembali menaruh laptopnya, lalu berjalan mendekati brankar dan duduk di samping istrinya. Menatapnya dengan sangat dalam hingga membuat wanita itu salah tingkah sendiri.
"Kamu yakin akan membantu orang tuamu? Ingat, mereka sudah menjualmu padaku," ujar Rico.
Kinara mengangguk lemah. "Bagaimana juga, mereka adalah orang tua saya. Mereka sudah susah payah membesarkan saya sampai sebesar ini. Kalaupun saya membantu saat ini, itu belum bisa membalas apa yang mereka lakukan kepada saya dari masih di kandungan."
Rico menghela napas dalam. Dalam hati membenarkan apa yang diucapkan oleh istrinya itu. Ia merasa kagum terhadap Kinara yang masih saja berbaik hati.
"Kalau begitu, aku akan kirimkan uang itu ke rekeningmu saja. Nanti kamu yang mengirim ke orang tuamu."
Kinara menoleh. Menatap suaminya dengan tidak percaya. "Tidak perlu, Tuan."
"Kenapa?" sela Rico penuh penekanan.
"Saya masih ada sisa tabungan. Nanti kurangnya, biar saya pinjam saja."
"Jangan bodoh! Kamu mau pinjam ke siapa?" Rico memajukan wajahnya hingga membuat Kinara tersentak kaget.
"Sa-saya ...."
"Kamu adalah istriku. Kalau sampai kamu meminjam uang kepada orang lain, apa kata mereka? Apalagi hanya uang kecil lima puluh juta. Anggap saja, itu adalah nafkah dariku. Selama kita menikah aku belum pernah memberimu nafkah."
"Tidak, Tuan. Anda sudah memberi lebih dari cukup. Semua kebutuhan saya, sudah Anda penuhi bahkan tanpa saya meminta. Saya tidak ingin menjadi wanita yang serakah," kata Kinara.
"Sudahlah. Intinya aku akan memberi kamu uang jajan." Rico mengambil ponsel milik Kinara. Memindai barcode lalu menulis sesuatu di sana. "Ini uang jajanmu. Silakan kamu gunakan untuk apa pun. Kalau habis, kamu tinggal bilang saja. Juga, yang kamu kirimkan ke orang tuamu. Jangan pernah memikirkan untuk mengembalikan."
Kinara hanya bisa mengangguk lemah. Ketika ia mengambil ponselnya kembali, matanya membulat penuh ketika melihat notifikasi yang masuk.
"Dua ratus juta? Tu-tuan ... tapi ini terlalu banyak."
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂