Takdir yang tak bisa di pungkir, semua adalah ketentuan Allah Swt
begitupun dengan kehidupan seorang wanita independen dan mandiri yang dijalani oleh Neneng seorang guru bahasa di sebuah lembaga pendidikan
apa saja perihal yang dihadapi oleh seorang Neneng??
ikuti kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niethayoel342, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"oalaaahhh...... Ada Ajid lho, mau masuk nak...." sambut emak kepada seseorang.
Aku yang sedari tadi mempersiapkan perlengkapan berangkat ngajar terdengar ada tamu. Mungkin tamu emak, pikirku. aku keluar dari kamar hingga tak sadsr bahwa tamu itu adalah Ajid, APD persiapan untuk membawa motor sudah lengkap. Jakrt, helm, masker... Siap meluncur. Giva sudah berangkat di antar bapak. A Alam kebetulan tidak pulang dia menginap dirumah Mama karena ada kerjaan patuh waktu ikut dengan pamannya di sebuah proyek perumahan.
"eh...kang Ajid...neng kira siapa...." sapa ku sambil bersalaman dengannya begitupun dia sambil tersenyum tulus kepadaku.
"iya neng, mau berangkat?akang antar ya..." ajaknya.
"ga usah kang, aku biasa bawa motor sendiri...da pa kok tumben...?"
"gak neng, main aja kesini kangen suasana rumahmu..."
"oh ya udah kalau gituh lanjut sok ya main..axa rmak sama adek aku bentar lagi bapak dateng qo biasa kan akang aktab sama mereka. Aku dah kesiangan..." Kataku sambil gendak beranjak dari kursi tamu.
Tiba tiba lenganku ditahan olehnya.
"neng, sebentar ada yang mau akang omongin..." katanya.
aku menoleh sambil mencoba melepaskan genggaman tangannya.
"apa?" tanyaku datar.
" akang kangen neng, kalau neng dan suami udah mulai tidak bersama akang siap menunggu neng..." dengan sorot mata memohon.
" hmmmmm, akang ada yang lebih baik dari Neng qo. Lagian neng gak mungkin untuk berpisah, alhamdulilah sekarang sudah membaik...akang bisa qo dspetin yang lebih baik dsri neng. Maaf seribu kali maaf kita hanya bisa menjaga silaturahmi srbagai krkeluargaan.
Neng berangkat dulu ya kang...assalamualaikum" pamitku dengan buru langsung menyalakan motor matic ku.
Masih terlihat Ajid mematung di depan pintu.
Seoanjang perjalanan aku tak habis pikir apa yang ada dalam pikiran Ajid, jelas jelas aku dah nikah dan gak mungkin jadi jendes. Ini emak pasti yang mengabari ke dia. Kadang ya rmang emak itu suka bikin ulah terooosssss.
ku lanjuykan gad moyorku sedikit ditatik drngan kecepatan 60, agar tidak makin kesiangan ke sekolah.
...****************...
"A, tadi pagi ada Ajid lagi kesini...." kataku membuka percakapan dengan A Alam sambil melipat baju yang harudls disetrika. Dan A Alam selesai melaksanakan shalat isa bersama Giva.
"oh.... Terus?" jawabnya santai.
"ya gituh ah muak ah...."
"ya biarin aja sekedar main mah, asal jangan main main aja..." jawabnya lagi sangai namun menegaskan ketidakbolehannya.
"neng juga udah bilang gituh qo intinya silaturahmi hanya srbagai kekeluargaan..gituh."
" yasudahlah jangan bahas dia, lagi ga Mood soalnya Aa cape..sini baring sini aa belum ngelus ci utun..." katanya sambil menepuk nepuk kasur yang sedang ia tempati.
Malam semakin larut yang tadinya kami saling berbincang kini tertidur pulas, aku tersadar karena dingin walaupun dalam pelukannya. Namun, A Alam menahan tubuhku yang sedang ada di dadanya dan dipelukannya. Seolah tak mengizinkan aku untuk mengusik tidurnya.
Kembali aku tertahan namun dengan sigap bibirnya mengecup bibirku. Dia mengigit bibir bawahku hingga mulutku terbuka sedikit, dan melengguh mesra. euhhhh,,
Ciuman panas A Alam makin membangkitkan gejolak hasratku. Bagian dadaku yang semakin sintal tak lepas dari lumatannya. Hingga aku meraba bagian dalam sarung A Alam sudah mulai bangun dan menegang.
arghhhhh, neng... Suaranya mendesah ketika kejantanannya aku lumat dan jilat.
Malam itu selalu dan semakin panas, A Alam membukakan daster yang ku kenakan. Melumat semua bagian isinya tanpa ada yang terlewatkan. Hingga kejantanannya mulai memasuki lubang bagian intimku.
Pelaaaaann euhh aa
suaraku berbisik ditelinganya. Ya dia memasukannya dengan pelan dan gerakan perlahan tidak seperti malam malam lalu yang selalu kasar dan menyakitkan. Saat ini aku benar benar merasakan nyaman ketika bersamanya. Dan ingin terus naik turun memegang kendali tapi aku gampang lelah mungkin karena kehamilan ini.
...****************...
Sembilan bulan berlalu perutku sudah terasa membengkak, badan sudah tidak enak untuk tidur ataupun berjalan. Namun, kehamilan yang kedua ini berkah sekali dan banyak orang yang memanjakanku karena bayi yang ada di perutku itu berjenis kelamin perempuan yanh sangat di dambakan kedua orang tua kami berdua.
Apalagi dari keluarganya A Alam, setiap aku ngidam selalu terus diturutinya. Emak dan bapak dirumah pun merasa bahagia, bersyukur atas kejadian kemarin membuat rasa kekeluargaan ini semakin kental dan yang terpenting kami saling mengenal dan intropeksi diri kembali agar menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi.
"aa...... Neng sakiitt.."kataku sambil meringis di jam 2 dini hari. A Alam langsung tersentak dari tidurnya. Bergegas ia membereskan persiapan pakaian dalam tas yang sudah dengan sengaja aku bereskan tadi sore.
"sabar dulu neng...mungkin cuma sebentar sakit nya..."katanya kembali menenangkan.
aku menurut saja menarik nafas panjang kemudian dilanjutkan dengan shalat malam dulu karena rasa sakitnya tidak terlalu.
Namun selesai shalat, rasa mulas ini makin sering hingga aku mengeluarkan suara agak sedikit keras
Awwwwŵw... Maaaakkk
Emak dan bapak segera mengetuk pintu, Mereka sudah bersiap mengantarkanku ke puskesmas terdekat.
Wajah wajah tegang itu terlihat gelsah ketika sang bidan jaga di puskesmas belum keluar juga. 3 jam kemudian barulah terdengar suara si bayi oooekkk oooeeekkk ooeeekkk
ALHAMDULILAHIROBBILALAMIIN
Seru semuanya bersamaan.
...****************...
