NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lima

Orang bilang saat patah hati kita harus menyibukkan diri agar fokus kita teralihkan, tapi nyatanya tanpa perlu repot-repot menyibukkan diri pun Hara sudah sangat sibuk.

Tugasnya sebagai asisten manager mengharuskannya memeriksa banyak sekali laporan dokumen-dokumen sebelum akhirnya di serahkan kepada managernya.

Saat Sinta menepuk pundak Hara, dan hampir setiap hari dia melakukan itu atau kalau tidak Hara pasti melewatkan makan siangnya, Hara sedang sibuk menyusun laporan sembari menerima telepon di handphone-nya.

"Makan siang" Bisik Sinta mengingatkan dan di sambut anggukan paham oleh Hara. Sinta yang mengawasi Hara itupun hanya bisa geleng-geleng kepala, usia mereka sebaya tapi mereka terlihat sangat jauh berbeda.

Sinta berani menjamin kalau Hara dilahirkan di usia dua puluh lima tahun, dan sekarang usianya berkisar antara empat puluh tujuh atau empat puluh delapan tahun. Sangat dewasa.

Bagaimana tidak, banyak gadis seusia mereka masih sibuk bersenang-senang, nongkrong kesana kemari, mencoba berbagai hal baru yang belum pernah mereka rasakan, namun tidak bagi Hara. Dia selalu serius menjalani harinya, bahkan untuk hal sepele.

"Baik pak, kalau hari..." Hara kemudian mencari sesuatu di kalendernya, matanya menyipit mengawasi kalender duduk yang ada di depannya yang sudah sangat penuh dengan coretan-coretan kecil. Paham akan kesusahan yang di alami rekan kerjanya itu, Sinta kemudian mengambil kalender itu dan membuka halaman berikutnya, dan viola, ternyata bulan depan pun sama, sudah banyak jadwal yang mengantri untuk di kerjakan.

"Maaf pak tapi sampai bulan depan jadwal saya sudah penuh" Jawab Hara bingung mencoba mencari solusi lain. "Begini saja, saya akan konsultasikan dulu dengan bu Inggar nanti saya kabari lagi, bagaimana?" Putusnya kemudian.

Kalau nekat memaksakan jadwal, bisa-bisa dia menjadi penghuni permanen di kantor tanpa bisa pulang.

Setelah menutup panggilannya dan menghela napas panjang yang berat. Hara menggeliatkan badannya, ototnya terasa kaku dan tegang. Merasa tubuhnya kurang berolahraga.

"Gue baru lihat jadwal sebanyak ini" Sinta yang masih memegang kalender milik Hara itu pun berkomentar sembari membolak-balikkan lagi kalendernya. Melihat sejauh mana Hara menyusun jadwal-jadwalnya. Lalu sesaat kemudian dia memutuskan meletakkannya kembali sambil menggelengkan kepala. "Gue gak lihat, gue gak lihat" Rapalnya beberapa kali. Ngeri membayangkan seseorang bisa punya begitu banyak jadwal, rapat, padat, sesak dan masih normal, belum gila.

"Iya nih, tau gitu gue nolak aja ya pas di angkat jadi asisten manager" Jawab Hara memijit pelipisnya.

Setelah sama-sama berbagi kengerian pekerjaan, mereka pun memutuskan untuk makan siang bersama di pantry.

"Putus kenapa?" Tanya Sinta tanpa basa basi, meskipun mereka tidak dekat, tapi mereka saling berprinsip we listen, we don't judge.

"Tau tuh" Jawab Hara mengedikkan bahunya. Memakan sesuap makan siangnya dan kemudian melanjutkan, "Dia bilang gue sok sibuk, jadi gak pernah punya waktu buat dia".

"Kalau itu sih gue setuju, lo terlalu sibuk, lo yang salah" Jawab Sinta mengangguk menyetujui alasan masuk akal dari mantan Hara.

"Tapi tiap minggu gue selalu bisa luangin waktu buat ngedate kok, seminggu 2x" Jawab Hara menyanggah santai.

"Kalau begitu gue dukung lo, Nael yang salah" Jawab Sinta lagi mengubah pendapatnya sembari mengangguk-angguk setuju dan kemudian memakan makanannya lagi.

Hara menoleh ke arah Sinta yang sedang santai mengunyah dengan wajah polos. Memandangnya lekat-lekat.

Sinta yang merasa di pandangi itu akhirnya menoleh. "Kenapa?" Tanyanya dengan wajah bingung.

"Gak apa-apa" Balas Hara. Mereka saling berpandangan untuk sesaat dan kemudian tawa mereka pecah berbarengan.

Hara merasa beruntung memiliki rekan kerja seperti Sinta, yang tidak banyak drama, easy going, dan berpikiran obyektif, setidaknya begitulah menurut Hara, meskipun mereka tidak dekat, tapi mereka tidak pernah terlibat cekcok sama sekali.

Begitu juga dengan Sinta, dia tipe yang berbicara sesuai fakta dan terkesan blak-blakan, tidak suka ya bilang tidak suka, banyak yang menjauhinya karena sifatnya itu. Tapi tidak dengan Hara, semenyakitkan apapun perkataannya, Hara tetap bisa menilainya dengan kepala dingin, membuat mereka bisa awet berkerja sama sebagai rekan kerja.

"Ribet ya pacaran itu" Ujar Sinta kembali setelah tawa mereka reda.

"Setelah di pikir-pikir iya juga, gue juga heran, jatuh cinta tuh kayak logika kita nggak maen gitu, ngelakuin hal yang kadang nggak make sense dan bertentangan dengan hati cuma demi menjaga perasaan pasangan" Jawab Hara lesu. "Bahkan setelah putus, masalahnya juga nggak selesai gitu aja, gue masih harus mikir, salah gue apa, apa selama ini usaha gue belum maksimal atau gimana, makanya sampek sekarang gue masih belum sempet nangis, masih bingung mikir" Lanjut Hara kemudian.

"Gue paham kok" Jawab Sinta menghentikan kegiatan makannya dan menoleh ke Hara, menatapnya iba. "Gue jomblo bukan berarti gue gak pernah pacaran, dulu gue pernah punya pacar, dia baik banget, gue prioritasnya, buat dia gue nomor satu, tapi sebaik-baiknya dia tetep aja ada kurangnya. Dia terlalu posesif dan cemburuan. Gue tau maksud dia sayang, tapi ya gue memang tipe yang nggak bisa di kekang. Akhirnya gue putuskan, bukan salah gue atau dia, kitanya aja yang gak cocok. Banyak kok orang di luar sana yang nggak masalah punya cowok tipe posesif, malah ada yang berharap banget cowoknya posesif, dan gue nggak akan nge-judge tipe mereka, tapi yang jelas itu bukan gue" Jelas Sinta panjang lebar. Hara yang mendengarkan itu sepenuhnya setuju dengan pendapat Sinta.

"Iya lo bener banget, nyatuin dua kepala itu memang nggak mudah" Lanjut Hara menimpali. Hara memikirkan kembali kisah cintanya. Mereka baru saling mengetahui bahwa mereka berbeda agama saja setelah menjalani masa pacaran selama 5 bulan, itu pun karena cuti hari raya. Kala itu Hara yang memberitahukan bahwa dia akan pulang kampung mendapati Nael yang bertanya padanya.

"Kamu muslim?" Tanya Nael syok. Saat itu bukan hanya Nael yang terkejut, Hara pun syok mendapat pertanyaan begitu. Melihat wajah Nael yang muslimable sekali dengan jenggot serta kumis tipis, membuat Hara menyangka mereka seiman.

"Kamu bukan?" Cuma itu yang bisa Hara ucapkan sebagai balasan. Dia memang bukan seorang muslimah yang alim, tapi apakah di wajahnya tidak ada jejak sama sekali bahwa dia seorang muslimah? Batin Hara terheran-heran sendiri.

"Shit" Nael mengumpat sembari mengusak rambutnya. Saat itu mereka sedang kencan dan baru selesai makan malam. "Kok kamu baru bilang sih?" Kejar Nael menuntut.

"Ya kamu nggak tanya, masa aku harus memperkenalkan diri sebegitunya sampai agama juga harus di sebut, kan privasi" Jawab Hara bingung melihat reaksi Nael yang sedemikian marah menurutnya.

"Ya tapi se-enggaknya kamu kan bisa bilang kalau..." Geram Nael, namun tidak melanjutkan kata-katanya, tapi dari yang di tangkap Hara, Nael terlihat sangat kecewa.

Harusnya kita sama-sama kecewa, bukan kamu sendiri. Batin Hara bingung harus mencerna kondisi yang mengejutkan itu.

"Dan kamu sendiri, kenapa kamu nggak tanya agama aku apa?" Tanya Nael mengejar, masih belum bisa menerima kenyataan perbedaan besar di antara mereka.

"Menurut kamu sopan gitu nanya agama ke orang yang baru kenal? Kalau menurutku sih nggak" Tanya Hara heran, mencoba tidak menanggapi marahnya Nael. Bersabar.

"Ya kan kamu bisa nebak gitu, dari nama ku, Nathanael, masa gitu aja kamu bisa nggak mikir sih?" Tuntut Nael tidak terima penjelasan dari Hara.

"Ya kan terlalu subjektif kalau menilai dari nama doang, di kampungku namanya mukmin tapi dia kristen, orang tuanya ngasih nama dia begitu ya karena dia sering denger aja kata itu" Jelas Hara masih berusaha menahan sabarnya. Dia tau masalah perbedaan agama bukan masalah sepele, tapi apa perlu sampai saling ngotot dan tuding menyalahkan. Bukankah ini salah mereka berdua?

"God damn" Lagi-lagi Nael mengumpat dan mengepalkan tangannya. Otot wajahnya mengurat akibat menahan kemarahannya di tempat umum.

Hara bingung harus bagaimana menanggapinya, ini pertama kalinya dia punya pacar, jelas dia tidak tau harus bagaimana, apa langsung putus atau mencoba menjalaninya sampai takdir sendiri yang menentukan.

"Kamu juga kenapa nggak pernah sholat di depanku? Atau izin sholat gitu?" Nael terus saja berusaha melampiaskan amarahnya atas kenyataan yang baru dia tau.

"Apa?" Hara terheran-heran dengan logika Nael. Sejak kapan urusannya dengan Tuhannya membutuhkan izin Nael. Dan lagi setiap mereka kencan selalu di atas jam 7 malam, dan tentu saja jam segitu Hara sudah menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Meskipun banyak kekurangan sebagai Muslimah yang taat, tapi Hara tau batasan, dia tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim. "Nael, aku nggak ngerti kenapa jadi aku yang seakan-akan salah dalam masalah ini, kita sama-sama baru tau. Kamu kecewa, aku juga sama. Terus kenapa semua jadi salahku?" Tanya Hara, bocor sudah kesabarannya menghadapi Nael yang terus saja menyalahkannya.

"Ya kamu coba bayangin, hubungan kita mana bisa berhasil kalau kita aja berbeda, terus buat apa kita sama-sama? Buang-buang waktu tau nggak" Luap Nael masih diliputi kemarahan.

Dan itulah awal mula permasalahan mereka, cerita selanjutnya bisa di tebak, mereka jadi sering bertengkar dan berdebat. Menciptakan perasaan cinta tapi benci atau benci tapi cinta. Tidak ingin bersama, tapi juga tidak bisa berpisah. Cinta buta.

Hara menghela napas panjang saat menyadari betapa panjangnya dan rumitnya kisah cinta mereka berdua, bisa bersama sampai 2 tahun lamanya tentu sebuah perjuangan yang sangat berat.

"Jadi semakin nggak bisa nangis deh gue kalau inget-inget lagi" Celetuk Hara kemudian.

Sinta menoleh dan menatap Hara.

"Ya bagus, nggak usah nangis, jangan nangis, putus cinta bukan segalanya, lo punya komputer, lo punya deadline, dan lo punya perusahaan ini. Jangan sampai putus cinta lo menyebabkan perusahaan ini merugi karena karyawan terbaiknya nggak fokus dalam bekerja" Hibur Sinta menyemangati.

"Jadi makin-makin nggak bisa nangis deh denger kata-kata lo" Jawab Hara dan lagi mereka tertawa bersama.

...****************...

Untuk kesekian kalinya Kama mengecek ponselnya. Melihat jam di layar 6,4 inch yang sedang di pegangnya. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai tak sabaran.

"Udah di bales?" Tanya Rio asal, sementara dia masih asyik men-scroll media sosialnya.

"Belum" Saut Kama cepat. "Apa gue salah save nomor ya?" Tanyanya sendiri.

"Kali aja" Jawab Rio santai, tidak melihat betapa gugup dan tidak sabaran temannya itu.

"Tapi terkirim kok" Sanggah Kama meyakinkan diri. Dia melihat lagi aplikasi pesannya. Centang dua. Dia menutup aplikasi pesannya dan kemudian membukanya lagi. Memastikan bahwa tanda centang dua itu tidak lantas berubah menjadi centang satu.

"Terus kenapa kok belum di balas?" Rio kembali bertanya asal, hanya untuk melanjutkan pembicaraan saja.

"Sialan bener lo" Kama yang sudah tidak sabar itu pun merampas handphone Rio. "Kalau gue tau alasannya, gak mungkin gue begini, yang ada gue udah bales-balesan pesan sama dia, mungkin juga udah janjian ketemuan" Lanjutnya gregetan sendiri. Kemudian mengembalikan ponsel milik temannya itu.

Dia menyandarkan punggungnya di kursi kayu panjang tempatnya berkerja. Setengah hari sudah berlalu sejak dia mengirimkan pesan kepada Hara, tapi jangankan di balas, centang dua biru yang artinya pesannya telah di baca saja tidak.

Kama meraih botol minum yang ada di depannya, membuka tutupnya dengan tidak sabaran dan meminum isinya sekaligus dalam beberapa kali teguk.

"Apa jangan-jangan dia udah punya cowok kali?" Rio mencoba lebih tertarik lagi dengan permasalahan temannya itu. Tapi tentu saja jawabannya malah membuat Kama overthinking.

"Tapi kayaknya dia masih single" Sanggah Kama berusaha terdengar yakin dengan feeling-nya.

"Tau dari mana lo dia masih single?" Pertanyaan Rio ada benarnya, tapi Kama berusaha menghalau pikirannya yang sependapat dengan Rio. "Atau malah jangan-jangan dia udah kawin lagi?" Pernyataan Rio kali ini sedikit memberikan angin segar pada Kama, dia bisa menyanggah pendapat Rio yang satu ini.

"Gue udah lihat KTP-nya, statusnya belum kok" Balas Kama percaya diri.

"Ya kali aja belum di perbaharui di kecamatan. Kan lo bilang dia dari kampung, biasanya cewek kampung kan nikah muda gitu, terus dia kesini ikut suaminya" Ucapan Rio kali ini tidak terbantahkan. Kama tidak memperkirakan hal itu. Hanya karena di usianya yang segitu dia belum menikah, lantas menyamaratakan dengan yang lain yang hampir sebayanya.

Pikirannya kacau, dia meremas botol minum plastik sekali pakai yang ada di tangannya. Kalau memang begitu adanya, apa mau di kata. Sebejat-bejatnya dia, tentu saja dia masih tau batasan mana yang tidak boleh di langgar. Berhubungan dengan istri orang? Big No No. Masih banyak cewek di dunia ini. Populasi menunjukkan bahwa jumlah wanita di dunia ini empat kali lipat dari jumlah laki-lakinya.

Kama membuang botol minum yang telah penyok tak berbentuk itu ke dalam tong sampah yang ada di pojok ruangan dalam sekali shot.

Dalam hatinya dia tetap bersyukur, setidaknya dia tidak mengirimkan pesan yang aneh-aneh kepada Hara. Kama membuka kembali ponselnya, masuk ke dalam aplikasi pesan, dan melihat lagi pesan yang telah dia kirimkan kepada Hara.

Selamat pagi... Sekedar mengingatkan tentang pemberitahuan tilang saudari Hara, bahwa jadwal persidangan akan di laksanakan pada hari Jum'at pekan ini. Di mohon untuk konfirmasi kedatangannya di pengadilan setempat tepat waktu. Apabila saudari Hara punya pertanyaan terkait masalah itu, Hara bisa menghubungi saya di nomor ini. Kama

Kama membaca pesan itu sekali lagi, memastikan semua aman dan dalam batasan kesopanan serta tidak mengandung unsur-unsur yang melanggar hukum.

Setelah memastikan semuanya aman, Kama pun menghapus pesan itu. Dia memutuskan untuk menutup keinginannya berkenalan dengan Hara, mengingat kemungkinan yang di katakan Rio ada benarnya.

Sayang banget padahal cantik. Gumamnya lalu menyimpan ponselnya di saku. Selesai sudah urusan dengan Hara. Tutup buku.

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!