Bayu. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 198. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Melarikan Diri.
Bab 20. Melarikan Diri.
Semilir angin dingin berhembus menyelimuti udara, gerimis tipis dari hujan yang rintik-rintik menghiasi suasana malam yang mulai sunyi. Pada suasana malam, entah kenapa suara jangkrik terdengar lebih jelas. Itu menggema di sepanjang jalan, memecah malam yang mulai kehilangan keramaiannya.
Tanah yang tadinya kering kini menjadi sedikit lembap karena diterpa oleh gerimis yang terus-menerus. Hawa dinginnya bahkan terasa lebih menusuk tulang karena hembusan angin yang menyebar ke segala arah.
Berjalan dengan tenang, seorang anak berusia 13 tahun memandang sekeliling dengan tatapan takjub dan sedikit rumit.
Itu hanyalah ketenangan dan kesunyian. Namun entah mengapa, momen itu terasa begitu memberikan kesan dalam hidupnya. Kesunyian dan ketenangan yang seringkali terabaikan di tengah hiruk-pikuk permasalahan hidup yang tak ada habisnya.
Pemuda itu tersenyum tipis melihat bangunan-bangunan yang terlihat klasik, dihiasi dengan lampu-lampu gantung yang sederhana. Begitu pun dengan bangunan yang lain, semuanya dihiasi dengan lampu-lampu yang sederhana namun tetap memberikan kesan dan warna yang berbeda.
Saat berteman dengan kesunyianlah, segala keluh kesah akan terlihat dengan lebih jelas tanpa penyangkalan dan tanpa pembelaan. Yang ada hanyalah renungan panjang tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang sudah dilakukan dalam hidup.
Anak berusia 13 tahun itu terus berjalan di sepanjang jalanan yang sudah mulai sepi. Dan anak itu tidak lain adalah Bayu.
Dia sadar sepenuhnya jika apa yang ia lakukan malam ini adalah sebuah kesalahan. Memberikan hukuman mati pada seseorang memang sama sekali tidak bisa dibenarkan.
Namun dia sudah muak dan lelah dengan dunia ini, di mana benar dan salah mulai tumpang tindih dan tidak ditempatkan pada tempatnya. Di mana dengan mudahnya hati seseorang memutarbalikkan fakta, merasa acuh tak acuh seolah segala sesuatu yang ada di sekitarnya tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Padahal seseorang layak disebut manusia jika hati nuraninya hidup. Saat kata-kata dari hati kecil, logika, dan jiwanya tersinkronisasi dengan baik, maka saat itulah dia akan menjadi manusia yang baik. Hanya saja, terkadang, nafsu dan keserakahan terlalu merajai diri sendiri sehingga terjerumus dalam kenikmatan sesaat yang dapat menghancurkan masa depan seseorang.
Seperti halnya masalah yang menimpa Bayu, tentang penderitaan kakaknya yang tidak mendapatkan keadilan. Saat tindakan kekerasan yang melewati batas justru dianggap sesuatu yang biasa saja.
Saat itulah Bayu benar-benar muak dengan wajah-wajah munafik dari orang-orang yang memakai berbagai macam alasan untuk pembenaran diri mereka sendiri.
Hukum di negara Indonesia pada tahun 1980-an benar-benar sudah busuk. Yah, ini mungkin adalah kebiasaan lama yang terjadi bahkan sejak zaman penjajahan. Itu mulai dari korupsi kecil, penipuan kecil, penyuapan kecil, hingga akhirnya menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang disamakan seperti menarik dan menghembuskan napas.
Tidak ada rasa bersalah sedikit pun, karena bagi mereka melakukan hal-hal buruk itu sama seperti bernapas. Tidak ada beban.
Tujuan Bayu saat ini adalah melarikan diri. Dia melarikan diri bukan karena takut, akan tetapi dia sudah menyadari jika hukum pasti akan memihak pada mereka yang membayar uang lebih banyak. Bukan pada kebenaran yang terlihat, akan tetapi pada siapa yang punya kekuasaan lebih besar.
Faktanya, mereka tidak akan mendengarkan penjelasan atau alasan tentang apa yang menjadi penyebab dia melakukan semua ini. Bayu sendiri sangat menyadari, hal yang paling rumit di dunia ini adalah hati manusia.
Selalu ada pergulatan antara kebaikan dan keburukan, antara hati kecil yang selalu mengarah kepada kebaikan, dan nafsu keserakahan yang selalu menuntun pada kenikmatan yang membutakan.
Bayu terus berjalan menyusuri jalan yang sepi, dikarenakan ini sudah mendekati jam 21.00 malam. Tidak ada kendaraan atau angkutan umum yang melintas di jalanan. Jadi, dia hanya bisa berjalan kaki menuju ke stasiun yang terdekat. Stasiun yang akan dia tuju adalah Stasiun Jatinegara, karena stasiun itu adalah stasiun terdekat dari daerah Cilangkap.
Rencananya, Bayu akan melarikan diri ke kota lain, bisa jadi mungkin ke Bandung atau bahkan ke Surabaya. Yang jelas, dia akan menghilang dan memulai hidup baru.
Jika itu anak biasa, sudah pasti ia kebingungan. Namun Bayu sendiri adalah seorang yang terlahir kembali, dengan jiwa yang berusia 23 tahun dan ingatan dari masa depan di tahun 2025.
Bahkan sampai sekarang dia juga masih bingung bagaimana mungkin dia bisa terlahir kembali. Hal ini adalah sesuatu yang sangat jauh di luar jangkauan pikiran manusia. Yang jelas, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hidupnya kali ini.
Akhirnya, setelah berjalan sekitar 1 jam, Bayu tiba di Stasiun Jatinegara. Tak terasa, dia sudah berjalan hampir 10 km.
Bayu berdiri di balik tiang besi besar di sudut peron stasiun Jatinegara. Malam semakin larut sementara jarum jam menunjukkan pukul 21.45.
Cahaya lampu kuning temaram menyinari rel yang menghitam sementara suara peluit dan roda besi berderit dari kereta-kereta lain menjadi pemandangan yang cukup melankonis. Mengingat ia hidup di tahun 1980.
Yang mana suasananya sangat berbeda di masa depan.
Kereta terakhir malam ini disebut kereta ekonomi malam Jayabaya Timur. Itu adalah kereta ekonomi yang melayani rute Jakarta Surabaya. Dan kereta tersebut akan berangkat sekitar pukul 22.00.
Ia akan melewati beberapa stasiun lainnya seperti Cikampek, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, Kediri lalu akhirnya berhenti di Surabaya Gubeng sebagai stasiun akhir.
Bayu sendiri sangat menyadari jika ini adalah satu-satunya kesempatan baginya untuk melarikan diri. Setelah pagi menjelang, jenazah Rio pasti akan ditemukan dan itu akan menjadi sesuatu yang menggemparkan karena ada mayat di sebuah gang sepi yang tidak mencolok.
Selain itu setelah kereta api ini pergi tidak ada perjalanan lagi hingga menjelang pagi. Dengan topi dan kacamata bundar yang udah iya persiapkan sebelum melakukan eksekusi terhadap Rio.
Ia mulai memakainya seketika perubahan itu membuat Bayu terlihat seperti orang yang sangat jauh berbeda. Dengan memakai topi dan kacamata ia terlihat seperti anak culun, lugu dan pendiam.
Para calon penumpang sudah mulai naik akan tetapi bayi tidak tergesa-gesa. Ia berdiri dengan tenang di kejauhan mengamati matanya menyipit menyoroti petugas berseragam yang mondar-mandir di peron. Kereta mulai mengeluarkan suara keras mesin mulai bergerak perlahan namun pasti, sementara jam sudah menunjukkan pukul 21.59.
Menarik napas dalam-dalam. Tepat 5 detik sebelum kereta berangkat kakinya mulai bergerak dengan cepat menuju gerbong paling belakang, itu adalah tempat yang paling jarang diawasi. Ia melompat dengan cepat dan untungnya pendaratannya benar-benar sukses tanpa kendala.v
Seketika tindakan Bayu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, namun hanya beberapa detik pandangan semua orang mulai teralih dan mereka kembali tak peduli.
Beberapa menit pertama ia berpura-pura menjadi bagian dari penumpang. Namun baru duduk selama beberapa detik ia mendengar suara langkah berat dari petugas dari arah depan yang memeriksa tiket satu persatu.
"Sialan." umpatnya.
Dengan cepat Bayu berdiri dan berpura-pura pergi ke toilet umum yang ada di antara dua gerbong. Ia masuk dan menutup pintu rapat-rapat,menahan napas di dalam ruang toilet yang tidak terlalu besar.
Suara langkah dari petugas mulai jelas terdengar, langkah kakinya mengarah pada toilet yang di dalamnya ada Bayu yang sedang bersembunyi.
Entah kenapa petugas itu sedikit merasa curiga karena melihat ada gelagat orang yang masuk ke dalam toilet saat dia sedang memeriksa tiket.
"Tok."
Petugas itu mulai mengetuk toilet itu untuk memastikan apakah ada seseorang atau tidak.
Untungnya ketukan itu hanya sekali dan petugas itu tidak membukanya.
"Huh.. mungkin aku hanya salah lihat." gumamnya.
Tidak lama kemudian petugas itu melangkah pergi meninggalkan toilet.
Beberapa menit berlalu. Namun Bayu masih tetap terdiam di dalam toilet, sampai ia yakin jika situasinya benar-benar aman.
Sampai menit demi menit berlalu, yang terdengar hanyalah kesunyian di luar ruangan. Bayu berpikir mungkin petugas itu sudah pergi. Dengan perlahan ia mulai membuka pintu.
Ia bernapas lega karena menyadari jika petugas itu benar-benar telah pergi. Kemudian ia melangkahkan kakinya lalu duduk di kursi lipat dekat sambungan gerbong. Dari jendela kecil di dekat kakinya ya bisa melihat bayangan malam yang semakin lama semakin kelam.
Menghela napas. memikirkan semuanya. Bayu kini akhirnya benar-benar meninggalkan desa Cipayung tempat kelahirannya, meninggalkan kakak, ibu dan ayahnya dengan perasaan bersalah yang bergemuruh didalam dadanya.
Namun, apapun yang terjadi...segalanya sudah terjadi, tidak perlu ada yang disesali karena semua ini adalah jalan yang ia pilih sendiri.
Demi masa depan kakaknya.
Demi membebaskan kakaknya dari rasa trauma dan tertekan karena bayang-bayang Rio yang mungkin suatu saat bisa mengganggunya. Namun semuanya telah berakhir Rio ditangkap pernah muncul di hadapan kakaknya Karena dia sudah mati.
Ia tidak tahu seperti apa hidupnya nanti. Esok pagi adalah merupakan perjalanan baru yang akan menentukan bagaimana nasibnya ke depan. Dan kini, sosok anak 13 tahun itu siap untuk bertarung dengan kerasnya kehidupan jalanan yang menganut hukum rimba, di tempat yang baru, suasana baru, dan tantangan yang baru.. yaitu kota Surabaya.