NovelToon NovelToon
CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Nelki

- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -

Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbawa Mimpi

Malam yang melelahkan, Ryan sudah pergi. Makeup yang menjadi topeng wajahku ku hapus. Satu persatu hiasan di jilbab kulepas. Kemudian ku lepas gaun indah ini. Lega sudah rasanya tak sesak. Aku yang hanya menggunakan tanktop dan legging segera pergi mandi.

Selesai mandi, aku segera berganti dengan pakaianku sebelumnya dan langsung bersiap tidur. Tak lupa aku berdoa terlebih dahulu agar tidak mengalami mimpi buruk. Setiap menit aku mengubah posisi. Entah mengapa setelah kecelakaan tadi membuatku tak nyaman. Miring kanan, kiri, dan terlentang juga tengkurap. Semua posisi sudah ku lalui, tapi aku tak kunjung tidur.

"Aku bukan tipe yang harus pake guling padahal, tapi kok ga bisa tidur di semua posisi tadi?" kataku kesal.

Aku mengambil salah satu bantal dan memeluknya erat. Tak disangka itu membuatku merasa nyaman. Aku pun akhirnya bisa tidur.

...****************...

Malam pengantin baru yang sudah lama dinantikan olehku. Suami idaman yang sejak dulu diam-diam kusukai benar-benar menjadi milikku seutuhnya. Di villa mewah miliknya yang jauh dari kebisingan. Cocok sekali untuk memadu kasih.

Ranjang besar tempatku menunggunya dengan lingerie hitam. Percikan air saat suamiku mandi membuat jantung berdegup kencang. Wajahku merona membayangkannya. Malam ini aku akan diterkam olehnya. Bagaimana ini?

Krek...

Pintu kamar mandi terbuka, pria bertubuh kekar dengan perut sixpack dan dada bidangnya. Rambutnya yang setengah basah menambah nilai plus untuk penampilannya. Handuk putih yang melilit tubuh bawahnya sampai atas lutut. Aku malu sekali memandang pemandangan indah di depanku. Jadi tanpa sadar menunduk.

Suamiku yang melihat penampilanku malam ini menelan ludahnya. Tubuh yang seksi menggoda kendali dirinya. Jika suasana saling mau mungkin langsung di terjangnya. Namun, melihatku yang malu dia mendekati samping kasur. Jari telunjuknya mengangkat daguku.

Wajah polos tanpa makeup tetap menawan. Bibir mungil merah delima seolah nikmat untuk disantap. Rambut hitam panjang yang tergerai menambah kecantikan alami. Suamiku mendekatkan wajahnya padaku.

"Ini waktu untuk kita berdua. Tak ada yang bisa mengganggu. Kamu juga tak bisa lari Sayang," katanya.

Aku hanya tersenyum manis padanya seolah telah siap melewati malam yang panjang. Suamiku menurunkan pandangannya ke tubuhku. Belahan dada yang menggoda ditambah ukuran gunung kembar yang cukup besar. Kulit putih bersih yang terlihat karena tipisnya lingerie milikku.

Tangannya yang mulai aktif menyentuh salah satu gunung kembarku. Dia tak menyangka tangannya tak mampu menampung gundukan itu. Aku tersipu malu.

"Ba... bagaimana?" kataku terbata sambil membuang muka.

Aku tak bisa menatap wajahnya yang dipenuhi keinginan liar. Dia hanya terdiam sebentar lalu mulai beraksi lagi. Gundukan daging yang tak berbuat salah padanya diremas. Rasanya semua tubuhku gemetar. Panas di dalam tubuh naik perlahan.

"Ah... sakit!" teriakku.

Bukannya berhenti, dia malah makin menjadi. Dia menarik lenganku, menempatkanku di pangkuannya. Di kasur yang empuk apa dia tidak suka gaya di sana? Satu lengannya melingkar di perutku untuk menahan permainannya. Tangan satunya merobek lingerie milikku. Sekarang tubuh ini tak tertutupi apa pun.

"Lain kali kamu tak perlu memakainya," bisiknya di telingaku.

Detik berikutnya gunung kembarku dimainkannya dengan penuh semangat. Remasan itu semakin intens. Tubuhku tak tahan lagi. Ini sangat panas.

"Ah... um... ah... hentikan!"

"Mulutmu memang berbeda dengan tubuhmu. Lihatlah tubuhmu juga ingin kan?" kata suami.

Dia membaringkan tubuhku yang telanjang di kasur besar. Dua pegunungan yang indah jelas memenuhi matanya. Aku segera menutupi dengan kedua telapak tangan.

"Jangan! Tunggu sebentar biarkan aku dulu... "

Perkataan yang tak dihiraukan suamiku. Dia menarik kedua tanganku dan menguncinya dengan satu tangan di atas kepalaku.

"Ah!"

Suamiku langsung mencium bibirku. Menikmati lembutnya bibir mungilku. Lidahnya mulai bermain untuk menerobos masuk. Aku makin mengatupkan bibir rapat-rapat. Dia berhenti menciumku dan menatapku dengan penuh keinginan liar.

"Jika tak mau berciuman di sini aku akan ke tempat lain," katanya sambil meletakkan jari telunjuk di bibirku.

Tubuh putihku menjadi tempat dia mencium dengan liar. Beberapa gigitan juga ada di tubuhku. Puncak gunung kembarku masih belum di sentuhnya. Syukurlah tempat itu terlewati. Bisa-bisa aku lepas kendali nanti.

Setelah puas menggerayangi tubuhku, dia menatap puncak gunung kembarku. Dia menatapnya dengan penuh perhatian. Hup... Mulutnya menangkap puncak itu. Uh... Dia mulai menghisap meski tak ada yang keluar. Dia cukup lama di sana untuk kedua puncak.

"Tubuhku panas sekali ah..."

Suamiku melepaskan jeratnya dariku. Tubuhku menginginkannya. Aku mulai melemparkan diri padanya. Oh tidak, aku sudah hilang kendali. Mengetahui aku mulai aktif mengajak dia pun melanjutkan sampai tahap akhir.

...****************...

Pagi menyapaku dengan sinar penuh kehangatan dari celah tirai menerpa wajahku. Aku segera menyipitkan mata karena silau. Aku terbangun dan langsung mengambil posisi duduk. Ku tutup wajahku dengan tangan. Ini sungguh memalukan jika ada yang tau aku memimpikan malam pengantin baru. Semua ini gara-gara Ryan. Kecelakaan semalam sampai terbawa ke mimpiku.

"Ting!" bunyi pesan masuk.

Aku segera memeriksa ponselku. Ternyata cukup banyak yang menghubungiku sejak kemarin. Ponselku dalam mode hening jadi tak menyadari. Ditambah lagi kemarin aku benar-benar tak ada waktu bermain ponsel. Aku sibuk mempersiapkan diri untuk acara semalam. Setelah membaca dan membalas pesan aku meletakkannya kembali di meja sebelah ranjang.

Aku merebahkan diriku kembali. Ingin memastikan aku sudah sadar sepenuhnya dari tidur semalam dan mimpi burukku. Ponselku berdering. Aku segera mengangkatnya. Terdengar suara pria yang cukup sopan di seberang.

"Nona, silahkan bersiap untuk kembali!" katanya.

"Okey tunggu satu jam lagi," kataku langsung mematikan sambung dan bergegas mandi.

...****************...

Aku keluar dari hotel. Ada sopir seperti sebelumnya, tapi bukan Ryan tentunya. Dia memintaku segera naik ke mobil. Perjalanan ke bandara diselingi percakapan.

"Pak, bisakah nanti mengantarkan kembali baju ke Miss Scarlett?" tanyaku.

"Tidak perlu repot Nona. Saya akan mengembalikannya. Sekarang prioritas utama adalah mengantar Nona kembali ke rumah," jawabnya.

Aku hanya mengangguk tanda mengerti maksud sopir itu. Ponselku berdering. Kali ini Ryan menelepon. Aku ingin mengabaikannya, tapi malah ku angkat.

"Ria kamu sudah sampai bandara?" tanya Ryan.

"Belum. Sebentar lagi," jawabku.

"Tunggu aku sebentar. Aku mau pulang bersamamu," katanya memberitahu.

Sambungan telepon langsung terputus. Ryan segera bergegas ke bandara. Dia tak peduli dengan masalah perusahaan untuk sementara. Hal terpenting sudah dilakukan untuk lainnya bisa diurus nanti.

...****************...

Sampai di bandara aku menunggunya. Beruntung sekali dia mendapatkan tiket di pesawat yang sama. Tidak ada salahnya menunggu. Aku menyuruh sopir itu untuk kembali dan melakukan tugasnya. Awalnya cukup sulit mengusirnya, tapi dia setuju pergi saat Ryan muncul. Dia undur diri dari hadapanku, sedangkan Ryan mulai berjalan mendekati.

"Kita pulang bareng nih," katanya dengan wajah ceria.

Aku menatapnya sambil menyipitkan mata. Tak habis pikir setelah kecelakaan semalam dia masih bisa secerah matahari pagi. Ryan mengetahui tatapanku yang penuh selidik. Dia mengerti maksud tatapan itu, tapi berpura-pura tak tau.

"Aku mau... "

"Ayo ke sana dah disuruh tuh!" ajakku menyela perkataannya.

Kami berdua segera menaiki pesawat. Di dalam pesawat hal yang membuatku kesal lagi adalah posisi duduk. Bisa-bisanya itu bersebelahan. Bukankah seharusnya menjaga jarak setelah apa yang terjadi semalam? Bukannya dia harus meminta maaf padaku? Aku menderita semalam dengan mimpi itu. Apa sebenarnya yang dia rencanakan kali ini?

1
Alucard
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
ALISA<3
Gemesin banget! 😍
MindlessKilling
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!