Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 22
Shasa dan Widya berada di apartemen Sandra, mereka mau mengkonfirmasi kebenaran mengenai rencana pernikahan Sandra dan Leo. Mereka juga menawarkan diri menjadi bagian dari acara tersebut.
Pada kesempatan itu juga Widya berkata jujur dan mengaku salah pada Sandra.
"Tapi sebelumnya aku mau minta maaf, karena sempat berpikir kau dan Pak Damian memiliki hubungan karena desas desus yang pernah aku dengar. Aku juga tadinya menjadi mata-mata Ibu Juwita tapi aku tidak mendapatkan info apapun tentang dirimu dan Pak Damian."
Sandra tersenyum samar, dirinya dan bosnya sangat pintar menyembunyikan perselingkuhan mereka. Biarlah Shasa dan Widya tidak mengetahuinya.
Widya tertawa terbahak lalu berkata lagi. "Dan yang paling gilanya lagi, Shasa. Sudah menggosipkan dirimu dengan Pak Noval. Tapi memang iya kalau Pak Noval menyukai dan tahu-tahunya kau akan menikah dengan Leo."
Sandra dan Shasa pun sekarang ikut tertawa.
"Iya, ditegur Pak Damian untuk tidak bergosip lagi."
Setelah pembicaraan receh itu mereka mulai bicara serius. Apa saja yang dibutuhkan Sandra dalam acara besarnya nanti yang digelar sederhana. Hanya mereka, orang-orang terdekat saja. Makanya Sandra dan Leo tidak menggunakan jasa WO.
Sampai tengah malam mereka berada di apartemen Sandra, setelah selesai baru mereka pulang.
Keesokan paginya.
Juwita masih bekerja bersama Damian tetapi hubungan pernikahan mereka terasa sangat hambar. Tidak ada usaha yang ditunjukkan Damian untuk memperbaiki hubungan mereka, semua mengalir seperti bawahan dan atasan.
Dia masih sangat mencintai Damian tapi dia tahu semuanya sudah tidak sama lagi. Percuma juga dia mengemis cinta pada pria itu, karena dia tidak ingin lagi diabaikan Damian. Sikap dingin Damian sudah sangat melukainya.
"Kau sudah tahu Sandra akan menikah dengan Leo?."
Damian yang sedang fokus menatap layar monitor kini beralih menatapnya. "Kata siapa?."
"Di luar semua orang sedang membicarakan."
"Aku baru tahu darimu."
"Kau tidak ingin memperjuangkan Sandra?."
Kemudian Damian kembali fokus pada pekerjaan yang berada di dalam layar monitornya. "Sandra yang tidak mau diperjuangkan."
"Apa karena kita tidak jadi bercerai?."
"Entahlah."
Juwita dan Damian sama-sama terdiam, akan tetapi tidak lama kemudian Damian yang bicara sembari kembali menatap Juwita yang sedang melamun.
"Apa kau pernah mencari informasi tentang Papa biologisnya Aurora?."
Juwita tersadar dari lamunannya karena pertanyaan Damian kemudian dia mengangguk dengan wajah sendu. "Tapi aku tidak mendapatkan informasi apapun."
"Kenapa?."
"Aku tidak tahu, mungkin karena aku memang sial."
"Papa tidak membantumu?."
"Sudah, tapi hasilnya tetap sama."
Damian bangkit berdiri dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah Juwita lalu berdiri di depan meja kerja perempuan itu.
"Apa kau masih mau mencari tahu keberadaannya?."
Juwita terdiam sembari menengadah, menatap mata indah Damian yang cintanya sudah bukan untuknya lagi. Sungguh sangat menyedihkan memang, tapi itu bukan salahnya. Keadaan yang memaksa mereka berada dalam situasi ini.
Kembali Damian mengajukan pertanyaan yang sama "Apa kau masih mau mencarinya?."
"Jujur saja, aku sudah tidak ingin tahu lagi. Aku dan Aurora sudah bahagia walau kami harus bergantung pada dirimu."
"Tidak apa-apa, aku senang bisa berada di antara kalian. Aurora anak yang baik, aku juga tidak sampai hati melukai hatinya. Tapi setidaknya kau harus tahu kenapa pria itu bisa melakukan itu pada dirimu? Kenapa bisa menghilang selama ini? Ke mana perginya? Siapa dia dan apa yang dimilikinya?."
Juwita menggeleng pelan. "Aku takut dia pria beristri yang sudah memiliki keluarga. Aku tidak mau menghancurkan kehidupannya. Biar saja Aurora milikku, dia sudah bahagia memiliki kita."
Juwita melihat tarikan napas Damian yang cukup berat. Dia tahu Aurora sudah sangat membebaninya. "Maaf kalau itu harus membuat hubunganmu dan Sandra berakhir."
"Tidak, bukan karena itu hubungan kami berakhir."
Damian berjalan hendak kembali ke kursinya namun Juwita sudah memegangi tangannya. Damian pun menatap tangan itu lalu beralih pada wajah Juwita.
"Tidak bisakah kembali mencintaiku? Karena aku masih sangat mencintai dirimu."
Sementara itu Sandra sudah di bandara, menjemput Mama tercinta yang datang karena pernikahannya yang akan digelar bulan depan.
"Mama..."
Mama Reni memeluknya. "Kau sudah lama?."
"Belum, Mama."
Mereka berjalan menuju mobil sembari Sandra membawa koper kecil milik Mamanya.
"Apa ini tidak terlalu cepat?."
Sandra tertawa kencang. "Ini sudah merupakan pertanyaan Mama yang ke 100."
"Mama serius."
"Aku juga serius."
Sandra memasukkan koper tersebut ke dalam bagasi lalu mereka naik dan Sandra yang mengemudikannya. Mobil pun meninggalkan bandara.
"Pernikahan sesuatu yang sangat serius, bukan untuk main-main, sekali seumur hidup."
"Aku tahu, Mama. Aku juga tidak memiliki niat jelek terhadap pernikahan aku dan Leo."
"Lalu bagaimana dengan perasaanmu pada Damian?."
"Aku yakin cinta dari Leo akan sanggup menghapus perasaanku pada Damian."
"Bagaimana kalau tidak?."
Sandra terdiam, semakin fokus pada jalan yang sudah mulai dipenuhi pengendara yang lain.
"Itu sudah keputusanku dan aku akan bertanggung jawab."
Mama Reni menghela napas, bukan tidak rela melepas putrinya untuk menikah tapi bukan dengan tindakan gegabah seperti sekarang ini.
*
Di sebuah cafe Pak Noval sedang minum ditemani Pak Arya, karena bagaimana juga mereka adalah sahabat baik.
"Kau tidak berencana untuk menggagalkan pernikahan Leo dan Sandra 'kan?."
"Sudah pasti aku memiliki rencana itu, tapi aku harus memastikan semuanya berjalan sesuai rencanaku. Aku tidak mau mengalami kegagalan."
"Kau tidak memikirkan reputasimu?."
"Reputasiku sudah hancur diinjak-injak menantuku. Dia sudah menjadikan Sandra simpanannya. Sedangkan aku serius menjadikannya istriku, pengganti Eliza."
Pak Arya tersenyum. "Hanya karena Damian kau semakin menginginkan Sandra."
"Bukan Leo apalagi Damian yang akan menjadi suaminya Sandra, tetapi aku."
"Cinta telah membuat dirimu gelap mata. Ini lebih parah saat kau kehilangan Eliza untuk selamanya."
Pak Noval terdiam, merenungkan apa yang dikatakan sahabatnya. Memang benar, tapi itu menandakan dirinya sangat menginginkan Sandra.
Di lain tempat Damian masih betah duduk di balik meja kerjanya, Juwita juga dengan setia menemaninya.
"Kenapa kau tidak pulang?."
"Siapa tahu kau membutuhkan sesuatu, jadi aku bisa membantu dirimu."
Damian menutup berkasnya. "Tidak, kau pulang saja. Kasihan Aurora, pasti sangat kesepian di rumah."
"Dia sudah tidur ditemani pengasuh."
"Terserah kau saja kalau masih mau di sini."
Juwita mengangguk dan Damian kembali bekerja.
Tepat pukul satu dini hari Damian dan Juwita keluar dari kantor. Damian memberikan tumpangan pada Juwita yang telah menemaninya sampai selarut ini.
Tiba di rumah Juwita tidak terus saja mengikuti Damian sampai ke depan pintu kamar pria yang masih menjadi suaminya.
Damian berhenti lalu bertanya pada Juwita. "Ada apa?."
"Kau bisa membagi apapun denganku, Damian."
"Terima kasih kau sudah sangat baik, tapi aku tidak memiliki apapun yang bisa aku bagi dengan dirimu."
"Aku masih istrimu dan berhak atas dirimu."
Damian terdiam sembari menatap wajah Juwita. "Lakukan apa saja yang kau inginkan."
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫