Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
"Ini gamisnya mas–"
Sreet
Gus Fauzan langsung mengambil gamis miliknya dengan kasar, dirinya melengos menahan amarah yang membuncah itu. Bagaimana tidak marah, Hanum memang pandai sekali, dirinya kira istrinya itu tidak sepandai ini, tapi Hanum berbeda. Bahkan Hanum berani sekali menyentuh barang miliknya.
"Lain kali tidak usah sentuh barang pribadi milik saya, termasuk gamis ini." Seru Gus Fauzan sambil menunjuk ke arah gamis yang ada di tangannya, ini dirinya mau mandi dan Hanum sudah menyodorkan gamis miliknya.
Hanum tersenyum, tak peduli dengan ucapan ketus suaminya, rasanya dirinya harus terbiasa mendengar nada judes dan dingin seperti ini. "Sesuai perjanjian bukan? Saya di perbolehkan sesuka hati berbuat. Asal jangan menyentuh anda."
Gus Fauzan melengos, merasa geram. "Jangan lancang, saya akan marah besar jika kamu selalu berbuat seperti ini." Kata Gus Fauzan dengan nada dingin.
Hanum tersenyum tipis. "Mas sendiri yang mengatakannya semalam? Kenapa sekarang lupa? Mas yang bilang memberikan kebebasan pada saya berbuat sesuka hati saya, asal tidak menyentuh mas." Sahut Hanum santai, bahkan nadanya terdengar biasa saja.
Gus Fauzan menggeram. "Saya paling benci barang saya di sentuh oleh orang lain. Dan saya peringatkan sekali lagi dengan kamu, jangan pernah sentuh apapun barang milik saya." Gus Fauzan berbicara penuh penekanan, bahkan dirinya tak peduli jika sudah berbicara kasar pada istrinya itu.
"Mas lupa? Kalau mas lupa saya bisa ambil surat perjanjiannya, dan membacakannya"
Gus Fauzan mengepalkan tangannya dengan kencang, rasanya percuma berbicara dengan gadis di depannya ini. Gadis ini tampak berani dan sama sekali tidak takut dengannya. Menghela nafasnya kasar, Gus Fauzan langsung pergi dari hadapan Hanum, meninggalkan Hanum yang berdiri sambil menatap punggung suaminya itu.
Brak
Gus Fauzan bahkan membanting pintu kamar mandi itu dengan kencang.
Hanum jatuh, terduduk lemas di lantai, sungguh dirinya sebenarnya tak memiliki keberanian seperti tadi. Tapi, dirinya tak punya pilihan lain, bagaimanapun, Hanum akan mempertahankan pernikahannya sampai pada waktu yang telah di tentukan.
Hanum memegang dadanya yang terasa berdenyut, tak di sangka suaminya begitu membencinya.
"Ya Allah, bantu hamba, bantu hamba untuk meluluhkan hati suami hamba" doa Hanum sambil menangis.
*
Hari ini Hanum sudah di kenalkan oleh seluruh penghuni pondok pesantren itu. Hanum bahkan sudah mendapatkan tugas dari ummi Sekar untuk memantau perkembangan para santri.
Hanum yang pandai dan cekatan itu sudah menunjukkan kepintarannya. Bahkan beberapa ustadz dan ustadzah memuji istri dari Gus Fauzan itu.
"Wah, saya tidak menyangka, jika Gus Fauzan memiliki seorang istri yang sangat pandai seperti itu. Beruntung sekali Gus Fauzan. Istrinya sangat shalehah, bahkan berbicaranya sangat lembut sekali." Puji seorang ustadz pada seorang rekannya. "Saya jadi ingin mendapatkan satu seperti Ning Hanum. Tapi sulit mendapatkan sosok seperti Ning Hanum ini" timpalnya lagi.
"Astaghfirullah, ustadz Danar. Kamu ini, kalau sampai Gus Fauzan mendengarnya kamu bisa di marah. Kata-kata kamu itu seperti ingin memiliki Ning Hanum" ucap rekannya yang bernama Fatah.
Ustadz Danar beristighfar. "Astaghfirullah, maaf. Saya terlelu terpesona dengan sosok Ning Hanum. Sudah cantik, pandai, dan mampu menyenangkan hati semua orang. Bahkan beberapa santri saja memuji Ning Hanum"
Fatah mengangguk, tidak menampik hal itu. "Ya, sangat pandai membawa diri. Padahal yang saya dengar kalau Ning Hanum ini anak orang kaya. Tapi dia tidak sombong."
"Itulah, andai ada satu seperti itu, saya sangat ingin."
"Astaghfirullah, kalian ini. Seperti perempuan saja bergosip." Seseorang ustadz datang dan langsung menegur keduanya. Ini ustadz yang datang lebih senior dari keduanya.
Ustadz Danar dan ustadz Fatah langsung menundukkan kepalanya. "Maaf ustadz."
Ustadz itu menggelengkan kepalanya. "Jangan bergosip. Dosa besar. Kalian tau bahkan hukumnya seperti apa. Yasudah sana, lanjut pada pekerjaan kalian. Saya juga mau membuat susunan acara untuk acara tahunan pondok pesantren." Kata ustadz itu.
Keduanya mengangguk, lalu pamit dengan mengucapkan salam.
"Waalaikum salam"
Dan tanpa mereka sadari Gus Fauzan berdiri di balik dinding sana. Dirinya mendengar semua perbincangan mereka.
"Cih, apanya yang beruntung, malah menikah dengan gadis seperti dia itu merupakan suatu bencana. Astaghfirullah... Maafkan hambamu ini ya Allah. Tapi rasanya hamba belum ikhlas menikah dengan Hanum" Gus Fauzan mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu setelahnya dirinya pergi dari sana.
Sedangkan Hanum, gadis itu sibuk dengan mengurus para santri, sampai tak terasa hari sudah petang. Dirinya langsung bergegas kembali ke ndalem.
Sesampainya di ndalem, dirinya langsung di sambut oleh pelukan ummi Sekar.
"Masya Allah, ummi sangat bangga dengan kamu, nak. Semua orang memuji kamu. Bahkan saat kamu menyelesaikan santri yang bermasalah, Masya Allah, kamu sangat pandai. Berbicara dengan bijak sekali. Ummi senang sekali, kamu mau membantu ummi."
Pelukan itu terurai, Hanum tersenyum. "Ummi, sudah menjadi tugas Hanum bukan? Ummi sendiri yang mengatakannya pada ayah. Jika Hanum harus membantu ummi di pondok pesantren."
"Iya, dan ummi sangat senang memiliki menantu seperti kamu. Kamu cantik dan berwawasan tinggi. Fauzan sangat beruntung, nak."
'Sayangnya anak ummi sama sekali tidak memiliki perasaan beruntung. Dia sama sekali tidak mengharapkan Hanum, ummi. Andai ummi tau, Hanum tak tau bagaimana rasa kecewa kalian.' Batin Hanum sambil tersenyum miris.
"Nak, kamu baik-baik saja? Apa Fauzan memperlakukan kamu dengan baik?" Tanya ummi Sekar saat melihat tatapan lain Hanum.
Hanum langsung menggelengkan kepalanya. "Mas Fauzan sangat baik, ummi. Bahkan dia menjadi suami yang baik untuk Hanum. Dia suami impian Hanum." Ucap Hanum. Sebelum dirinya bertemu dengan Gus Fauzan, dirinya memang pernah beberapa kali memimpikan pemuda itu. Dan siapa sangka pemuda yang hadir di mimpinya itu menjadi suaminya sendiri.
Ummi Sekar tersenyum, agak lega mendengar perkataan Hanum. "Masya Allah, jika kamu bahagia, nak. Ummi akan selalu mendoakan pernikahan kalian bahagia"
Hanum tersenyum, di dalam hatinya mengaminkan doa ummi Sekar, semoga saja doa ummi Sekar di ijabah oleh Allah, dan dirinya bisa meluluhkan hati suaminya nanti suatu saat nanti.
"Yasudah kamu masuk ke dalam kamar, kamu istirahat." Kata ummi Sekar.
Hanum mengangguk, lalu pamit pada ummi Sekar.
*
|Fauzan, aku sudah pulang dari Bali, bisakah kita bertemu? Ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu|
Gus Fauzan tersentak, dirinya buru-buru membalas pesan dari Arfira.
|Dimana?|
Dirinya tak menunggu balasan Arfira lagi, Gus Fauzan langsung bergegas menuju ke kamar mandi, dirinya akan bersiap-siap bertemu dengan Arfira.
Ting
Hanum yang baru saja masuk ke dalam kamar di buat menoleh saat mendengar suara denting ponsel milik suaminya. Dirinya langsung berjalan menuju kesana dan melihat sebuah pesan yang terlihat di bar atas ponsel itu.
Hati Hanum tercubit melihat pesan singkat itu.
|Di kafe Permata ya, aku tunggu| Arfira.
....
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤
itulah akibat nya, bergaul dengan lawan jenis walau disebut Klien..
intinya Barangsiapa telah melanggar aturan Alloh, pasti ada Akibat yg di Tanggung nya !!!