Gagal menikah yang kedua kalinya membuat Raisa Marwa memberanikan diri melamar Satria Langit Bos dikantornya yang terkenal playboy.
Bagaimana perasaan Satria?
Bagaimana juga dengan kekasihnya Satria yang bernama Rega?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Satria tersadar dan menghentikan cumbuan,ini kamar Raisa yang masih berbagi tembok dengan Abah dan Umi,bukan kamar hotel yang sering disewanya,jika dilanjutkan bisa-bisa ranjangnya ikut menjerit.
Satria kembali tidur dengan memunggungi Raisa,ingin sekali dia menimpuknya dengan bantal namun diurungkan.
"Bos kamu tidur lagi ya?"tanya Raisa
"He ehm."jawab Satria
"Tidur tapi ditanya jawab."kata Raisa
"Sa,bisa gak kamu gak goda saat ini?"tanya Satria
"Siapa yang godain?"tanya Raisa
Satria membalikkan tubuhnya dan membisikkan sesuatu ditelingannya,senyumnya mengembang sesaat setelah tahu alasan mengapa Satria menghentikan saat sudah mulai panas.
Langsung di tariknya selimut menutupi seluruh badannya.
Karena tidak bisa memejamkan matanya kembali Rasa memilih membersihkan diri dan keluar dari kamar menemani Abah dan Umi.
"Kamu sudah bangun?"tanya Umi
"Dari jam tiga tadi."jawab Raisa
"Sa,sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu dan Isna?"tanya Abah
Raisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi selama ini,banyak hal yang dia sembunyikan dari Abah dan Umi.
Abah hanya termenung mendengarnya,tidak menyangka Isna yang sudah dibesarkan seperti anak sendiri ternyata memiliki perilaku seperti itu.
"Itu sebabnya aku lebih memilih bekerja kantoran daripada disini Bah."kata Raisa
"Ya sudah,semoga pilihanmu kali ini lebih indah dari pilihan Abah dan Umi."kata Abah menasehati
"Abah,bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa saat dia kembali."kata Raisa
"Tentu saja,ajari suamimu itu sholat dan ngaji pelan-pelan."kata Abah
Suara adzan subuh terdengar membuyarkan obrolan mereka bertiga,Abah dan Umi bergegas pergi keMasjid sementara Raisa kembali masuk kamar.
Raisa melaksanakan sholat Subuh dan berusaha membangunkan Satria,awalnya dia ragu namun dicoba menepuk bahunya.
Satria membuka mata perlahan-lahan,memandang wajah manis yang membangunkan tidurnya,selama ini tidak ada yang berani membangunkannya saat dia tidur karena dia akan melempari dengan apa yang ada di depannya.
"Bos,ayo bangun."kata Raisa
"He hem."Satria mengangguk
Satria duduk sebentar dan bangkit dari kasur,pergi kekamar mandi.Raisa membereskan bantal dan melipat selimut,lalu buru-buru menyusul Satria yang masih berada dikamar mandi.
Tanpa mengetuk pintu Raisa membuka pintu dan melihat suaminya sedang melepas baju.
"Sorry."kata Raisa membalik badan
"Tidak masalah,kalau kamu mau kita bisa melakukannya disini."canda Satria
"Sudah pakai bajunya?"tanya Raisa
"Belum,bisa bantuin."jawab Satria.
Raisa menarik nafas dalam dan menghembuskan pelan,dia berbalik kearah suaminya dan membantu memakai bajunya kembali.
Raisa mengajarkan bagaimana caranya berwudhu.
Satria langsung melakukan apa yang sudah diajarkan Raisa,selama ini tidak pernah ada yang mengajarkan apa itu ibadah,terlahir dari kedua orang tua dengan perbedaan membuatnya sampai saat ini belum bisa memutuskan,namun setelah Raisa meminta menikahinya membuatnya harus punya pilihan.
"Bagus untuk pemula."kata Raisa
"Benarkah?"tanya Satria dengan semangat
"He hem."tanggap Raisa dengan anggukan kepala
"Ayo."ajak Raisa
"Ayo kemana?tanya Satria
"Aku ajari kamu sholat."jawab Raisa
Diawal Raisa hanya mengajari gerakannya,dia sangat ingin membuat pasangannya nyaman lebih dahulu tidak menuntut lebih apalagi sempurna.
Satria mengelus-elus kepalanya karena sedikit pening, Raisa membantunya memijat dititik tertentu dan itu bisa membuatnya rileks.
"Kerjaanmu terlalu banyak tekanan."kata Raisa
"Kamu benar,baru semalam aku bisa tidur nyenyak."kata Raisa
Raisa tidak ingin menanggapi kata-kata Bos,biarlah selama bersamanya Satria bisa berubah,masa lalunya biar dia yang menanggungnya.
"Apa sudah baikan?"tanya Raisa
"Belum"jawab Satria
"Sudah mandi sana,abis itu sarapan."kata Raisa
"Iya."jawabnya dengan malas bangkit
Satria kembali masuk kekamar mandi,Raisa menyiapkan baju yang semalam dibawa oleh Sean.
Setelah pamitan Raisa,Satria dan Sean masuk dalam mobil,meninggalkan rumah Raisa yang masih ada tenda dan kursi,janur kuning juga masih melambai-lambai.
****
Mobil membelah lalu lintas pagi,sebenarnya rumah Raisa tidak terlalu jauh dari pusat kota hanya saja harus berputar karena adanya bukit yang memisahkan rumah dan tempat kerjanya.
Rega sudah menunggu didepan gedung,meski begitu dia masih berada didalam mobilnya.Panggilan berkali-kali keponsel Satria tidak diangkatnya,itu yang membuat Rega frustrasi.Kredit Card milik Satria tidak bisa dipakai lagi karena sudah melebihi,atau malah sudah diblokir.Belum lagi cicilan mobil dan rumah yang sudah menunggak selama dua bulan.
Satria meminta kepada Sean untuk mengantarnya kerumah,setelah makan siang baru dia akan pergi kekantor.
Sean mengerti dan memutar balik kearah rumah milik pribadi Satria.
Mobil memasuki kawasan elit,deretan rumah besar,mewah dengan desain modern dan warna yang sama.
Sampai diujung jalan mobil berbelok dan masuk kedalam rumah yang tidak kalah mewah dari rumah sebelumnya,bangunanya berbeda dari rumah yang lain,menurut Raisa lebih maskulin.
"Ini rumah kamu Bos?"tanya Raisa
"Bisa gak jangan panggil aku Bos lagi.jawab Satria
"Lalu aku harus panggil apa?"tanya Satria
"Apa aja,panggil nama langsung juga gak papa atau mau panggil sayang."jawab Satria
Sean hanya tersenyum melihat keduanya,Bos Satria yang terkenal suka gonta ganti cewek dan terkadang kasar ternyata bisa bertekuk lutut kepada sosok gadis pendiam dikantornya.
Sean merasa senang dengan perubahan yang luar biasa namun hatinya juga deg-degan mengingat Rega yang bisa melakukan apa saja nantinya.
"Bos saya langsung kekantor ya,pagi ini ada meeting dengan para pimpinan."kata Sean
"Iya,hati-hati nanti siang aku menyusul."kata Satria
Sean langsung memutar balik mobilnya setelah menurunkan Bos dan istrinya.
Raisa melihat sekitar rumah dan masuk mengikuti Satria,dirumahnya ada banyak pembantu yang melayani,wajar rumah segitu besar tidak cukup waktu jika hanya memiliki lima pembantu.
"Tuan sudah kembali?"tanya salah satunya
"Bagaimana?sudah siap?tanya Satria
"Sudah Tuan."
"Ini Raisa istriku,mulai saat ini akan tinggal disini dan kamu Bi Lis yang aku tunjuk bertanggung jawab membantunya."kata Satria
Satria mengandeng tangan Raisa meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya,saat melihat perubahan pada kamarnya Satria tersenyum puas,semua diganti dengan warna yang lebih kalem tidak seperti sebelumnya didominasi warna hitam.
Disana juga ditambah lemari baju dan sepatu milik Raisa,ada beberapa barang dengan brand terkenal.
Raisa berjalan mendekati jendela dan melipat kedua tangannya dibawah dada,melihat jauh keluar sana.Hari ini dia bisa merasakan tinggal dirumah mewah,kasur yang nyaman berbeda dari semalam.
Satria melepas setelah jas dan menggantungnya,melihat istrinya melamun dia mencoba mendekatinya.
"Kamu melamun?"tanya Satria
"Ah,tidak."jawab Raisa tersenyum
Tidak ada ucapan atau kata-kata terucap,Satria sendiri bingung mau memulai darimana.Berada didekat Raisa membuatnya kikuk,namun dia berhasil memecahkan suasana yang tadinya hening menjadi ceria lagi.
"Jadi ini rumah pribadimu?"tanya Raisa lebih dulu
"Iya,aku merombak total bangunannya."jawab Satria.
"Pantas rumahnya berbeda dari yang lain."kata Raisa
Banyak obrolan yang mereka berdua bicarakan,terkadang bercanda,masalah kerjaan bahkan tentang pacar juga mereka bicarakan.Tanpa terasa waktu sudah menjelang siang,saat pintu diketuk oleh Bi Lis.
Raisa membuka pintu dan terlihat Bibi Lis berdiri disana.
"Nyonya makan siang sudah siap."kata Bi Lis
"Panggil aku Mbak saja ya Bi."kata Raisa
"Baik Mbak."kata Bi Lis menunduk
Raisa kembali menutup pintu dan mendekati Satria,menyentuh bahu dan menatap matanya.
"Waktunya makan siang,bukankah kamu mau pergi kekantor siang ini."kata Raisa.
Raisa hendak menyiapkan baju yang akan dipakai Satria siang ini,namun tangan Satria meraih tubuh Raisa kedalam pelukannya.
"Sebentar saja,jangan kemana-mana."kata Satria
Raisa membalas pelukannya,dalam pantulan cermin didepannya Raisa bisa melihat suaminya memejamkan mata,Satria bisa membandingkan pelukan hangat seorang istri dengan kekasihnya sebelumnya,pelan -pelan melepaskan dan tersenyum.
****