Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.
Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.
Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Jam 5 pagi di ruang rahasia bawah tanah perusahaan Hartono, Azka berdiri di antara rak-rak arsip logam yang berderit pelan setiap kali ia menyentuhnya. Dalam genggamannya, ada sebuah map berstempel merah yaitu dokumen transfer saham rahasia yang ditandatangani mendiang ayah Alya dan paman Alya sendiri, Jiwan Hartono.
Bukti ini, jika diungkapkan secara terbuka, bisa menjatuhkan nama keluarga Hartono. Tapi Azka tahu bahwa ini adalah pedang bermata dua yang dapat merugikan namun juga menguntungkan di satu sisi jadi ia harus bisa menggunakannya di waktu dan kondisi yang tepat.
Ia menekan tombol di pinggir jam tangannya.
"Kode Biru, aktif. Semua tim posisi siaga. Eksekusi rencana dalam 14 jam," ucap Azka memberi perintah pada bawahannya
Suara dari earpiece-nya menjawab singkat, “Diterima, Kapten.”
___________
Jam 7 pagi di ruang makan mansion keluarga Hartono, Alya duduk sendirian di meja besar. Matanya menatap kopi yang mulai dingin, sementara pikirannya melayang ke Azka yang belum kembali sejak subuh dan tanpa kabar apapun. Ia merasa sangat khawatir.
Kakeknya masuk dengan langkah pelan. Tua, tapi penuh wibawa.
“Kamu kelihatan khawatir, Alya,"ucap sang kakek
“Azka nggak pulang semalam,"ucap Alya sambil tersenyum tipis menyambut kakeknya
Kakek Alya pun duduk di seberang.
“Dia bukan pengawal biasa, Alya. Dia tahu apa yang dia lakukan jadi jangan khawatir,”ucap Kakek Alya
Alya menatap sang kakek dalam-dalam.
“Kakek tahu sesuatu tentang dia, ya?”tanya Alya penasaran
Sesaat, wajah sang kakek mengeras. Tapi ia menghindari jawaban langsung.
“Kamu tidak perlu mengetahui itu, yang perlu kamu tau adalah Paman Jiwan tidak bisa dipercaya. Japi jangan lakukan sesuatu yang bodoh. Fokus saja pada kuliah dan perusahaan,"ucap kakek Alya
Alya mengangguk dan mengerti maksud kakeknya, meski dalam hatinya pertanyaan tentang Azka makin tumbuh.
______________
Jam 10 pagi di ruang rapat direksi perusahaan Hartono, Jiwan Hartono duduk di kursi utama dengan dua tangan saling mengunci. Tatapannya tenang, meski dalam hatinya ada riak ketakutan. Beberapa pekan terakhir, ia tahu banyak laporan hilang, email penting tidak sampai, dan para investor asing yang tadinya menyokongnya tiba-tiba menarik diri.
“Azka...” gumamnya, pelan. “Bocah itu lebih dari yang aku kira,"lanjutnya geram
Saat ia bangkit dari kursi, pintu ruangannya terbuka. Sekretaris masuk, menunduk dengan gugup.
“Tuan... ada tamu yang memaksa masuk,"ucap sekretaris itu
“Siapa?”tanya Jiwan bingung
Pintu kembali terbuka. Azka masuk, setelan jas gelapnya rapi, tatapannya dingin.
“Waktumu habis, Pak Jiwan,"ucapnya dengan wajah yang tegas
______________
Jam 11 di ruang rahasia bawah tanah perusahaan Hartono, Azka menekan sebuah panel rahasia, memperlihatkan ruang penyimpanan kecil dengan kamera tersembunyi. Di dalamnya ada salinan kontrak ilegal, bukti penggelapan dana, dan video pertemuan Paman Alya dengan perwakilan perusahaan saingan di Singapura.
Dengan suara datar, Azka berkata di depan kamera.
“Semua ini akan dikirimkan ke dewan dan media, kecuali Anda menyerahkan pengaruh Anda secara sukarela dalam waktu 24 jam,"ucap Azka mengancam Paman Alya
Pak Jiwan pun mengepal tangannya, marah.
“Kamu cuma anak penjaga! Kamu pikir kamu bisa ancam aku di perusahaanku sendiri?!”ucap Pak Jiwan yang masih belum menyerah
“Ini bukan ancaman. Ini peringatan terakhir,"ucap Azka yang semakin mendekat dan menekankan setiap katanya
“Oh, dan satu lagi. Setiap direktur yang dulu kamu rekrut diam-diam kini berada di pihak Alya. Aku pastikan mereka tahu apa yang kamu lakukan,"lanjut Azka dengan senyum tipis yang malah terlihat menakutkan
_____________
Jam 2 siang di adakan rapat darurat untuk para dewan direksi, Kakek Alya membuka pertemuan singkat itu. Di sisi kanan duduk Azka dengan gagah dan tegas. Di sisi kiri, ada Alya yang masih tidak sepenuhnya tahu apa yang sedang terjadi, tapi hatinya sudah penuh curiga.
Di hadapan mereka, Jiwan tampak lemas. Ia telah menerima surat tuntutan dari pengacara perusahaan dan pengunduran dirinya telah disiapkan secara resmi oleh HR.
“Aku hanya ingin mempertahankan kekayaan keluarga,” gumamnya.
Kakek Alya menggeleng dan menatap Pak Jiwan dengan kecewa
“Bukan dengan cara menjual kehormatan keluarga,"ucap Kakek Alya
“Kamu harusnya tahu, perusahaan ini akan hancur kalau kamu serahkan ke bocah yang bahkan bukan darah daging kita,"ucap Pak Jiwan sambil berdiri pelan dam menoleh ke arah Alya
“Apa maksudnya?”tanya Alya sambil mengerutkan kening
"Itu bukan urusan Anda lagi. Keluar dari ruangan ini sebelum saya minta pengamanan menarik Anda keluar," ucap Azka yang ikut berdiri dan berbicara dengan suara yang tenang namun tegas.
Raga memandang Azka dalam diam. Kemudian, ia pergi. Tak ada amukan. Hanya kekalahan.
Dan seluruh ruangan pun hening.
**Pukul 19.00 – Taman Belakang Kusuma Estate**
Alya duduk di bangku taman, mengenakan sweater putih dan scarf. Angin malam mulai turun, membawa aroma tanah basah setelah hujan gerimis.
Azka berjalan mendekat. Tanpa berkata, ia duduk di sampingnya.
“Kamu menyelamatkan perusahaan, Azka,” ujar Alya, pelan.
“Itu tugasku,"ucap Azka sambil mengangguk
“Lebih dari tugas. Kamu... kamu pegang kendali penuh hari ini. Bahkan Kakek menyerahkan semuanya padamu,"ucap Alya
“Aku cuma bantu membersihkan jalur buat kamu,"ucap Azka sambil menghela napas
Alya menoleh. Wajahnya lembut, tapi ada sesuatu yang tertahan di matanya.
“Kadang aku pikir… kamu menyembunyikan sesuatu,"ucap Alya pelan
“Banyak hal yang belum waktunya untuk kamu tahu, Alya,"ucap Azka sambil menatap lurus ke depan.
Alya tidak membalas. Tapi ia bersandar sedikit ke sisi Azka. Tidak menyentuh, tapi cukup dekat.
“Kalau bukan kamu yang lindungi aku... aku mungkin sudah hancur sejak dulu,"ucap Alya
Dan malam itu, tanpa kata, mereka duduk berdua dalam diam yang penuh makna. Tak ada pengakuan cinta, tak ada genggaman tangan. Tapi semua sudah terasa.
_________________
Jam 11 malam di kamar pribadi Azka, Azka menatap layar monitor. File tentang dirinya, tentang perusahaan, dan semua rahasia Pak Jiwan kini aman di server terenkripsi. Operasi malam ini sukses. Pak Jiwan tak lagi punya kuasa. Alya bisa melangkah sebagai pewaris sejati tanpa bayang-bayang pengkhianat.
Tapi ada satu file yang belum dibuka yaitu pesan terakhir dari ayah Alya yang ia temukan lagi di ruang rahasia bawah tanah. Azka pun memutuskan untuk membacanya sekarang.
“Kalau kamu membaca ini, artinya kamu sudah siap. Jaga dia, Azka. Tapi jangan hanya dari bayangan. Suatu hari berjalanlah di sampingnya. Aku mempercayakan dia padamu. Jangan sia-siakan kepercayaanku.”
Azka memejamkan mata dan diam sejenak.
"Mungkin… suatu hari itu akan datang. Tapi belum malam ini," ucapnya kemudian
Bersambung