Kean tak seberuntung kakak-kakaknya, yang menemukan jodohnya dengan mudah, Kean berkali-kali gagal menikah bahkan yang terakhir di khianati wanita yang di cintainya dengan tulus.
Lelah mencari jodoh hingga usianya semakin matang Kean nyaris menyerah dan justru di jodohkan dengan gadis desa pilihan Bundanya.
Lentera si gadis miskin yang menjadi tulang punggung keluarganya, kehidupannya tak seberuntung gadis-gadis yang lain, namun semua itu berubah ketika bertemu dengan Bunda Mutia sebagai Bosnya. Akankah Kean mau menerima jodoh dari bundanya??? Bisakah dirinya hidup bahagia dengan gadis desa pilihan ibunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Maaf
Malam hari.
Seharian Kean ingin menjumpai Lentera namun tak bisa, istrinya itu tak kembali ke rumah yang Bundanya Mutia hadiah sebagai mahar pernikahan.
Kean hanya bertemu dengan mertua dan saudara-saudaranya saja namun tak menjumpai istrinya itu, Kean bahkan mendatangi tempat kerja Lentera namun masih juga tak menjumpai gadis yang terpaksa dia nikahi itu.
Kini malam tiba Kean memilih untuk ke rumah sakit dimana sang Bunda di rawat dan yah mungkin salah dia yang tak mencarinya ke rumah sakit, nyatanya gadis itu menemani Bundanya dengan setia.
Kean ingin masuk, namun ragu untuk melangkah saat terdengar suara Lentera tengah berbincang dengan sang Bunda tentang pernikahannya.
"Bun, Maaf sepertinya pernikahan ini tidak bisa Tera lanjutkan." Ucap Lentera menggenggam tangan Bunda Mutia.
"Sayang, Maaf... Bunda sudah memaksamu untuk menikahi laki-laki pengecut seperti Kean." Ucap Bunda Mutia parau dan merasa bersalah membuat Kean semakin sesak di tempatnya.
"Ini mungkin sudah jalan yang tertulis bagi kami Bun, Tera Ikhlas namun jika terus di lanjutkan ini hanya akan melukai satu sama lain saja." Ucap Lentera lembut dan perlahan.
"Bunda akan selalu jadi Mertua terbaik di mata Tera, sampai kapanpun meski Tera tak menjadi istri Mas Kean lagi." Lanjut Tera yang justru membuat Bunda Mutia menjadi semakin kesal pada Kean, begitu pula Kean semakin merasa sesak di luar kamar.
"Bunda Mohon bertahanlah, jangan menyerah, Bunda tak ingin jika kamu jadi janda hanya dalam waktu satu bulan. " Mohon Bunda Mutia sendu dan ucapan ini membuat Kean merasa semakin menjadi orang paling bersalah atas rasa yang di tanggung kedua wanita yang ada di dalam.
"Tapi Bun, Mas Kean tak menyukai aku sedari awal, bagaimana bisa saya terus bertahan di sisinya jika dia tak mau melihatku sama sekali." Jujur Tera menunduk sedih dan itu sukses membuat Bunda Mutia ikut sedih dan prihatin dengan sikap sang putra pada istrinya.
Kean masuk tanpa salam dan mengejutkan kedua wanita yang sedang berbincang di dalam ruang pasien itu.
"Maaf." Ucap Kean sembari berjalan kearah kedua wanita yang sekarang menjadi wanita paling dekat dengan dirinya.
Bunda Mutia memilih melengos kesal pada sang putra, tak ingin asam lambungnya semakin meningkat Bunda Mutia memilih membuang muka pada putra yang sebenarnya ingin dia omeli banyak-banyak itu.
"Bun, Kean mohon maaf dengarkan penjelasan Kean dulu... " Ucap Kean memohon namun sang Bunda tetap tak mau melihatnya dan ini menyakitkan sementara Lentera memilih setia menundukkan kepalanya.
"Kean tak tau jika gadis itu Lentera yang Kean temu, jika Kean tau Kean tak akan bersikap terus menghindarinya." Jujur Kean, lalu Kean pun bercerita pertemuan dengan Lentera pertama kalinya dan kedua kalinya bahkan menceritakan saat mengajak Lentera menikah namun di tolak karena sudah mau menuju dan ternyata justru dirinya sendiri yang akan menikahi Lentera, Kean jujur jika tau itu Lentera Kean tak akan terus menghilang dan tak menemui calon istrinya namun karena prasangka buruk yang dia yakini justru semakin menjauhkan dirinya dengan Lentera.
"Lalu, salah siapa???sejak awal kamu tak mau dan menolak jika di ajak bertemu??? " Kata Bunda Mutia sedikit kesal dan meninggikan suaranya.
"Ya itu bodohnya Kean Bun... Maaf." Ucap Kean.
"Tera, maaf kita tak perlu berpisah, kita lanjutkan pernikahan ini, maaf sudah membuat dirimu sedih dan kecewa." Ucap Kean dan itu hanya bisa di jawab helaan nafas dan anggukan pelan seorang Lentera.
***
Di mobil.
Yah setelah obrolan itu Ayah Arsya datang dan Bunda Mutia pun meminta Kean membawa Lentera pulang, kini mereka berdua di dalam mobil.
Sunyi sepi hanya deru mobil yang terdengar Lentera setia mengunci mobilnya, Kean sendiri setia dengan diam dan bingung harus bagaimana memulai awal yang baik dengan Lentera.
Kean pun akhirnya memilih memutar lagu namun sialnya lagu itu jutru membuat suasana semakin tidak mengenakan rasanya.
Sekian lama kau menghindar
Sekian banyak kasih terbuang
Meskinya aku sadari dulu
Semua ulah dan sikapku
Hu ...aku rindu
Ku tulis lagu untukmu
Sekedar kata maaf dariku
Terserah kau suka atau benci
Yang pasti aku terima
Aku masih sayang padamu
Seperti dulu
Dan ku harap kau tahu
Ingin ku miliki
Rasa yang dulu pernah ada
Maafkan aku atas semua
Yang pernah kita lewati bersama
Dan tak bahagia
Berilah waktu untukku
Mengulang kembali
Cita-cita kita yang terhenti
Ku coba lari dan lupakan
Menatap jauh tinggalkan angan
Tapi apa yang kerap terjadi
Bayangmu hadir di sini
Hu ...aku rindu
Aku masih sayang padamu
Seperti dulu
Dan ku harap kau tahu
Ingin ku miliki
Rasa yang dulu pernah ada
Maafkan aku atas semua
Yang pernah kita lewati bersama
Dan tak bahagia
Berilah waktu untukku
Mengulang kembali
Cita-cita kita yang terhenti
Maafkan aku atas semua
Yang pernah kita lewati bersama
Dan tak bahagia
Berilah waktu untukku
Mengulang kembali
Cita-cita kita yang terhenti
"Ehm... lagu itu ucapan untuk sang Mantan?? " Tiba-tiba Lentera berkata dan membuat Kean mengecilkan lagunya.
"Apa?? barusan kamu bilang apa? " Kean bertanya karena tak begitu dengar.
"Itu lagu untuk mantan Mas Kean yang sampai membuat Mas Kean ingin bundir waktu itu?" Tanya Lentera pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Ah itu, bu bukan.. Ini hanya sebuah kebetulan saja kok." Kean canggung.
"Ckk lagi pula dulu itu aku bukan mau bunuh diri kok, cuma lagi males gerak aja." Elak Kean tak terima.
"Owhhh ada ya orang ada ombak besar malas bergerak, kecuali orang yang cari mati." Gumam Lentera pelan.
"Ehm... Soal waktu di kamar maaf aku terkejut tiba-tiba ada wanita di dalam kamarku, soalnya Diska bilang kamu di rumah." Kean mengalihkan pembicaraan.
Lentera hanya mengangguk tanpa bersuara lalu menatap jendela, masih terasa kesal jika mengingat pertemuan pertama setelah menikah itu.
"Kita mau kemana?" Tanya Lentera mengubah topik.
"Ke apartemen ku." Jawab Kean.
"Tapi aku ingin pulang kerumah." Elak Lentera belum siap.
"Apartemen itu juga menjadi apartemen kamu juga rumah kita." Balas Kean.
"Ibu belum tau jika aku akan kesana, aku tak ingin membuat beliau khawatir." Kata Lentera.
"Baiklah, kita tidur di rumah malam ini." Ucap Kean mengalah.
***
Up lagi ya jangan lupa vote dan jejak manisnya 🙏😍😍
lanjut aku baca cerita Faiza dan Zein 👍
Terima kasih author dan sehat sehat juga untuk author nya 😍😍
Sudah lounching kah buku nya Faiz dan Zain ??