Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Nona Cintia, acara sudah berakhir. Kita harus segera pergi dari sini. Karena diruangan acara katanya ada bom. Aku akan melindungi tuan Daniel terlebih dahulu." teriak salah satu anak buah Daniel.
Alana yang mendengar hal itu seketika mencoba untuk berontak. Namun pegangan kedua orang pria itu lebih kuat sehingga dia tidak bisa melepaskan diri. Alana memohon untuk dilepaskan, dia tidak mati begitu saja di ruangan ini.
" Kalian berdua kunci dia dalam ruangan!" pergi Cintia.
Cintia keluar dia kembali menuju ruangan pesta namun dia melihat bertamu sudah keluar satu persatu dari ruangan acara. Saat hendak masuk, dia melihat Arthur yang kini berjalan mendekatinya.
Arthur dengan kasar meraih tangan Cintia dan menggenggamnya dengan kuat.
" Auw! Sakit! lepaskan!" jerit Cintia, karena Arthur tiba-tiba meraih tangannya dengan kasar. Cintia mencoba untuk melepaskan tangannya, namun Arthur begitu kuat sehingga Cintia yang bisa merintih kesakitan.
" Dimana Alana?" tanya Arthur dengan tatapan tajam. Dia tahu jika Cintia juga terlibat dalam hilangnya Alana.
" Aku tidak tahu!" tukas Cintia dalam rintihan sakit dipergelangan tangannya.
" Kalau kamu bukan temanku, kamu tidak akan berdiri disini sekarang."
" Kenapa? Kamu akan menyakitiku? Lakukanlah!" tukas Cintia yang tak takut dengan ancaman Arthur, dia bahkan ikut menatap mata Arthur yang tatapan seolah ingin menerkam Cintia.
" Jangan lewati batas. Alana itu penting bagiku. Apa kamu ingin melihatku marah, hah!" bentak Arthur sambil menatap tajam kepada Cintia.
" Mohon padaku. Kalau kamu ingin tahu lokasi orang kamu khawatirkan." ucap Cintia yang ingin Arthur memohon padanya.
" Bos." seru Kevin lalu berjalan duluan melewati Arthur.
Arthur melepaskan pergelangan tangan Cintia. " Minggir! Dari hadapanku!" tukas Arthur berjalan mengikuti Kevin dari belakang.
Saat tengah berjalan seseorang menghadang, segera Kevin menghajar orang tersebut. Arthur tetap berjalan hingga menuju sebuah ruangan. Dibukanya pintu ruangan tersebut. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat kekasihnya itu duduk terikat serta ujung bibirnya terluka.
Arthur masuk ke dalam ruangan itu, namun Alana segera berteriak, untuk Arthur cepat melawan orang yang hampir memukulnya. Arthur menghajar dia orang yang menghadangnya itu, segera dia menolong Alana, dan membiarkan Bagas dan Bara yang memukul orang-orang tersebut.
Arthur melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Alana, sambil ia berbisik, " Siapa yang sudah menyakitimu? Cepat beritahu aku! Biar aku yang akan membunuh mereka."
Alana berdiri dan segera memeluk Arthur. "Kenapa kamu lama sekali, hiks.." ucapnya sambil terisak, Alana merasa takut, sebab ini pengalaman pertama kali dirinya di culik seperti ini.
Alana melepaskan pelukan tersebut, dia mengecek kondisi Arthur. "Kamu tidak terluka, kan?"
" Kenapa kamu mengkhawatirkan ku?" ucap Arthur mengusap darah yang ada diujung bibir Alana.
" Apa ini sakit?" tanya Arthur yang khawatir.
" Aku baik-baik saja. Aku tidak akan mati hanya karena goresan." jawab Alana.
Raut wajah Arthur begitu mengkhawatirkan Alana. Dia meraih kedua tangan Alana. " Aku minta maaf karena datang terlambat. Aku tidak seharusnya melibatkan mu. "
" Semuanya sudah terkendali, bos." ucap Kevin yang baru saja tiba.
" Tangani sisanya. Aku ingin mengantarkan Alana pulang dulu. " ucap Arthur menggenggam tangan Alana, lalu pergi keluar dari ruangan tersebut.
Alana menatap punggung Arthur. Dia ingat bagaimana raut wajah Arthur begitu khawatir dengan keadaannya. Sekitar dirinya tersenyum membayangkan bertapa gagahnya Arthur saat menolongnya.