Bertahun-tahun Nayla Larasati menyimpan rasa pada Nathan Anderson Decland, teman masa kecil sekaligus kakak angkat Nayla.
Namun.. hingga Nayla menamatkan pendidikan sebagai dokter, Nay masih memendam perasaan itu sendiri pada Nathan yang sudah menyelesaikan pendidikan sebagai dokter spesialis jantung di London.
Saat kembali ke Indonesia, Nathan telah memilih gadis lain sebagai pendamping hidupnya.
Perasaan Nayla hancur, gadis itu memilih kembali ke kampung halamannya, mengabdikan diri sebagai dokter umum di kota terpencil.
Apakah Nayla mampu menghapus Nathan dalam hidupnya?
Sementara Nathan tidak mengetahui perasaan Nayla untuknya yang sangat mendalam.
Ikuti terus kelanjutan kisah Nayla-Nathan. Semoga kalian suka 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERDEBATAN
Weekend..
Nayla melangkahkan kakinya, memasuki sebuah sebuah mall yang terletak di kawasan Menteng.
Hari ini Nayla ada janji bertemu teman lamanya Sisil dan Karina untuk makam siang bersama di sebuah restoran Jepang yang ada di mall tersebut.
Nayla sengaja datang lebih cepat karena ingin mencari buku pediatric anak terlebih dahulu.
Gadis itu terlihat seperti belia yang masih duduk di sekolah menengah atas dengan celana jeans dan kaos oblong berwarna putih. Sementara rambut indahnya di kuncir.
Nayla selalu tampil alami. Gadis itu tidak mau berdandan berlebihan, apalagi jika akan membuatnya tampak lebih tua dari usianya. Bukankah setiap wanita normal itu pasti selalu menginginkan terlihat lebih muda.
Nayla terlihat senang kala netranya menangkap sebuah judul buku yang sedang ia cari-cari. Ada empat buku dengan judul dan penulis yang berbeda, namun membahas tentang
pediatric anak. Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan dan tubuh kembang pada anak hingga remaja.
Nay membaca sinopsis buku-buku itu. "Huhh, aku bingung mau membeli yang mana. Keempatnya bagus semua", ucap Nayla terlihat kebingungan mau beli yang mana, karena harga buku itu lumayan mahal bagi Nayla yang baru saja bekerja.
"Buku bersampul hijau lebih bagus di bandingkan tiga buku lainnya".
Suara laki-laki membuyarkan lamunan Nayla. Gadis itu menolehkan kepalanya pada laki-laki dewasa, berusia kisaran tiga puluh tahun mungkin. Ia juga sedang membaca buku yang posisinya tidak jauh dari Nayla berdiri.
Laki-laki itu baru melihat kearah Nay saat Nayla menolehkan wajahnya. Ia menghampiri Nayla. "Percayalah pada ku, kamu tidak akan menyesal membelinya. Satu buku itu sudah merangkum buku lainnya. Penjelasannya pun lebih mendetail, jika kamu ingin mempelajari bidang kedokteran anak", ucapnya menjelaskan.
Nayla tidak langsung percaya. Namun ia melihat judul buku yang sedang di baca laki-laki itu. Tentang anak down syndrome yang harus di pelajari seorang dokter anak.
Nayla tersenyum pada laki-laki itu.
"Aku percaya pada mu. Aku akan membeli buku yang kamu rekomendasikan", ujar Nayla mengambil buku yang di maksud.
Setelah membayar di kasir, gadis itu hendak keluar toko buku. Tujuan sekarang tentu saja untuk makan siang bersama temannya Sisil dan Karina.
"Wait!!"
Nayla menolehkan wajahnya. Ternyata laki-laki tadi yang memanggilnya. "Jika kamu tidak puas dengan buku yang aku rekomendasi kan, kau boleh komplain minta ganti rugi pada ku. Segera hubungi aku", ujar laki-laki itu sambil memberikan kartu namanya pada Nayla yang terdiam mematung ditempatnya.
Nayla mengangkat wajahnya, laki-laki bertubuh atletis itu sudah menjauh darinya.
Nayla melihat kartu nama yang baru saja laki-laki itu berikan padanya.
"dr. Aldi Kusuma Atmaja. Sp.A (K).
Nayla tersenyum melihatnya.
"Ternyata dia ahlinya, wajar saja sangat yakin merekomendasikan buku mana yang harus aku miliki", ucap Nayla menahan kekonyolannya sempat meragukan laki-laki itu.
*
Kesibukan di hari Senin cukup menguras tenaga dan pikiran bagi Nayla. Sejak pagi ia di sibukkan mengikuti seminar di sebuah hotel ternama mewakili Nathan yang akan menerima tamu penting di kantor mereka menurut Deri sebelum Nayla pergi tadi pagi.
Kemudian lagi-lagi Nayla harus menggantikan Nathan meeting di perusahaan obat yang bekerjasama dengan klinik mereka.
Hingga jam dua siang ini, Nayla sudah menghadiri dua acara di dua tempat sekaligus. Sangat melelahkan.
Kini dokter muda tersebut berada di dalam mobil kantor yang di kendarai oleh sopir. Ia menyandarkan kepalanya ke jok mobil. Tubuhnya terasa begitu penat. Nayla nampak lelah bukan tanpa alasan, ia baru selesai menghadiri acara mewakili Nathan. Kini harus segera kembali ke tempat kerja.
Setelah hampir satu jam berada di jalan raya dan berjibaku di tengah kemacetan, akhirnya mobil yang di tumpangi Nayla sampai juga ke
klinik.
Nayla langsung turun dan menuju lift khusus menuju ruangannya di lantai sepuluh. Ingin beristirahat sebentar, meluruskan kaki sambil menunggu waktu pulang.
"Semoga tidak ada jadwal lembur. Semoga Nathan ada di ruangan sekarang. Aku harus menyampaikan hasil pertemuan ku dengan perusahaan obat hari ini", ucap Nayla begitu keluar lift menuju ruangannya.
Tanpa mengetuk pintu Nayla memutar handle pintu ruang kerjanya dan Nathan.
Netra bening Nayla langsung bertemu mata biru terang Nathan yang melihatnya. "Kamu sudah kembali Nayla?", tanyanya.
Nayla menganggukkan kepalanya.
Ternyata Nathan tidak sendirian ia bersama laki-laki yang sama terkejutnya dengan Nayla ketika menolehkan wajahnya melihat kearah pintu.
"Dia Nayla adik mu, Nathan?", tanya laki-laki itu membulat kan kedua matanya menunjuk ke arah Nayla yang juga sama kagetnya siapa yang di lihatnya sekarang.
"Iya".
"Lanjutkan saja obrolan kalian, aku harus memberikan berkas ini ke lantai lima", ujar Nayla tidak enak jika ada di ruangan itu mendengar percakapan Nathan dan orang lain.
"Nanti saja ke sana. Kemari lah, kenalkan teman baik ku Aldi", ucap Nathan pada Nayla yang melangkah mendekati Nathan, menyambut tangan Aldi.
"Bagaimana buku yang kamu beli kemarin, apakah sesuai dengan yang kamu inginkan Nayla?"
Nathan kaget mendengar perkataan Aldi. "Kamu sudah mengenal Aldi teman ku, Nay?"
"Sungguh dunia ini sempit sekali ya", seloroh Aldi tertawa mengingat pertemuannya dengan Nayla ternyata adik temannya sendiri.
"Hari minggu kemarin kami betemu di toko buku. Aku sedang mencari buku pediatri anak, dan kak Aldi memberi tahu buku mana yang harus aku beli. Ternyata kak Aldi dokter anak. Wajar ia sangat paham", ujar Nayla menjelaskan pada Nathan.
"Kamu berminat mengambil spesialis anak? Kenapa tidak bilang pada ku?", ujar Nathan dengan tatapan berbeda pada Nayla.
"Kebetulan sekali Nayla kita tertarik pada bidang yang sama, kamu bisa kapan pun menghubungi ku kalau ada yang ingin kau tanyakan. Kartu nama yang aku berikan pada mu apa masih kamu simpan?"
Nayla menganggukkan kepalanya. wanita itu mengambilnya di dalam tas memperlihatkannya pada Aldi bahwa ia menyimpan dengan baik kartu nama tersebut. Nayla tersenyum.
Nathan duluan duduk di kursinya sambil mengusap dagu. Mendadak wajah tampan itu berubah dingin.
Sementara Nayla dan Aldi cepat sekali akrab, keduanya berbincang hangat tentang ilmu kedokteran terutama bidang anak.
"Well. Aku pulang sekarang karena harus praktek", ujar Aldi berdiri dari tempat duduknya. Nathan mengantarnya kedepan pintu.
"Senang berkenalan dengan mu Nayla, aku tunggu kamu main ke kantor ku. Kau bisa mendapatkan buku yang kamu butuhkan", ucapnya sebelum pergi. Dan Nayla mengiyakan.
Nathan sedikit membanting pintu ruang kerjanya.
"Kenapa kamu tidak bercerita padaku jika ingin mengambil spesialis anak, Nayla? Apa kau tidak menganggap ku kakak mu lagi sehingga aku harus tahu dari orang lain apa yang kau inginkan?
Nayla membulatkan kedua matanya, begitu menyadari sepertinya suasana hati Nathan sedang tidak baik.
"Aku baru mempelajarinya kak, tapi memang aku sangat berminat melanjutkan kuliah di bidang anak. Om Yoga dan kakak sudah menjadi dokter spesialis jantung. Aku ingin melanjutkan spesialis anak", jawab Nayla bersungguh-sungguh.
Nathan bisa melihat semangat gadis itu ketika membahas pendidikan.
"Lagian aku belum mempunyai uang untuk melanjutkan dokter spesialis yang biayanya tidak sedikit. Aku akan mengajukan beasiswa dan menabung", ujar Nayla seperti sedang bicara pada dirinya sendiri.
Wajah dingin Nathan berangsur menghangat. "Kamu bisa mengandalkan aku kapanpun Nay. Aku akan selalu mendukung mu".
Mendengar itu, Nayla tersenyum getir. "Kak Nathan akan segera menikah, tentu saja aku tidak akan merepotkan kakak. Aku tidak mau Keira salah paham yang akan menimbulkan keributan di hubungan kalian nantinya", tegas Nayla.
"Tidak ada hubungannya dengan Keira. Ia tahu bagaimana aku menyayangimu Nay. Jadi hilangkan pikiran yang tidak-tidak di kepala mu itu!", balas Nathan yang berdiri, mengambil jas dokter yang tersampir di kursinya kemudian melangkah keluar ruangan meninggalkan Nayla yang menatap punggungnya hingga pintu tertutup rapat.
...***...
To be continue
sama-sama cinta tp gak sadar....