Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami siaga.
Usai menghadiri pernikahan sederhana adik laki-lakinya, Abimana beserta istri serta ibu dan juga adik perempuannya kembali ke rumah, sementara Rasya sendiri memilih langsung memboyong Thalia ke apartemennya. jujur saja, tujuan utama Rasya tidak mengajak istrinya tinggal bersama di kediaman utama karena sang istri merupakan mantan kekasih kakaknya. Ia tidak ingin keberadaan Thalia di kediaman Sanjaya justru berdampak pada hubungan Abimana dan Livia. bagaimana pun Livia hanyalah manusia biasa yang punya hati dan perasaan, tidak menutup kemungkinan wanita itu masih memiliki rasa cemburu pada Thalia.
"Mas..."
"Ada apa???."
"Apa Rasya yakin tidak ingin mengadakan resepsi pernikahan???." sebagai sesama wanita, Livia yakin bahwa sebelumnya Thalia pasti memimpikan pesta pernikahan yang bisa menjadi sejarah dalam hidupnya, sejarah indah tentunya.
"Mas sudah menyarankan demikian, tapi Rasya sudah kekeh dengan keputusannya dan mau tak mau mas harus menghargainya." pernah menjadi bagian terindah dalam hidup Thalia, Abimana membenarkan ucapan istrinya namun sebagai kakak kandung Rasya, ia pun harus menghargai keputusan adiknya.
*
Setahun kemudian, Livia terlihat sedang menyusui jagoan kecilnya. Bayi laki-laki yang diberi nama Abil tersebut nampak sehat dan berisi. Nama Abil sendiri diambil dari nama kedua orang tuanya. Kehadiran Abil di dalam rumah tangga Abimana dan Livia semakin menambah porsi cinta serta keharmonisan diantara keduanya.
Di sela kesibukannya bekerja, Abimana tetap meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya. Contohnya hari ini, Abimana sengaja tidak berangkat kerja karena ingin menemani sang istri membawa putra mereka untuk imunisasi.
"Makasih, mas."
"Terima kasih untuk apa???." balas Abimana seraya mendaratkan bobotnya di bangku kemudi.
"Terima kasih sudah menjadi suami dan ayah yang baik untuk aku dan Abil, mas." rasanya dengan kata-kata saja tak akan cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap sang suami. Namun begitu, Livia kerap kali mengutarakan kalimat tersebut pada Abimana.
"Tidak perlu berterima kasih karena itu sudah menjadi tanggung jawab mas." mengusap lembut puncak kepala istrinya.
"Mungkin jika suami aku bukan kamu, belum tentu aku bisa merasakan semua kebahagiaan ini, belum tentu aku bisa mendapatkan bayi tampan dan juga lucu seperti Abil." ketampanan Abil memang menurun dari ayahnya. Jadi, tidak perlu lagi ditanyakan seberapa besar cinta Abimana terhadap sang istri, melihat wajah Abil saja sudah bisa menjadi bukti akan besarnya cinta Abimana pada sang istri.
"Waaaahhhhh.... kata-kata manis mama kamu membuat papa jadi tidak sabar untuk membuatkan seorang adik untukmu, nak."
Ucapan Abimana barusan membuat pria itu mendapat cubitan kecil di pinggangnya. "Arg....sakit, sayang...." Abimana berpura-pura meringis, padahal kenyataannya cubitan jemari lentik istrinya tak terasa sakit sama sekali.
Abimana pun segera mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, kedatangan mereka disambut oleh dokter dan beberapa perawat yang bertugas. Wajah tampan nan menggemaskan Abil mampu membuat siapapun merasa gemas pada bayi mungil tersebut, tidak terkecuali dokter serta perawat yang bertugas memberikan pelayanan.
"Gemesin banget sih kamu, nak, jadi pengen cubit papanya deh." celetukan dari salah seorang perawat senior tersebut membuat Livia ikut tersenyum mendengarnya. sementara Abimana yang menjadi bahan celetukan, masih setia memasang wajah datar seperti biasanya.
"Senyum dikit kenapa sih mas, datar amat mukanya. Kayak lagi mikirin angsuran koperasi aja." dengan nada lirih, Livia melontarkan celetukan yang mampu membuat Abimana menghela napas dibuatnya. kalau bukan sang istri tercinta yang melontarkan candaan demikian bisa dipastikan Abimana sudah mengirim orang tersebut ke Antartika.