damar aby sugito atau lebih sering di panggil sugi, seorang pemuda yang memiliki sebuah toko boneka, namun boneka yang di jualnya juga bukan boneka-boneka biasa melainkan boneka hidup yang melindungi tuannya, selain bukan bonekanya saja yang unik, sugi sendiri juga memiliki kekuatan yang tiada tanding. namun ia sendiri tidak menyadari bahwa dirinya itu sakti dan sugi juga tidak menyadari bahwa boneka-boneka yang di jualnya itu hidup. di season 2 kali ini akan terungkap bagaimana sugi bisa memiliki boneka-boneka hidup itu, dan bagaimana sugi bisa mendapat kekuatan tiada tanding, serta siapa yang telah membuat sugi tidak bisa menyadari kesaktiannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"tanpa L! ingat tanpa L, awas kalau kamu menambahkan huruf L."
Objek latihan kali ini adalah tidak lain tidak bukan adalah salah satu tanaman bunga yang berada di taman belakang toko sugi.
Elisa dengan tangan yang bergetar mulai menggoreskan kuasnya.
Namun sayang seribu sayang, karena tangan elisa bergetar jadi lukisannya mletot.
Bagaimana tidak mletot? Saat ini elisa hampir pingsan karena kekuatan spiritualnya tersedot habis habisan ke dalam kuas ini. Ternyata untuk menggerakan kuas ini dia membutuhkan kekuatan spiritual yang bisa di bilang tidak terbatas.
Tidak hanya itu, untuk menggambar lebih lanjut dia juga membutuhkan sebuah kemampuan penghayatan yang dia tidak miliki.
Oleh karena itu hasil gambarnya mletot.
"Sudah hentikan!" Ucap sugi.
Sambil menundukan kepalanya, elisa kembali menaruh kuas itu.
Terlihat trio kuli langsung membereskan peralatan peralatan melukis ini. Elisa memandangi trio kuli sambil menghela nafas. Elisa sangat yakin, meskipun tampilan trio kuli itu seperti pelayan lemah, namun aslinya mereka memiliki kekuatan yang sangat tinggi, tidak dapat di ukur dengan mudah.
Sugi langsung bersandar di kusinya sambil memijat kepalanya dengan ekspresi pusing.
"Sebenarnya kamu ini ingin les apa? Mengapa kamu tidak berbakat dalam hal apapun?" Tanya sugi dengan pusing, "jangan bilang kamu ingin les menari? Aku tidak bisa kalau itu!"
Elisa kembali menundukan kepalanya, dia tidak berani menjawab pertanyaan dari sang mahaguru. Sebab elisa mengetahui betul, bukan salah mahaguru sugi. Ini semua adalah kesalahannya, dia memang tidak memiliki bakat yang cukup untuk menjadi murid sejati dari sang mahaguru sugi.
Jika di ibaratkan, kekuatan mahaguru sugi bagaikan kegelapan di luar angkasa yang tidak bisa di ukur seberapa dalam.
Tentu saja tidak mungkin mahaguru sugi mencari murid ecek ecek seperti dirinya. Oleh karena itu elisa sama sekali tidak marah ketika mahaguru sugi mengucapkan bahwa dirinya tidak memiliki bakat apapun.
"Aha! Aku tahu!" Ucap sugi dengan cerah.
"Mungkin kamu tidak jago dalam bidang alat musik, apalagi melukis, namun bisa jadi kamu berbakat dalam bidang senjata!" Ucap sugi.
Buru burus sugi masuk ke dalam gudangnya dan mengambil salah satu kotak kayu panjang yang cukup besar.
"Mari kita coba ini, barangkali kamu bisa menggunakan busur dan anak panah!" Dengan cepat sugi membuka kotak kayu itu, sebuah busur panah keemasan terlihat di depan mata elisa.
"Ini adalah salah satu koleksi barang antik favoritku! Jemparing prabu suryokonto.... tanpa L! Ingat tanpa L!" Ucap sugi.
Mata elisa tampak terus memandangi jemparing prabu suryokonto tanpa L. Dengan cepat dia merasakan jiwanya terasa panas seolah aura dari busur panah sakti ini membakar dirinya.
Sugi mengambil busur yang terbuat dari logam itu.
"Ambilkan aku anak panah!" Perintah sugi.
Dengan cepat darso mengambil sebuah anak panah dan langsung menyerahkannya ke sugi.
Sugi memasang anak panah itu dan mengarahkan ujung anak panah itu ke langit, kemudian setelah itu sugi menarik tali busurnya.
Dengungan spiritual terdengar terpancar ke seluruh tempat. Seolah jemparing prabu suryokonto merayakan kebahagiaanya setelah sekian lama tidak di gunakan.
Kekuatan mengerikan segera terwujud namun dengan cepat sugi mengendorkan kembali tali busurnya.
"Apakah kamu melihat bagaimana aku berdiri dan menarik tali busur ini?" Tanya sugi kepada elisa.
Elisa menganggukan kepalanya dengan sangat cepat.
Kemudian sugi menyerahkan jemparing prabu suryokonto kepada elisa.
"Giliran kamu..." ucap sugi.
Elisa tidak langsung mengambil busur itu, "guru, apakah saya benar benar boleh menyentuh jemparing prabu suryokon--" sugi langsung menyela, "ingat tanpa L! Tanpa L! Awas kalau kamu menambahkan huruf L!" Sugi sedikit khawatir apabila elisa kebablasan.
"Ambil dan langsung praktekan seperti apa yang aku lakukan tadi, barangkali kamu memiliki bakat dalam bidang busur panah!"
Setelah menyiapkan mental dan menghirup udara dalam dalam, elisa menyentuh busur panah itu.
"Ughh!" Terlihat elisa kesulitan dalam mengakatnya, seolah busur sakti ini tidak mau ia angkat. Tidak lama kemudian rasa panas menjalar di seluruh tubuhnya.
Elisa sudah tidak kuat, dengan cepat ia melepaskan kembali busur itu. Dia menatap ke arah mahaguru sugi dengan tatapan putus asa.
"Tidak kuat? Waduh lemah sekali tenagamu..." ucap sugi.
Sugi terdiam saat ini, memikirkan senjata apa yang ringan dan cocok untuk elisa.
Sekali lagi elisa menundukan kepalanya. Dia menyadari betul dia sangat lemah, tidak cukup layak untuk mengakat pusaka sakti ini.
"Coba pedang!" Ucap sugi yang langsung menutup kembali kotak busur ini dan membawanya ke dalam gudang. Kemudian sugi mengambil sebilah pedang yang sangat indah.
Ketika elisa melihat sugi membawa pedang indah itu, elisa menelan ludahnya secara ngeri. Pasalnya ketika di pegang sugi pedang indah itu terasa hidup dan seolah memancarkan aura tipis yang mampu memotong motong tubuhnya dalam sepersekian detik.
Sugi meletakannya di atas meja, "nama pedang indah ini adalah pedang tajimalela." Ucap sugi setelah meletakannya di atas meja.
"Tanpa L?" Tanya elisa.
Sugi langsung memasang ekspresi (-_-)
Kemudian sugi berucap, "Kalau tanpa L namanya tajima e a dong!"
"Pakai L, tapi tidak di akhir kata!"
Dengan cepat tangan elisa mencoba memegangi gagang pedang ini. Namun sayang seribu sayang, elisa juga tidak kuat untuk mengangkat pedang indah ini.
Elisa gagal lagi!
"Tunggu mari kita coba dengan tombak!"
Gagal!
"Coba pakai Parang!"
Gagal!
"Coba pakai cambuk, sabit, gadah, rencong, keris, kujang, jambiya, tongkat, belati, sapu, cangkul, ketapel!"
Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal! Gagal!
Membuat sugi duduk di kursinya sambil memijat pelipisnya. Dia sama sekali tidak menyangka, elisa tidak bisa melakukan apapun!
"Apakah karena dia anak orang kaya, sehingga dia tidak bisa melakukan apapun?" Tanya sugi dalam hati.
"Aha! Aku tahu! Semoga elisa berbakat dalam bidang ini!"
Dengan cepat sugi membawa elisa menuju ke dalam dapur. Kalau seumpama elisa tidak jago dalam musik, melukis, bahkan menggunakan senjata, mungkin cocoknya elisa di dapur, dalam bidang memasak.
Wanita pintar memasak, umum bukan?
Dia atas meja sudah tersiap sebilah pisau dan kangkung yang siap di iris.
"Coba sekarang praktek memasak!"
Kali ini elisa bisa mengakat pisau dapur itu tanpa hambatan, namun ketika ia mencoba untuk mengiris kangkung yang ada di talenan, hasilnya malah mletot-mletot.
Melihat hasil irisan elisa yang mletot-mletot, sugi langsung terhuyung-huyung kebelakang, "bahkan masak juga tidak berbakat?! Astaga naga!"
Kali ini bukan karena pisau atau talenan yang terlalu sakti, atau menolak elisa. Namun karena memang elisa tidak pernah masuk ke dalam dapur. Ia tidak tahu caranya mengiris kangkung.
Buru buru sugi duduk di salah satu kursi dapur, sambil memasang wajah penuh frustasi.
Seketika sugi ingat tentang pak syafrizal yang tampak sangat bahagai ketika dirinya menerima elisa les di tempat ini.
"Sialan! Aku tahu kenapa pak syafrizal itu tampak sangat bahagia!" Ucap sugi dalam hatinya, "pasti elisa di rumah ini adalah gadis malas yang tidak bisa melakukan apapun!"
"Pak syafrizal bahagia ketika aku menerima elisa les di sini karena pak syafrizal berharap elisa bisa belajar sesuatu, dan tidak menjadi putri kasur!"