aku tidak tahu apakah pernikahanku akan berjalan sempurna atau tidak...
aku juga tidak tahu apakah aku mampu melewati pernikahan ini hingga akhir atau tidak...
hanya Tuhanlah yang tahu akhir kisah cinta pernikahanku ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tumbangnya Alishba
"Bagaimana dokter, keadaan menantu kami, Alishba ?" tanya nyonya Harmam.
Seorang pria berjas putih beranjak bangun dari kursi lalu berdiri.
"Keadaan menantu anda kurang baik saat ini, sepertinya dia kekurangan cairan sehingga dia lemas...", sahut dokter.
"Lantas apa yang harus kami lakukan supaya dia menjadi sehat kembali, dokter ?" tanya nyonya Harmam.
"Cukup diberi asupan nutrisi yang baik saja maka akan sehat kembali, dan menantu anda juga sepertinya banyak pikiran yang menyebabkan tubuhnya mudah lemas", sahut dokter.
"Pikiran ?!" kata nyonya Harmam.
"Yah, saya sendiri kurang tahu hal apa yang menjadikannya pikiran berat buat menantu anda, tapi saya sarankan sebaiknya dia banyak beristirahat dulu saat ini", ucap dokter seraya memberikan resep obat kepada nyonya Harmam.
"Baiklah...", kata nyonya Harmam sembari menerima secarik resep obat dari tangan dokter dengan sikap anggunnya.
"Biarkan menantu anda beristirahat sejenak, kurang lebih tiga atau lima hari, jangan dulu beraktivitas berat", lanjut dokter.
"Yah, akan aku ingat pesan anda, dokter", kata nyonya Harmam.
Dokter menoleh ke arah Alishba yang masih terbaring terpejam di atas tempat tidurnya.
"Saya akan memberinya infus cairan selama tiga hari, dan tolong diperhatikan makanannya, tiga hari ke depan ini", kata dokter.
Dokter lalu mengeluarkan perlengkapan infus dari dalam tas yang dia bawa kemudian memasangkannya ke tangan Alishba yang masih terpejam diam di atas tempat tidurnya.
"Sekarang selang infus telah terpasang sehingga menantu anda mendapatkan asupan nutrisi yang memadai, untuk kesembuhannya serta kepulihannya", kata dokter.
"Terimakasih, dokter", sahut nyonya Harmam.
"Jangan lupa supaya dijaga asupan nutrisinya, akan baik baginya jika dia diperhatikan kebutuhan energinya", kata dokter kembali.
"Apa makanan yang sebaiknya dia konsumsi selama tiga hari nanti, dokter ?" tanya nyonya Harmam seraya melirik pelan ke arah Alishba yang berbaring lemah di atas tempat tidurnya.
"Kalau makanannya, semua boleh, tidak ada pantangannya, tapi selama tiga hari ke depan, lebih baiknya, makanan halus seperti bubur agar pencernaannya mudah menerima", sahut dokter menjelaskan.
"Baiklah, akan saya ingat-ingat pesan anda, dokter", kata nyonya Harmam.
"Yah, kalau begitu, sudah tidak ada lagi urusan lainnya, saya mohon pamit dulu, dan jangan lupa diperhatikan asupan nutrisinya", sahut dokter mengingatkan.
"Baik, dokter, terimakasih kami ucapkan atas nasehatnya", kata nyonya Harmam.
"Hubungi saya jika belum ada perkembangan baik dari kesehatan menantu anda, jika tiga hari ini, dia masih belum pulih segera hubungi saya lagi", sahut dokter.
"Baik, dokter", kata nyonya Harmam sembari mengangguk pelan.
"Saya pamit pergi dulu, sampai bertemu lagi, nyonya Harmam", sahut dokter seraya berpamitan pergi.
Seorang pelayan segera berjalan menghampiri nyonya Harmam lalu mengambil resep obat dari tangannya saat nyonya itu melangkah menemani dokter keluar dari kamar tidur Alishba.
Alishba masih terbaring lemah diatas tempat tidurnya dengan mata terpejam serta selang infus terpasang di tangannya.
Ada seorang pelayan sedang berjaga di dekatnya sembari menyeka dahinya dengan kain handuk hangat.
Seorang pria berpakaian jas hitam melangkah masuk ke dalam ruangan kamar yang sepi itu lalu dia berhenti di dekat samping kursi dimana pelayan itu duduk.
"Bagaimana keadaannya sekarang ?" tanyanya sembari memperhatikan Alishba yang berbaring di atas tempat tidurnya.
"Nyonya Alishba masih belum sadar dan sepertinya kondisi tubuhnya masih lemah sekarang ini", kata pelayan itu.
"Semoga keadaannya segera membaik dan cepat pulih seperti sediakala", sahut pria berpakaian jas hitam.
"Yah, semoga saja, kondisinya segera pulih", kata pelayan itu yang masih menyeka kening Alishba.
"Jangan sampai hal ini diketahui oleh pangeran muda Mizan, sebab akan runyam jadinya jika dia mengetahui keadaan yang terjadi pada nyonya Alishba saat ini", ucap pria itu.
"Aku sendiri tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya saat menemukan nyonya Alishba terbaring pingsan di dalam kamar mandi tanpa seorang pun yang tahu dengan kondisinya saat itu", kata pelayan sembari mendongakkan kepalanya ke atas.
Pelayan itu mendesah keras seraya berseru pelan.
"Demi Tuhan !" ucapnya. "Apa yang sebenarnya terjadi pada nyonya Alishba sehingga dia seperti ini ?!"
"Siapa yang menemukan nyonya Alishba di kamar mandi tadi ?" tanya pria berjas hitam lengkap seraya menoleh ke arah pelayan perempuan yang terlihat panik itu.
"Aku dan ibu kepala pelayan yang menemukan nyonya Alishba di kamar mandi saat kami hendak bersih-bersih kamar tidur tadi pagi", sahut pelayan perempuan sembari menepuk keningnya.
Pelayan perempuan itu segera memalingkan mukanya ke arah pria yang ada disampingnya lalu berkata kembali.
"Kau tahu bagaimana kondisinya sekarang ini ??? Sangat parah sekali ! Bahkan air menggenang dimana-mana saat nyonya Alishba kami temukan di dalam kamar mandi saat itu !" ucapnya antusias.
Pelayan perempuan menepuk pelan lengan pria berjas hitam.
"Kenapa kamera pengawas tidak mendeteksi akan bahaya yang terjadi di dalam kamar nyonya dan tuan ???" tanyanya.
"Bagaimana bisa adanya kamera pengawas di kamar pribadi nyonya dan tuan, itu sangat ilegal dan dilarang ada !" sahut pria berjas hitam menjelaskannya.
"Tapi jadwal kegiatan di kamar tidur bukankah sudah diatur sedemikian rupa oleh tim keamanan di rumah ini, seharusnya di kamar ini juga tersedia kamera CCTV supaya jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap nyonya segera diketahui cepat", kata pelayan perempuan.
Pelayan itu memutar badannya ke arah Alishba seraya menatapnya sendu.
"Sangat disayangkan sekali hal ini terjadi pada nyonya, jika tidak ada yang mengetahui keadaanya waktu itu, entah bagaimana nasibnya saat ini", kata pelayan perempuan dengan ekspresi cemas.
"Memang aturannya demikian, kamar nyonya dan tuan tidak boleh terpasang oleh kamera CCTV, untuk menjaga privasi mereka selama di rumah, lain halnya kamar untuk tamu atau ruangan lainnya, kamera pengawas akan terpasang seluruhnya disana", sahut pria berjas hitam.
"Tapi ini sangat berbeda keadaannya, bahkan bisa dibilang sangat mengkhawatirkan sekali", kata pelayan itu.
"Yah, tapi bagaimana lagi jika memang seperti itulah keadaannya yang terjadi pada nyonya Alishba, kita tidak bisa berbuat apa-apa untuknya", sahut pria berjas hitam seraya menatap serius ke arah Alishba yang berbaring saat ini.
"Sangat disayangkan sekali kalau begitu...", kata pelayan perempuan sambil menghela nafas pelan.
"Jangan beritahu mengenai kondisi nyonya Alishba pada siapa pun juga yang ada di rumah ini, selain ibu kepala pelayan dan kau sendiri, juga nyonya Harmam serta dokter", ucap pria berjas hitam.
"Tapi bagaimana jika nyonya Harmam sendiri yang memberitahukan hal ini kepada semua orang di rumah ini", kata pelayan perempuan.
"Akan aku katakan padanya agar beliau menyimpan masalah ini, baik kepada siapa pun juga", ucap pria berjas hitam.
"Tapi nyonya adalah majikan kita dan rumah ini kepunyaan tuan Sulaiman Harmam, putra beliau", kata pelayan perempuan.
"Urusan ini lebih penting daripada perang besar yang bakal terjadi antara dua keluarga, dan itu lebih mengerikan dari yang kita perkirakan", sahut pria berjas hitam.
"Apa yang lebih mengerikan dari ini semua ?" tanya pelayan perempuan terkejut kaget.
"Perang antara dua keluarga yang saling mematikan satu sama lainnya, dan tak akan ada satu pun yang tersisa di rumah ini, bahkan kita semua turut tiada", sahut pria itu dengan sorot mata dinginnya.
"Kita ???" ucap pelayan itu lalu beranjak berdiri dari tempatnya duduk.
"Benar", sahut pria berjas hitam sembari menganggukkan kepalanya.
"Untuk apa kita harus terlibat dalam urusan mereka, tidak ada gunanya bagi kita disangkutpautkan dengan mereka, kita hanya pekerja di rumah ini, itu saja dari yang ada pada kita semua", kata pelayan perempuan mulai khawatir.
''Dan kita tidak bisa berbuat apa-apa, untuk menghadapi masalah ini, yang dapat kita lakukan saat ini, hanyalah mencegah perang besar itu terjadi di keluarga ini, kau mengerti", sahut pria berjas hitam.
serem amat nikah kayak gini, thor !
aliansi pernikahan, gak ada tulus-tulusnya, gak ada cinta juga klo nikah seperti iniiii...