NovelToon NovelToon
365 Day

365 Day

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Cinta Murni
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

"Kau tidak punya pilihan lain selain menikah dengan ku Embun."ucap Alfaro.

Sementara gadis yang kini tengah menundukkan kepalanya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Hanya karena satu peristiwa yang terjadi di malam kelahirannya gadis itu harus terjebak bersama seorang pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Sudah dua hari Dilara tidak melihat pria yang kini telah menjadi suaminya itu, hingga saat ia kedatangan tamu yang merupakan ibu mertuanya yang kini datang berkunjung ke rumah tersebut bersama dengan kedua wanita cantik yang jauh lebih dewasa darinya dan salah satunya Dilara kenali sebagai adik dari suaminya itu.

"Helo Dilara apa kabar mu, apa kamu masih betah berada di istana ini setelah mengetahui sesuatu tentang masalalu suamimu?"ucap adik iparnya itu.

"Maaf maksud anda apa ya?"tanya Dilara yang kini mempersilahkan mereka untuk duduk meskipun tidak ada keramahtamahan yang biasa dilakukan oleh keluarga.

"Jangan dengarkan dia Dilara, kami datang untuk bertemu dengan suamimu dimana dia?"tanya wanita paruh baya yang terlihat sangat awet muda itu, mungkin karena perawatan tubuh yang selalu ia lakukan selama ini.

"Sepertinya dia sedang tidak ada di rumah ini Aunty karena aku bisa melihat nya dari suasana rumah ini."ucap wanita cantik yang terlihat lebih cantik dari kedua wanita yang ada di hadapannya.

Dilara pun sempat terdiam sejenak karena dia sedang mencerna perkataan wanita cantik itu. Hingga seseorang datang menghampiri mereka berempat lalu membungkuk badan dengan cepat dan berkata."Selamat datang nyonya besar, nona muda dan juga nona Alexa. Lama tidak bertemu dengan anda."ucap pria yang merupakan kepala pelayan tersebut.

Deg....

Jantung Dilara terasa berhenti berdetak saat nama itu dia dengar, hingga saat wanita itu membalas perkataan kepala pelayan tersebut."Hmm...kau benar sekali sejak tuan muda mu jarang pulang kemari aku pun tak bisa datang lagi padahal rumah ini begitu penuh kenangan tentang aku dan dia di setiap sudutnya. Leon adalah pria yang sangat menyayangiku dan mencintai ku selama ini."ucap wanita bernama Alexa.

"Alexa apa kau tau saat ini dihadapan mu adalah"

"Kenapa kalian kesini?"ucap seseorang yang baru saja datang dari arah pintu masuk.

"Apa hak mu melarang kami kesini, ingat kau hanya bawahan putraku kau tidak berhak menentukan apapun disini!"ucap nyonya Anderson.

"Saya memang bawahan mr Leon, tapi saya memiliki wewenang untuk menjaga semua milik tuan termasuk melindungi nyonya muda dari orang-orang munafik seperti anda."ucap Adam.

"Jaga bicaramu Adam! Kau begitu lancang dia adalah ibu ratu di rumah ini."ucap Leona yang tidak lain adalah adik Leon.

"Maaf saya tidak tau apa pun tentang yang kalian bicarakan jadi silahkan selesai masalah diantara kalian semua saya permisi."ucap Dilara.

"Honey tunggu!"ucap seseorang yang baru saja datang.

Dilara pun hanya mematung di tempatnya tanpa menoleh kearah sumber suara."Leon apa kabar mu honey lama tidak bertemu."ucap Alexa yang kini ditatap lekat oleh pria yang baru saja datang.

Dilara bisa melihat bayangan itu dari dinding kaca yang menjulang tinggi di hadapannya, dan Dilara pun melanjutkan langkah kakinya dengan cepat menuju lift yang tidak jauh dari hadapannya namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat seseorang meraih tangan nya dan menahan pergerakan nya.

"Apa kau tidak dengar aku honey kenapa tidak menyambut kepulangan suamimu ini."ucap Leon dengan senyum dipaksakan dan Dilara bisa melihat itu dengan jelas.

"Oh maaf tadi aku sedang mendengarkan musik."ucap Dilara yang menunjuk kearah telinga nya dimana headset bluetooth itu berada.

Jelas Leon tau alasan yang kini diberikan oleh Dilara adalah taktik untuk bisa menghindari nya."Kemarilah dan sambut kedatangan ibu mertua mu."ucap Leon dengan lembut.

"Hmm... saya sudah menyambutnya tadi dan ya, dia wanita yang sangat kau sayangi bukan terimakasih sudah memberitahu ku tentang posisi ku saat ini."ucap Dilara seakan tak peduli dengan semua itu hingga tangannya terasa sakit karena Leon meremasnya dengan kuat.

"Bicara apa kamu honey apa status mu sebagai nyonya Leon Anderson tidak cukup untuk mengingatkan siapa dirimu saat ini."ucap Leon yang kini menatap tajam kearah Dilara.

"Hmm... terserah tuan mau bilang apa sekarang tolong lepaskan tangan saya."ucap Dilara pelan tapi penuh penekanan.

"Honey tidak baik mengacuhkan tamu kita ayo duduk bersama dengan ku meski hanya sebentar saja."ucap Leon dengan lembut tapi terdengar penuh penekanan di ujung kalimatnya.

Dilara pun hanya bisa pasrah karena rasa sakit yang ditimbulkan Leon saat ini. Dia duduk di samping Leon dengan tatapan tajam dari Alexa yang kini duduk di hadapan mereka.

"Mommy disini sedang apa? Kenapa tidak bilang dulu sebelumnya?"ucap Leon.

"Ah aku terlalu senang tadi saat dijalan saat kami bertemu dengan Alexa yang menolong mommy saat beberapa orang hampir menjambret tas mommy."ucap nyonya Anderson.

"Benarkah itu, tapi mommy datang ke negara ini sejak kapan?"ucap Leon lagi.

"Oh, mommy datang untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja setelah pernikahan dadakan kalian daddy mu khawatir terjadi sesuatu diantara kalian berdua."ucap nyonya Anderson yang terlihat sangat pandai berakting.

Leon pun hanya menghela nafas pelan kemudian dia kembali berkata dengan penuh kelembutan, semua itu dia lakukan tidak lain karena tidak ingin membuat Dilara merasa tidak nyaman jika dihadapkan dengan perdebatan diantara mereka yang biasa sering terjadi. Ditambah lagi Leon tidak ingin Dilara tau bahwa dia memiliki hubungan yang tidak baik dengan ibu tirinya itu.

"Apa mommy akan tinggal disini disaat aku dan istriku tengah menikmati bulan madu kami."ucap Leon.

"Hmm... kami bisa tinggal tanpa menggangu kalian berdua lagipula rumah ini sangat luas."ucap nyonya Anderson.

"Tapi istriku tidak terlalu suka keramaian mom, bagaimana jika itu mempengaruhi nya yang sedang bersiap untuk mengandung anak kami."ucap Leon.

"Leon, apa yang aku dengar ini? Kamu menikah dengan nya dan sekarang ini adalah bulan madu kalian? Sejak kapan kamu bisa mengambil keputusan seperti ini dikala hubungan kita tidak memiliki masalah sama sekali."ucap Alexa memotong pembicaraan ibu dan anak.

"Cukup nona, jangan lancang anda sudah bukan siapa-siapa lagi sejak anda memutuskan untuk pergi bersama dengan pria lain saat itu."ucap Adam.

"Aku pergi dengan pria lain! Lelucon macam apa itu, apa kau tau aku berada dimana selama ini heh?! Apa kau tau aku menderita sendirian saat saudara kembar ku mengambil alih semuanya dariku, apa kau yakin itu adalah aku yang terkurung di rumah ku sendiri selama beberapa tahun ini."ucap Alexa yang kini menatap sendu pada pria yang juga tengah menatap kearahnya.

"Apa yang kau katakan?!"ujar Leon yang akhirnya angkat bicara.

"Percuma saja aku jelaskan semuanya padamu, kamu tidak akan pernah percaya padaku lagi."ucap Alexa yang kini bangkit dari duduknya.

...🪵🪵🪵...

Malam ini terlihat begitu sepi, saat Dilara baru keluar dari dalam kamar mandi. Dia tidak melihat keberadaan pria yang tadi mencoba untuk memberikan penjelasan yang tidak pernah Dilara minta kecuali kata pisah.

Dilara pun seperti biasanya mengeringkan rambut sebelum dia berpakaian begitu juga dengan skincare yang ia kenakan setiap hari nya.

Hingga saat ia selesai melakukan semuanya itu, Dilara yang merasa suntuk pun berjalan menuju pintu balkon, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara."Aku ingin kita bicara, besok sudah dipastikan bahwa aku ingin mendengarkan semuanya."ucap Leon pada seseorang di sebrang telfon.

Dilara sudah bisa menebak siapa yang suaminya hubungi saat ini, dia hanya menghela nafas pelan kemudian kembali melangkah pergi menuju ranjang.

Pikirannya saat ini terasa kosong, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan setelah ini disaat dia kesulitan untuk menghubungi keluarganya.

Hingga saat sebuah ide muncul di pikirannya saat mengingat pria bernama Adam yang mungkin masih ada di bawah sana saat ini.

Dilara yang kini bangkit dari ranjang dan hendak pergi, langkahnya terhenti saat Leon memanggil nya.

"Honey kamu mau kemana?"ujar Leon.

"Aku sedikit merasa lapar jadi mau buat sesuatu yang bisa ku makan."ucap Dilara.

"Tunggu disini aku akan meminta pelayan siapkan semuanya."ucap Leon.

"Tidak, tidak aku ingin buat sendiri."ucap Dilara yang memang sudah memutuskan untuk menemui Adam.

"Disini tidak ada aturan yang menyatakan bahwa nyonya rumah bisa memasuki dapur kecuali saat tuan rumah menginginkan makanan yang dibuat oleh istrinya sendiri."ucap Leon tegas.

"Ah aku lupa disini aku hanya orang asing, jadi aku tidak punya hak apa-apa selain menjadi patung."ucap Dilara yang membuat Leon menghela nafas panjang.

"Honey... kamu salah faham, aku hanya tidak ingin ada kotoran atau bau asap yang menempel di tubuh mu. Kau adalah istriku dan kesempurnaan itu selalu menjadi prioritas bagiku."ucap Leon.

"Hmm... sayang nya aku tidak sesempurna itu, dan mungkin aku adalah sebuah kesalahan fatal dari semua keputusan yang kamu ambil dengan terburu-buru saat itu. Karena nyatanya aku masih tidak ada apa-apanya dibanding dia yang selalu berusaha kau perjuangkan secara diam-diam."ucap Dilara.

"Hentikan omong kosong mu honey tidak cukup kah dengan waktu dua hari yang aku berikan untuk mu agar bisa berfikir jernih dan tidak lagi mengungkit tentang semua itu? Semua orang punya masalalu dan aku yakin kau pun memiliki pria lain diluar sana sebelum bertemu dengan ku."ucap Leon tegas.

"Sayangnya kalaupun aku punya aku tidak akan pernah diam-diam menghubungi nya untuk kembali menyambung rasa cintaku padanya karena hidup ku yang sekarang ini."ucap Dilara menyindir keras pria yang ada di hadapannya.

"Apa maksud mu honey, kenapa sedari tadi kau menyinggung tentang menghubungi seseorang secara diam-diam, apa kau curiga padaku hmm...? Apa kau memata-matai aku."ucap Leon.

"Aku tidak menyebut itu adalah kamu tuan, tapi baguslah jika kamu merasa..."ucap Dilara yang kini menghampiri meja rias dimana handphone baru nya berada.

"Honey."ucap Leon yang saat ini merasa bersalah.

"Sudah cukup tuan aku tidak ingin berdebat lagi, sekarang sebaiknya anda perbaiki handphone ini kenapa tidak bisa ku gunakan untuk menghubungi keluarga ku."ucap Dilara.

"Handphone itu dirancang khusus hanya untuk menghubungi ku, dan ada masa dimana kamu bisa bertemu dengan keluarga mu jadi kamu harus tetap patuhi peraturan yang ada honey."ucap Leon.

"Tapi sampai kapan hmm? Sampai kapan aku harus terus berada di dalam penjara mu tuan, andaikan saja aku tau hidup ku akan berakhir seperti ini maka lebih baik aku lompat saja ke lautan saat itu."ucap Dilara.

"Honey! Kau bahkan tidak punya hak untuk menentukan hidup dan mati mu setelah kita menikah karena aku yang lebih berhak atas semua yang ada pada dirimu termasuk nyawamu itu."ucapnya tegas.

Prang!!..

Seketika itu cermin yang lebar dan menjunjung tinggi di meja rias tersebut hancur semua itu akibat perbuatan Dilara yang dengan sengaja melempar handphone tersebut kesana dan Leon terperangah melihat istrinya itu.

"Apa yang kau lakukan honey!"ujar Leon.

"Cukup jangan lagi berteriak padaku!! Kau pikir aku akan diam saja menerima semua keputusan mu yang tidak pernah adil bagiku heh... tidak tuan, kau bahkan tidak bisa mengatur hidup ku sesuka hati mu apa kau dengar itu!"teriak Dilara yang tidak kalah tegas.

"Turunkan nada bicara mu honey, aku ini suamimu!"ucap Leon.

"Ya, aku tau itu tapi kau sendiri yang meminta ku seperti ini."ucap Dilara yang kini berbalik pergi.

"Honey berhenti disitu atau kan akan menyesal."ancam Leon yang kini bergegas mengikuti langkah Dilara.

"Terserah saja, kau bisa membunuhku sekarang juga karena aku sudah mati sebelum kematian itu menghampiri ku, karena tidak ada bedanya tempat ini dengan kuburan ku nantinya."ujar Dilara yang kini tubuhnya melayang seketika di udara saat Leon mengangkat tubuhnya itu lalu melemparnya ke atas ranjang empuk tersebut.

"Ahh..."lirih Dilara yang merasakan benturan keras di pergelangan tangan nya yang mengenai head board.

"Aku tidak akan pernah membiarkan mu pergi dariku meskipun hanya sejengkal saja dan sekarang nikmatilah hukuman mu."ucap Leon tegas.

Pria itu tidak mempedulikan keadaan pergelangan tangan Dilara yang memar karena benturan, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini saat laki-laki itu mengambil dasi dari atas sofa yang tak jauh dari area ranjang tersebut dan mengikat pergelangan tangan Dilara yang kini hanya menatap lekat wajah tampan itu.

Dilara hanya sedang mencari tau apa yang akan dilakukan oleh suaminya itu, tapi saat Dilara tidak bergerak sama sekali Leon langsung menghentikan pergerakan nya yang belum selesai mengikat pergelangan tangan istrinya itu.

"Bagaimana aku harus memberitahu mu honey agar kau sadar bahwa aku adalah milikmu saat ini dan kamu adalah milikku dan tidak akan pernah ada orang lain diantara kita sampai kapanpun."ucap Leon.

Dilara tidak membalas perkataan suaminya itu dia masih diam tanpa kata sambil menatap lekat wajah suaminya itu.

Sampai saat Leon menatap kearah lain lalu beranjak dari tubuh Dilara dan duduk di tepi ranjang lalu kemudian kembali berkata."Mungkin tidak ada cinta untuk ku saat ini tapi aku akan berusaha untuk menumbuhkan rasa itu dihatimu, dan maafkan aku jika saat ini kamu belum bisa bertemu dengan keluarga mu honey seperti yang aku katakan kamu bisa bertemu mereka setelah anak kita hadir di rahim mu."ucap Leon.

"Bisakah setelah itu kita bercerai saja aku akan memberikan anak itu jika kamu tidak mengijinkan dia untuk tinggal bersama dengan ku?

1
arriessam
aku suka ceritanya
arriessam
lanjut kak... penasaran
end
cerita aneh
partini
👍👍👍👍👍
partini
berbakti pada orang tua tapi bikin orang lain sengsara hah ada gitu yah apa itu ga dosa ,busehhhhh gampang amat
ajaran dari mana itu ????????
Erny Su: Itulah ciri-ciri orang yang keliru.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!