NovelToon NovelToon
Raja Arlan

Raja Arlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: BigMan

Namaku Arian. Usia? Ya... paruh baya lah. Jangan tanya detail, nanti aku merasa tua. Yang jelas, aku hidup normal—bekerja, makan, tidur, dan menghabiskan waktu dengan nonton anime atau baca manga. Kekuatan super? Sihir? Dunia lain? Aku suka banget semua itu.

Dan jujur aja, mungkin aku terlalu tenggelam dalam semua itu. Sampai-sampai aku latihan bela diri diam-diam. Belajar teknik pedang dari video online. Latihan fisik tiap pagi.

Semua demi satu alasan sederhana: Kalau suatu hari dunia ini tiba-tiba berubah seperti di anime, aku mau siap.

Konyol, ya? Aku juga mikir gitu… sampai hari itu datang. Aku bereinkarnasi.

Ini kisahku. Dari seorang otaku paruh baya yang mati konyol, menjadi petarung sejati di dunia sihir.
Namaku Arian. Dan ini... awal dari legenda Raja Arlan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12 - Tatapan Sang Pemilih: Bunga Liar di Ladang Ksatria

Pagi itu, aku duduk di kursi rodaku, mengenakan selimut tipis dan wajah pucat khas peran pangeran sakit-sakitan. Tapi dalam benakku… rencana sudah mulai bergerak.

...----------------...

“Jadi… Kau ingin keluar dari istana?” Suara Ayah—Raja Argus—terdengar datar, namun alisnya sedikit terangkat. Itu pertanda bagus.

Aku mengangguk pelan, seperti orang yang baru saja sembuh dari demam panjang. “Aku ingin menghirup udara segar. Mungkin... melihat para ksatria berlatih.”

Seketika, wajah beliau mengeras.

“Arlan… Kau tahu tubuhmu itu lemah. Jika kau memaksakan diri—”

“Ayah…” potongku lembut. “Aku tahu batasanku. Dan aku hanya akan duduk di kursi roda, ditemani Lyra dan Seraphine. Tidak akan ada risiko.”

Ia terdiam. Mata tajamnya meneliti wajahku seolah mencari kebohongan. Tapi aku sudah ahli bersandiwara.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi kau harus membawa pengawal kerajaan.”

Kuduga akan seperti itu. Tapi justru ini... peluang.

“Boleh aku memilih sendiri pengawal itu, di tempat kesatria berlatih nanti?”

“…Kenapa?”

“Aku ingin orang-orang yang bisa membuatku nyaman. Yang tidak hanya menjaga, tapi juga mengerti aku. Setidaknya... biarkan aku memilih yang sesuai dengan ritmeku.”

Ayah terdiam lama. Tapi, ada sedikit senyum di sudut bibirnya.

“…Kau mulai bicara seperti seorang pemimpin.”

Apa itu pujian? Dari Ayah? Catat tanggalnya, ini bersejarah.

“Baik,” katanya. “Pilihlah sesuai kehendakmu.”

Dan begitulah, beberapa jam kemudian aku berada di halaman latihan para ksatria elit.

Sinar matahari membanjiri arena terbuka yang dikelilingi bangunan megah khas kerajaan. Suara benturan pedang, teriakan pelatih, dan derap kaki para prajurit menggema di udara.

Aku, Arlan, pangeran lemah yang nyaris tak pernah keluar dari kamarnya, duduk di kursi roda, dikelilingi Lyra yang terlalu semangat, dan Seraphine yang... yah, selalu tampak seperti sedang menilai siapa saja yang layak bernapas di dekatku.

Saat aku muncul, latihan berhenti seketika. Semua prajurit memberi hormat. Bahkan guru besar pedang kerajaan—seorang pria tua dengan otot seperti batu dan mata sekeras baja—mendekat dan menunduk.

Aku hanya mengangkat tangan pelan. “Lanjutkan saja latihan kalian. Anggap aku tak ada di sini.”

Mereka tampak canggung. Tapi setelah isyarat keras dari guru besar pedang, latihan kembali dilanjutkan.

Dan aku… mulai mengamati.

Bukan dengan mata biasa.

Mata sihirku menyala lembut, hanya bisa kulihat dari dalam diriku. Aura di sekitarku mengalir, bergerak, memancar seperti cahaya dalam kabut.

Beberapa ksatria memancarkan aura merah terang—itu tanda bahwa mereka sudah berpengalaman, tapi tak punya ruang tumbuh lebih jauh. Ada yang biru redup—tenang, stabil, tapi... datar. Tidak menarik.

Sampai akhirnya...

Mataku menangkap satu sinar berbeda.

Hijau menyala. Penuh percikan emas di pinggirannya. Seperti kuncup bunga yang siap meledak menjadi sesuatu yang luar biasa.

Dia...

Seorang ksatria muda, mungkin baru 21 tahun. Tak menonjol dari luar. Gerakannya agak canggung, kadang terlalu agresif, kadang terlalu ragu. Tapi auranya... liar dan kuat, seperti naga muda yang belum tahu kekuatannya sendiri.

“Ada satu,” gumamku.

Lyra menoleh, “Hah? Ada apa, Tuan Muda?”

Aku menggeleng. “Tidak. Aku hanya melihat bunga liar yang tumbuh di antara ladang gandum.”

Lyra mengerutkan kening. “Itu peribahasa baru? Atau kau lapar?”

Seraphine hanya mendesah. “Dia sedang serius, Lyra. Tutup mulutmu sebentar.”

Aku tersenyum.

Bocah itu... bisa menjadi sesuatu. Dan jika ia berhasil lolos dari rencanaku, maka dia akan jadi anggota pertama dari pasukan bayanganku.

Langkah pertamaku sudah kutetapkan.

Dan permainan ini…

Akan semakin menarik.

Latihan pun berakhir. Nafas para ksatria tersengal, pakaian mereka basah oleh keringat, dan aroma logam dari senjata mereka masih menggantung di udara.

Beberapa dari mereka melirik ke arahku—ke arah pangeran yang seharusnya terbaring di ranjang, namun malah duduk tenang di tengah arena latihan dengan mata tajam menilai.

Langkah berat mendekatiku. Derap yang mantap dan penuh wibawa. Guru Besar Pedang itu berdiri di hadapanku.

Barcos Gattan

Pria bertubuh besar dengan wajah penuh bekas luka dan sorot mata yang tak pernah kehilangan ketajaman.

“Yang Mulia Pangeran Arlan,” katanya sambil membungkuk sedikit, “anda sedari tadi mengamati kami. Bolehkah saya tahu… apakah ada sesuatu yang sedang Anda cari? Atau mungkin… ada yang ingin Anda bicarakan?”

Aku mengangguk kecil, lalu memutar sedikit tubuhku dengan perlahan seperti orang rapuh—karena tentu saja, peran tetap harus dijaga.

“Ada satu hal,” jawabku santai. “Aku ingin... satu orang dari sini.”

Sejenak, keheningan turun. Para ksatria saling melirik. Barcos mengangkat alis.

“Seseorang?” ulangnya. “Maksud Anda untuk dijadikan pelayan pribadi?”

Lyra terkikik pelan di belakangku. “Kalau Tuan Muda ingin pelayan pribadi, mungkin lebih baik yang cantik~”

Seraphine langsung menyikut Lyra tanpa ampun. “Diam, bodoh.”

Aku menunjuk ke arah salah satu sisi arena. Ke arah seorang pemuda dengan rambut cokelat berantakan dan napas yang masih terengah-engah. Ia bahkan belum sadar bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian.

“Dia,” kataku.

Barcos mengerutkan dahi. “Dia? Maksud Anda… Saniel?”

Aku tak tahu nama itu, tapi sepertinya cocok.

“Anak itu masih mentah,” lanjut Barcos. “Dia tidak buruk, tapi… banyak yang jauh lebih unggul darinya. Jika Anda membutuhkan penjaga pribadi, saya bisa menyiapkan daftar top 10 ksatria terbaik kami.”

“Top 10?” Aku tersenyum. “Menarik juga. Aku ingin bertemu dengan mereka juga.”

“Oh. Lalu... mengapa Anda memilih Saniel, kalau boleh tahu?” tanya Barcos penuh rasa ingin tahu.

Aku menatapnya sebentar, lalu mengalihkan pandanganku.

“Aku hanya mengikuti intuisi,” jawabku datar. “Dan... kadang, intuisi lebih tajam dari daftar ranking.”

Lyra mendekat, setengah membisik di telingaku, “Heeeh… jadi Tuan Muda suka tipe yang pemula tapi potensial, ya~ Menarik~”

“Lyra,” desis Seraphine. “Mulutmu itu bisa bikin orang dipancung kalau bicara di tempat yang salah.”

Aku hanya menghela napas, separuh senyum. Keduanya memang seperti yin dan yang. Tapi justru itu menyenangkan.

“Bawa Saniel ke hadapanku,” perintahku akhirnya. “Dan siapkan juga pertemuan dengan para ksatria top 10. Aku ingin melihat sendiri kekuatan mereka.”

Barcos tampak bingung, namun ia menunduk hormat. “Baik, Yang Mulia. Akan saya siapkan secepatnya.”

Saat ia berjalan pergi, aku sempat menoleh pada Lyra dan Seraphine.

“Kalian tahu… terkadang potensi sejati seseorang tersembunyi di balik bayangan. Dan aku lebih suka melihat cahaya yang belum disadari siapa pun.”

Lyra mengangguk dramatis. “Wah… itu kalimat paling keren yang aku dengar minggu ini!”

Seraphine menyilangkan tangan. “Atau paling penuh misteri. Tapi aku paham maksudmu.”

Aku hanya tersenyum. Dalam pikiranku, aku sudah menata bidak pertama di papan. Saniel, si bunga liar, akan jadi potongan pertama. Dan para top 10... mereka akan jadi batu uji.

1
budiman_tulungagung
satu bab satu mawar 🌹
Big Man: Wahh.. thanks kak..
total 1 replies
y@y@
👍🏿🌟👍🌟👍🏿
budiman_tulungagung
ayo up lagi lebih semangat
Big Man: Siap.. Mksh kak..
total 1 replies
R AN L
di tunggu kelanjutannya
Big Man: Siap kak.. lagi ditulis ya...
total 1 replies
y@y@
👍🌟👍🏻🌟👍
Big Man: thanks kak..
total 1 replies
y@y@
👍🏿⭐👍🏻⭐👍🏿
y@y@
🌟👍👍🏻👍🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐
y@y@
👍🌟👍🏻🌟👍
y@y@
👍🏿⭐👍🏻⭐👍🏿
y@y@
🌟👍👍🏻👍🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐
y@y@
⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐
y@y@
⭐👍🏻👍👍🏻⭐
y@y@
👍🏿🌟👍🌟👍🏿
y@y@
👍🏻⭐👍⭐👍🏻
y@y@
🌟👍🏿👍👍🏿🌟
y@y@
⭐👍🏻👍👍🏻⭐
y@y@
👍🏿🌟👍🌟👍🏿
y@y@
👍🏻⭐👍⭐👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!