Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Full Service
Disisi lain, Hazel dan Lucas menikmati satu hari penuh hingga malam menuju kembali.
Setelah seharian penuh menikmati waktu bersama, Hazel dan Lucas kembali ke kamar mereka menjelang malam. Hazel yang kelelahan akhirnya merebahkan diri di ranjang. Matanya mulai terpejam ketika tiba-tiba, kehangatan tubuh Lucas menyelimuti punggungnya. Pria itu, yang sebelumnya sibuk dengan laptop di sofa, kini berbaring di sampingnya dan memeluk tubuh mungil Hazel dengan erat.
“Sepertinya kamu sudah siap untuk melakukannya lagi, ya?” goda Lucas, nada suaranya dalam dan menggoda.
Hazel membuka matanya, kaget sekaligus bingung. “S-siap untuk apa maksudmu?” tanyanya dengan suara gugup, wajahnya memerah.
Lucas tersenyum nakal, menatap wajah Hazel yang kebingungan. “Bukankah seperti ini artinya memancing buaya yang sedang lapar?” bisiknya seraya menyentuh lembut bahu Hazel, membuat tubuhnya menegang seketika. Lucas mulai menebarkan ciuman di leher Hazel, membuat wanita itu semakin tidak berdaya.
Perlahan tapi pasti, jarak di antara mereka menghilang. Pakaian yang dikenakan Hazel dan Lucas satu per satu terlepas, jatuh tak beraturan ke lantai. Malam itu, mereka terhanyut dalam keintiman, saling menyatu di bawah temaram cahaya malam yang menyelinap melalui tirai kamar.
“Mass….” Lirih Hazel, mengingat kejadian kemarin malam, dirinya juga merasa takut jika bagian intinya masih sakit.
”Tenang saja, aku yakin kali ini akan terasa lebih nyaman” ucap Lucas menenangkan Hazel.
Benar yang di ucapkan Lucas, kali ini Hazel terlihat menikmati permainan yang Lucas ajarkan. Bahkan kini Lucas mencoba untuk membiarkan Hazel yang mengambil alihn
Euuummppphh” desis Hazel, membuat Lucas semakin bergairah. Keringat terus mengguyuri dua insan yang sedang bercinta di atas gelapnya malam.
Setelah tiga kali melakukan penyatuan, Hazel sudah terkapar lemas tak berdaya di pelukan Lucas.
“Terima kasih” ucap Lucas kedua kalinya setelah mereka melakukan malam bersama, lalu mencium kening Hazel, sedangkan Hazel langsung tertidur pulas dibalik selimut tanpa menggunakan apapun. Di lanjut Lucas juga yang tertidur pulas dan merasa tenang.
...****************...
Pagi yang seharusnya menyenangkan tiba-tiba berubah menjadi kekacauan ketika Reina muncul di depan rumah Lucas dan Hazel. Dia berteriak memanggil-manggil nama Lucas, membangunkan Hazel yang terlelap dengan suaranya yang nyaring dan mengganggu. Di antara teriakan Reina, suara Lucas yang samar-samar terdengar oleh Hazel, memicu kecurigaan dalam benaknya. Perasaan cemburu dan terluka bercampur, mengingat mereka baru saja menghabiskan malam penuh kedekatan.
Dalam keadaan kesal dan fisik yang masih lelah, Hazel mencoba bangkit dari ranjang. "Ah, ini sangat sakit. Bagaimana bisa aku berjalan? Bangun saja rasanya tidak mampu," keluhnya sambil merintih kesakitan.
Tepat saat Hazel berjuang untuk bangkit, Lucas masuk ke dalam kamar. "Kamu mau ke mana, Hazel?" tanyanya, mendekat padanya dengan raut muka penuh kekhawatiran.
Hazel, masih dipenuhi kekesalan karena mendengar Lucas berbicara dengan Reina, menolak bantuan Lucas saat ia mencoba membantunya. "Lepaskan, aku bisa sendiri," ucapnya ketus.
"Hei, ada apa denganmu, Hazel?" tanya Lucas dengan nada yang sangat lembut.
"Heemmm. Kamu cemburu aku bertemu dengan Reina, ya?" gurau Lucas, mencoba menggoda Hazel.
"Tidak," jawab Hazel cepat, mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan rasa malunya.
Namun, Lucas tidak menyerah. Dia dengan hati-hati menggendong Hazel menuju kamar mandi, meskipun Hazel terus meronta. "Lepaskan, aku malu," keluh Hazel, wajahnya memerah karena malu.
Lucas tidak menggubris protes Hazel dan terus membawa Hazel yang terus berontak sampai ke bathtub yang sudah diisi air hangat sebelumnya.
“Mau aku bantu mandikan?” tanya Lucas, matanya menatap Hazel begitu liar.
Hazel yang mengingat akan kejadian yang mereka lakukan kemarin, menolak cepat dengan menggelengkan kepalanya. Sedangkan Lucas hanya tersenyum dan terkekeh kecil.
Setelah selesai mandi, Hazel akan mengambil handuknya. Namun, dia mencarinya tidak ditemukan dimanapun.
Saat diingat kembali, setelah Lucas akan pergi dirinya membawa handuk Hazel keluar. Tidak, kenapa lagi lagi pria itu sangat menyulitkan dirinya. Bagaimana dia akan keluar dengan tanpa busana sekalipun.
“Apakah sudah selesai mandinya?” tanya seorang pria dibalik pintu, tentunya siapa lagi kalau bukan suaminya Lucas.
Mendengar suara Lucas di balik pintu, Hazel segera menyadari apa yang terjadi. Ternyata, Lucas sengaja membawa handuknya untuk melanjutkan gurauannya. Hazel merasa campur aduk antara kesal dan terhibur oleh tingkah suaminya yang kadang terlalu jahil.
"Ya, aku sudah selesai, tapi kamu bawa handukku, kan?" jawab Hazel, berusaha menjaga nada suaranya agar tidak terdengar terlalu kesal.
Dari balik pintu, suara tawa Lucas terdengar. "Oh, handuk? Aku kira kamu tidak akan membutuhkannya lagi," ujarnya dengan nada bercanda. "Tapi jangan khawatir, aku bawa kesini."
Pintu kamar mandi terbuka perlahan dan Lucas muncul dengan handuk di tangannya, tersenyum lebar. Hazel, meski ingin tetap marah, tidak bisa membantu dirinya sendiri untuk tidak tersenyum melihat wajah Lucas yang penuh dengan kepuasan karena berhasil menjahilinya.
“Terima kasih, suamiku” ucap Hazel dengan nada sarkastik namun lembut, menerima handuk dari Lucas. “Jangan lakukan ini lagi, oke?”
Lucas mengangguk, “Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Setidaknya, untuk hari ini.” Dia berkedip nakal, kemudian mencium kening Hazel dengan lembut. “Ayo, aku sudah siapkan pakaian untukmu di kamar.”
Mereka berdua kembali ke kamar, dan Hazel dengan cepat berpakaian di walk in closet miliknya. Setelah siap, mereka berdua duduk di ruang TV, menghabiskan sisa hari dengan menonton film dan menikmati kenyamanan di hotel di hari penginapan terakhir mereka. Meskipun pagi mereka dimulai dengan kekacauan kecil, Hazel dan Lucas berhasil mengubahnya menjadi hari yang penuh dengan tawa dan cinta, mengingatkan mereka bahwa setiap hari bersama adalah kesempatan untuk tumbuh lebih dekat.
“Aku mau bekerja kembali diperusahaan suamiku, tidak ada kata penolakan” ujar Hazel.
Lucas hanya terdiam, menatap Hazel dengan ekspresi serius, meskipun dalam hatinya ia sebenarnya merasa kesal karena terpaksa menyetujui permintaan istrinya. Hazel memang sudah memberikan "full service" tanpa bayaran, karena pada akhirnya, mereka adalah sepasang suami istri.
“Baiklah,” jawab Lucas akhirnya. “Aku akan suruh Leo mengurusnya, tapi beri aku waktu tiga hari. Tidak semudah itu mengatur semuanya.”
Hazel mengangkat dagunya, menunjukkan keberaniannya. “Dua hari. Aku beri waktu dua hari. Kalau tidak, aku tidak segan-segan membuat masalah besar di perusahaanmu!”
Ucapan itu membuat Lucas berhenti mengunyah, matanya langsung menatap tajam ke arah Hazel. Tanpa berkata apa-apa, ia mendekatkan wajahnya ke arah istrinya, mengingat posisi duduk mereka yang berbentuk huruf L memudahkan gerakannya. Tangannya terulur, memegang dagu Hazel dengan lembut namun penuh kendali.
“Kalau begitu, aku juga punya syarat,” bisik Lucas dengan nada menggoda. “Besok, kau harus memberikan ‘full service’ lagi padaku. Setuju?”
Hazel langsung membelalakkan matanya, tercengang. “Apa?!”
Lucas tersenyum lebar, senyuman yang jelas-jelas penuh kenakalan. Hazel memalingkan wajahnya dengan gusar, pipinya memerah. “Dasar pria penjahat kelamin!” gerutunya sambil cemberut.
Lucas tertawa kecil mendengar ucapan Hazel. “Memang benar, makanya aku memintanya lagi padamu.”
Hazel mendengus kesal, menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa malu. “Aku berdiri saja masih sulit, bagaimana mungkin aku bisa melakukannya besok?”
Namun, bukannya menunjukkan rasa bersalah, Lucas malah tertawa semakin keras. “Hahaha! Kau ini memang menggemaskan.”
Hazel menatapnya dengan kesal. “Kenapa kau tertawa seperti itu? Kau terlihat menyeramkan, seperti psikopat!”
“Hahaha” justru Lucas tertawa dengan sangat bahagia, kali ini dia mempunyai hobi baru yaitu menjahili sang istri, perasaannya berubah seakan jika saat bersama dengan Hazel, ia tidak mengingat wanita yang masih menjadi kekasihnya, bahkan mengingat namanya saja tidak.
Hazel semakin geram melihat Lucas tertawa, dirinya seakan kakak kelas pembuly tersadis di sekolah.
“Baiklah, 2 hari lagi kamu akan bekerja. Tapi jika ada yang bertanya dan membicarakanmu yang tidak tidak hagaimana?” tanya Lucas.
‘Memang aku ingin membalaskan dendamku pada orang orang yang menyebalkan disana’ gumam Hazel rasanya ia ingin mengatakan itu pada Lucas, tapi tidak mungkin, jika suaminya itu tentu saja tidak akan mengizinkan dirinya untuk bekerja.
“Tapi, jika suatu saat ada orang yang mengetahui hubungan kita bagaimana?” Hazel balik bertanya.
“Kenapa kau justru menanyakan itu, aku tidak mempermasalahkannya. Lagian kan kamu yang ingin merahasiakan hubungan kita ini” jawab Lucas.
“Baiklah” Hazel tersenyum riang, Lucas yang melihatnya keheranan dan berpikir bahwa sedang ada yang direncanakan gadis itu, bukan gadis tapi istrinya karena baru saja mereka melakukan hubungan layaknya suami istri.
Lucas tidak pernah mempermasalahkannya, selagi itu tidak akan merugikan dirinya. Lagi pula, kini Lucas sudah menanam bibit benih cinta padanya. Bukan hanya hari ini, tapi memang sejak dahulu dirinya sudah memiliki perasaan pada Hazel.
“Yang aku pikirkan, bagaimana jika berita itu menyebar hingga kekasih bapak si Reina itu, jika karyawan mengetahui kita sudah menikah? Dia akan sangat marah bukan?” Tanya Hazel mencoba ingin tahu apa yang akan di jawab oleh Lucas.
“Biarkanlah itu menjadi urusanku saja” ucap Lucas singkat, bukan itulah jawaban yang Hazel inginkan. Lagi lagi wanita itu kesal, bibirnya mencebik, tak ingin lagi berbicara dan tepat dirinya menyelesaikan sarapannya, dia akan terbangun dari kursinya dan justru malah merintih kesakitan.
“Aww”