Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacar Rahasia
Bagaimana drama ini dimulai dan bagaimana drama ini diakhiri? Bel jam pulang sekolah berbunyi. Orang tua kedua belah pihak belum juga tiba.
Hingga pada akhirnya pintu ruangan kepala sekolah terbuka. Menampakkan sosok Yulia yang datang bersama dengan Sela.
Anggapan sang kepala sekolah pada awalnya, dirinya akan memberikan efek jera, hingga kedua orang remaja ini ditegur oleh orang tua mereka.
"Begini..." Sang kepala sekolah menghela napas mengingat Yulia memiliki status sosial yang tidak dapat diremehkan.
Menatap kedua orang tua siswa menunggu sang kepala sekolah mengatakan apa kesalahan anak-anak mereka.
"Jadi, alasan saya memanggil kalian karena tindakan Willy dan Cheisia tidak dapat ditolerir lagi." Kembali sang kepala sekolah menghela napas.
Ini merupakan isu yang sensitif. Mungkin saja sangsi berat akan diberikan orang tua mereka. Sudah pastinya larangan untuk menjalin hubungan (pacaran).
"Apa Neil melakukan kekerasan?" tanya Yulia menelan ludahnya.
Sang kepala sekolah menggeleng."Ini lebih buruk dari pada perkelahian antar pelajar."
"Apa Cheisia dan Neil memakai narkotika?" Tanya Sela menelan ludahnya, menatap Neil yang terlihat lelah dan tidak tau harus bagaimana. Sedangkan Cheisia ceria, bagaikan memenangkan hadiah utama lotre.
"Setara dengan pemakaian narkotika. Tapi tidak menggunakan narkotika." Kembali sang kepala sekolah menjelaskan berputar-putar. Tidak ingin Yulia langsung tersinggung dengan kata-katanya.
"A...apa kesalahan anak-anak kami?" Tanya Sela, dengan jantung berdegup cepat.
"Aku harap kalian bijaksana dan membimbing mereka dengan baik. Jangan terlalu menyalahkan mereka karena rasa ingin tau, remaja..." Sang kepala sekolah menjeda kata-katanya sejenak.
Sedetik...dua detik... hingga pada detik ketiga.
"Mereka berciuman di ruang kesenian. Bahkan terindikasi, mungkin saja akan melakukan s*** bebas." Kalimat yang pada akhirnya terucap, menunggu bagaimana reaksi kedua orang murid tua.
Sudah pastinya kedua remaja akan mendapatkan bimbingan khusus...
"Sela! Kamu dengar? Kita akan punya cucu!" Teriak Yulia.
"Tidak aku sangka anakmu yang cuek ternyata aslinya agresif. A...aaa! Yang mana dulu? Persipan pernikahan atau membeli baju bayi?" Tanya Sela berteriak kegirangan memegang jemari tangan Yulia.
"A...anak kalian melakukan tindakan asusila!" Teriak sang kepala sekolah menegaskan.
"Kita harus memutuskan nama cucu-cucu kita nanti. Bagaimana jika perempuan Cahaya, jika laki-laki Uzui?" Yulia bagaikan tidak mendengarkan kata-kata sang kepala sekolah.
"Tidak boleh! Jika perempuan Hinata, jika laki-laki Sasori." Sela sudah memikirkan segalanya.
Sedangkan Sang kepala sekolah kehabisan kata-kata mendengar kalimat dua orang wanita ini."Ke... kenapa begini, kalian seharusnya membimbing anak-anak kalian."
"Aku punya usulan lain, jika laki-laki namanya Sion, jika perempuan namanya Star." Cheisia ikut-ikutan bergabung dengan Yulia dan Sela, membuat kedua orang itu semakin bersemangat.
"Kalian tidak mengerti? Mereka melakukan tindakan asusila!" Sang kepala sekolah berteriak, tapi tetap saja suara tawa tiga orang wanita lebih kencang.
Hingga Neil menepuk bahu sang kepala sekolah."Sudah aku bilang, jangan menghubungi ibuku. Mereka menunggu-nunggu kesempatan seperti ini untuk menjebakku yang masih perjaka."
Kalimat yang diucapkan Neil membuat sang kepala sekolah mengerti. Pemuda yang kembali duduk dengan wajah lelah, beban fikiran bagaikan menepuk di otaknya.
"Terimakasih!" Cheisia tertunduk pada sang kepala sekolah."Anda telah membuat kami dapat segera menikah. Walaupun hanya pernikahan secara agama. Resepsi pernikahan akan diadakan tepat pada saat umurku 19 tahun. Aku pastikan akan mengundang bapak sebagai tamu kehormatan."
Jadi ini perangkap untuk menikahkan anak paling sulit diatur di sekolah ini? Pernikahan secara negara hanya dapat dilakukan beberapa bulan lagi menurut usia minimum.
"Tidak boleh! Mereka belum cukup umur!" Sang kepala sekolah membela.
"Jadi tidak boleh?" Tanya Sela."Tidak apa-apa tinggal bersama dengan status tunangan sudah cukup..."
"Gila!" Sang kepala sekolah memijit pelipisnya sendiri.
*
Taukah kalian ras terkuat di bumi? Tentunya selain kucing orange yang memiliki banyak babu. Ras terkuat di dunia ini, penguasa jalanan, bahkan penguasa lancarnya sistem perekonomian dunia di bidang konsumsi. Merupakan seorang ibu sekaligus seorang istri, ras yang bahkan dapat membuat acara pertunangan dalam semalam.
Mereka segera menghubungi dan mempertemukan dua keluarga. Insiden di sekolah sudah merupakan peringatan, jika ular akan mencari cara untuk masuk ke sarangnya. Dan sarangnya benar-benar kegatalan hingga begitu ingin digaruk.
Karena itu pembicaraan pertunangan, sekaligus pernikahan yang akan diadakan beberapa bulan lagi merupakan sebuah keharusan. Untuk dapat dirakitnya mesin penghasil cucu.
"Jadi keluarga Neil akan kemari?" Tanya Bianca, kala Sela mempersiapkan gaun putri angkatnya.
"Iya! Cheisia akan segera bertunangan. Dan ibu akan berbesan dengan teman lama ibu, Yulia." Ucap Sela begitu bahagia dengan segala kebetulan ini.
Tidak ada alasan lagi bagi Neil untuk menunda segalanya. Anak bau kencur itu harus bertanggung jawab, karena sudah mengunyah bibir putrinya.
"Itu bagus..." Bianca tersenyum, dari keluarga kalangan atas? Tapi Neil hanya membawa motor sport, berbeda dengan teman-teman Cheisia yang mengendarai mobil seharga miliaran rupiah.
Ini sudah dapat dipastikan, setelah dirinya sekolah di tempat Cheisia saat ini, semua perhatian akan tertuju padanya. Termasuk kalangan elite sekolah, pria yang lebih rupawan dan kaya dari Neil? Sudah pasti banyak bukan?
"Ibu, jadi kapan aku pindah sekolah?" Bianca merapikan penampilannya.
Sejenak Sela tertegun, melupakan segalanya. Bianca akan pindah ke sekolah ke tempat Cheisia bukan?
Rasa curiga atas perilaku Bianca masih ada, walaupun dirinya tidak memiliki bukti pasti. Tapi, bagaimana pun, tanggung jawab yang diembannya hingga Bianca menikah. Dirinya tidak bisa lepas, mengingat suaminya dapat hidup dan kembali sehat, akibat jantung yang didonorkan ayah anak ini.
Karena itu.
"Secepatnya..." Hanya itulah jawaban Sela penuh senyuman.
*
Hanya makan malam bersama, yang diikuti dengan pembicaraan tentang pertunangan dan pernikahan.
Cheisia benar-benar menyiapkan minidress yang memberikan kesan polos, make up tidak begitu tebal. Perlahan dirinya menatap ke arah cermin. Kemudian mencium bayangan wajahnya sendiri."Bagaimana caranya membawa Neil ke kamar?" Gumamnya, dengan perasaan senang setengah mati.
Tapi hingga kini satu hal masih mengganjal dalam benaknya. Cerita dari ayahnya sebelum waktu terulang."Vony..." gumamnya.
Cheisia meraih sebuah buku jurnal, mulai menulis segala yang diingatnya tentang kejadian penting sebelum waktu terulang.
Dirinya mengingat-ingat, ada kenyataan yang terbongkar beberapa hari sebelum peristiwa yang merenggut nyawanya dan Neil.
"Vony, itulah namanya saudara tiri Bianca yang dari awal menyamar sebagai Bianca. Sedangkan Bianca yang asli, saat ayah menemukannya, dia sudah meninggal dalam kemiskinan. Akibat...diare?" Gumam Cheisia mencatat.
Menghela napas tentang kenyataan absurb ini. Orang yang menghancurkan hidupnya selama ini, adik angkatnya Bianca. Atau memiliki nama lain Vony.
Tapi hanya satu yang menjadi tanda tanya. Dimana Bianca yang asli, seseorang yang seharusnya diadopsi kedua orang tuanya?
Jika mengingat-ingat dari percakapan terakhirnya dengan Dirgantara sebelum waktu terulang, Bianca yang asli meninggal di tahun-tahun ini karena kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
"Akh! Aku tidak tau! Masa bodoh!" Teriak Cheisia, hidupnya saja sudah rumit semenjak ayahnya menerima donor jantung.
*
Sedangkan di tempat lain, seorang wanita tengah membuka sebungkus mie kadaluarsa. Perutnya lapar tapi tidak ada yang dapat dimakan olehnya.
Tapi hanya satu hartanya yang berharga. Sebuah pesan masuk dari pacarnya yang berada jauh di sana.
Handphone sebagai hadiah pertama dari sang pacar.
'Kamu sedang apa? Maaf belum bisa datang. Orang tuaku masih waspada, aku janji setelah mereka menyerah untuk menjadikanku pewaris. Aku akan menjemputmu. Omong-ngomong hari ini aku mengenakan jepit rambut kuning milikmu.'
Foto seorang pemuda yang mengenakan jepit rambut masuk tepat setelah pesan.
Dengan cepat sang wanita membalas.'Aku iri, kamu lebih cantik dariku.'
Menghela napas sambil menunggu balasan, dirinya mematikan kompor, kemudian menyajikan mie kadaluarsa yang menjadi cikal bakal kematiannya.
Dan sekaligus cikal bakal Tantra memutuskan untuk seterusnya larut dalam kesedihan, hingga meninggal di usia 24 tahun akibat menabrakkan mobilnya ke lereng tebing pinggir laut. Sebelum waktu terulang.
Gadis yang begitu cantik, hanya saja begitu miskin, akibat dibuang ke jalanan saat usia 14 tahun. Pacar Tantra, seseorang yang memiliki status sosial terlalu rendah. Hingga kedua orang Tantra tidak setuju dengan hubungan putranya.
"Mienya sudah matang!" Ucap gadis itu, memakan dua bungkus mie kadaluarsa seorang diri."Masih enak, aku tidak mengerti kenapa ada orang yang membuangnya."
Gadis miskin yang terkekeh, tidak ingin mengadukan keadaan ekonominya pada sang kekasih.
Tapi memang benar, mie instan ini... begitu...enak?
gedeq sm enric dan nail..