NovelToon NovelToon
Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Lari Saat Hamil / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Nikah Kontrak / Cerai
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Linda manik

Evan Dinata Dan Anggita sudah menikah satu tahun. Sesuai kesepakatan mereka akan bercerai jika kakek Martin kakek dari Evan meninggal. Kakek Martin masih hidup, Evan sudah tidak sabar untuk menjemput kebahagiaan dengan wanita lain.

Tidak ingin anaknya menjadi penghambat kebahagiaan suaminya akhirnya Anggita
rela mengorbankan anak dalam kandungan demi kebahagiaan suaminya dengan wanita lain. Anggita, wanita cantik itu melakukan hal itu dengan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa Bersalah yang Menyiksa

"Kamu kenapa sayang?" tanya Adelia setelah Evan tiba di rumah. Jejak tangan Indra masih jelas terlihat berwarna hitam kebiru biruan di pipi Evan dan sedikit bengkak. Rico yang sedang membantu Evan berjalan menuju rumah hanya melihat Adelia dengan datar. Tidak ingin mengganggu Evan dan Adelia. Rico akhirnya pulang setelah Evan duduk di sofa ruang tamu.

"Tidak apa apa. Panggilkan Bibi Ani," jawab Evan sambil menyentuh wajahnya sendiri. Rass sakit itu masih terasa di sekujur tubuhnya terutama di bagian wajah. Kemudian Evan bersandar ke sofa dengan wajah yang menengadah ke langit langit rumah. Matanya terpejam seperti memikirkan sesuatu.

"Tuan, mengapa seperti ini?" tanya Bibi Ani khawatir setelah melihat wajah tuannya. Wanita tua itu langsung tergesa ke dapur mengambil air dingin untuk mengompres wajah Evan yang lebam.

"Aku bisa sendiri," kata Evan ketika Adelia ingin mengompres pipinya. Dia mengambil handuk kecil yang sudah basah itu dari tangan Adelia. Evan mengompres wajahnya sendiri sedangkan Adelia memperhatikan gerak gerik pria pujaan hatinya itu.

"Bagaimana hasil sidang hari ini. Apa dia mengemis untuk membatalkan perceraian kalian."

Evan menatap wajah Adelia sebelum menjawab pertanyaan. Dia tidak menceritakan hal apapun termasuk panggilan sidang hari ini kepada wanita itu tapi dia bertanya seolah mengetahui banyak tentang gugatan perceraian itu. Banyak pertanyaan yang timbul di otaknya tapi Evan malas bertanya karena sakit di wajahnya itu.

"Tidak. Anggita bahkan tidak datang," kata Evan datar dan tangannya masih menempelkan handuk basah itu di wajahnya.

"Itu lebih bagus daripada dia datang. Artinya tidak ada mediasi kan?. Semoga saja sidang selanjutnya kalian sudah sah bercerai. Aku tidak sabar menunggu moment itu tiba. Aku mau pesta pernikahan yang sama meriah dengan pernikahan kamu dengan Anggita dulu."

Wajah Adelia berbinar membayangkan pernikahan yang sudah di depan mata. Dulu pernikahan Evan dan Anggita dirayakan sangat mewah dengan tamu undangan yang banyak dan kalangan atas. Adelia juga menginginkan pernikahannya seperti itu dan ingin menunjukkan kepada dunia bahwa hanya dirinya lah yang beruntung mendapatkannya cinta Evan.

Evan hanya terdiam. Dia fokus mengompres wajahnya dan tidak berniat sama sekali untuk menjawab perkataan wanita pujaannya. Saat ini, otaknya berusaha mencerna tentang gugatan perceraian itu. Anggita tidak hadir dalam sidang tadi. Dan di Surat perjanjian perceraian sebelumnya bahwa Evan yang menggugat Anggita. Tapi mengapa sekarang justru Anggita yang menggugat dirinya.

"Evan, mau ke mana lagi," tanya Adelia kesal ketika melihat Evan sudah berdiri. Selain karena perkataannya tidak mendapat tanggapan. Wanita itu juga kesal karena Evan seperti berbeda. Selama satu minggu ini Evan sibuk dengan pekerjaannya dan tidak Ada waktu berdua untuk mereka. Dan kini dalam keadaan sakit pun. Pria itu seakan tidak memberi dirinya.

Adelia menginginkan hubungan mereka sama seperti sebelum Evan menikahi Anggita. Saat itu Evan sangat romantis dan selalu menyenangkan hatinya dengan menuruti semua keinginan dirinya. Evan memperlakukan dirinya seperti ratu. Menjaga dirinya seperti kaca rapuh. Adelia rindu masa masa itu. Adelia juga rindu sifat manja Evan dan kehangatan pria itu.

"Ke kamar," jawab Evan singkat. Dia kembali melangkahkan kakinya.

"Evan mengapa kamu berubah?" tanya Adelia dengan wajah yang sangat sedih. Dia benar menyadari jika sikap Evan telah berubah kepadanya. Anggita tidak ada lagi di rumah ini. Seharusnya, Evan sudah bisa berlaku romantis untuk dirinya. Dia pernah berpikir jika Anggita pergi maka otomatis sikap Evan akan kembali seperti dulu.

Evan menghentikan langkahnya. Lagi lagi Evan tidak menjawab. Dia masih memikirkan gugatan perceraian itu. Semakin dia memikirkan perceraian dan Anggita. Evan semakin bisa merasakan hatinya tidak tenang.

"Aku mau istirahat Adelia." Evan kembali melangkahkan kakinya.

"Evan, jangan seperti ini. Lihat aku."

Evan menghentikan langkahnya karena Adelia sudah memeluk dirinya dari belakang. Dia membalikkan tubuhnya untuk melihat Adelia.

"Jangan abaikan aku Evan. Kamu mengetahui sebesar apa cintaku kepada kamu. Aku sabar menunggu aku. Inikah balasan atas Sikap sabar dan cintaku kepadamu," kata Adelia sedih dan menundukkan kepalanya. Mereka kini sudah berdiri berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

"Saat ini aku banyak pikiran Adelia. Aku mohon kamu mengerti. Jangan menambah beban pikiranku."

Adelia mendongak menatap wajah Evan. Dia meneliti wajah pria itu untuk mengetahui lebih jelas apa yang membuat Evan banyak pikiran.

"Kalau karena kehilangan janin, kamu banyak pikiran. Aku pastikan bisa menjaga diri untuk menjaga keturunan kamu di rahimku. Berapa anak yang kamu inginkan aku bersedia mengandung anak anak Kita kelak," kata Adelia. Dia sangat yakin jika Evan banyak pikiran karena Hal itu.

Adelia memberanikan diri memeluk Evan. Wanita itu menghirup aroma tubuh dari pria pujaannya. Ini yang pertama kalinya mereka berpelukan setelah satu tahun berpisah karena pernikahan Evan dan Anggita.

Adelia semakin berani. Dia menjinjit untuk menyamakan tubuhnya dengan tubuh Evan. Ketika usaha itu kurang maksimal. Adelia melepaskan tangan kanannya dari pinggang Evan dan mengulurkan tangan itu ke leher Evan. Adelia menarik kepala pria itu supaya mendekat ke wajahnya.

Hanya hitungan detik, kini bibir dua manusia itu sudah saling menempel dan Adelia yang mendominasi permainan. Tapi itu hanya sebentar. Sebagai laki laki yang normal tentu saja segala hormon yang ada di dalam tubuh Evan menerima dengan baik sentuhan bibir bagi tubuhnya. Apalagi kini, tangan Adelia juga semakin nakal bergerilya di bagian bawah pinggangnya.

Evan tergoda, dia mengabaikan rasa perih di wajahnya untuk mencari keinginan tubuhnya yang semakin menginginkan lebih dari ciuman itu. Evan juga mengabaikan perasaan hatinya yang memikirkan perceraian itu. Kini Evan juga membalas sentuhan Adelia. Sebagai pria normal. Kehangatan seperti ini sangat manjur untuk mengalihkan beban pikirannya.

Evan mendorong tubuh Adelia dengan bibir yang menyatu ke sofa. Kini dia yang mendominasi permainan itu. Tangannya juga sudah aktif berpetualang di tubuh Adelia. Bibirnya juga sudah merambat ke area yang terlarang yang seharusnya tidak boleh dia nikmati.

Adelia bersorak dalam hati. Wanita itu semakin bersemangat membakar gelora asmara di tubuh pria pujaannya. Dia menginginkan hal lebih dari sekedar sentuhan dan ciuman panas seperti ini.

"Bawa aku ke kamar. Aku siap mengandung anak kamu untuk mengganti janin kamu yang gugur," bisik Adelia ke telinga pria yang sedang memainkan bibir di lehernya. Adelia sangat senang karena Evan semakin berani menyentuh tubuhnya.

Evan menghentikan kegiatannya. Bisikan Adelia mengingatkan dirinya akan dosa yang seharusnya tidak dia lakukan. Selama ini, walau dirinya sangat mencintai Adelia. Dia tidak pernah melampaui batas dalam berhubungan. Mereka hanya berciuman bibir dan berpelukan. Tidak lebih dari itu.

"Maaf Adel. Kita tidak boleh melakukannya. Kita belum halal." Kini kedua manusia itu sudah duduk di sofa dan ada jarak diantara mereka.

"Kalau begitu, cepat halalkan aku sayang," kata Adelia manja. Dia mendekat ke Evan dan menempelkan tubuhnya ke tubuh Evan. Dia merasa jika apa yang mereka lakukan tadi adalah sebagai tanda jika Evan sudah kembali seperti Evan yang dulu.

Evan berdiri dari duduknya kemudian melangkah menjauh dari Adelia. Dia tidak ingin melakukan dosa itu dan dia juga belum ingin menghalalkan Adelia karena Evan merasa jika dirinya masih berstatus suami dari Anggita.

"Aku ingin menghibur hati kamu. Tapi yang aku dapat penolakan," kata Adelia kesal dan perkataan itu masih bisa di dengar oleh Evan yang kini sedang menaiki tangga menuju kamarnya. Tapi pria itu tidak sedikitpun berniat untuk menjawab apalagi menoleh.

Adelia menatap punggung pria itu kesal. Adelia tidak sadar jika apa yang dia lakukan sudah menjatuhkan harga dirinya sebagai wanita. Dan wanita itu membantah keinginan dirinya sendiri dengan mencari alasan untuk melakukan itu. Sebenarnya, dia melakukan itu untuk membuat Evan tidak berdaya di hadapannya. Adelia menginginkan pernikahan secepatnya. Dia takut jika Evan berubah pikiran akan janji manis yang membuat dirinya di rumah ini sekarang. Adelia sadar, jika posisi Anggita lebih kuat dibandingkan dirinya walau Evan dan Anggita dalam proses perceraian sekarang.

Adelia mengepalkan tangannya karena marah. Sejujurnya, penolakan Evan membuat dirinya menjadi malu. Dia menyalahkan Anggita dalam hati. Dia merasa bahwa Anggita adalah penyebab semua perubahan Evan terhadap dirinya. Jika seandainya Anggita tidak menikahi Evan. Bisa dirinya saat ini dirinya sudah menjadi istri Evan.

"Anggita. Tidak akan aku biarkan kamu kembali ke Evan. Bagaimana pun caranya. Evan hanya milikku seorang."

Dengan perasaan malu dan marah, Adelia masuk ke dalam kamarnya. Dia terus berpikir bagaimanapun caranya untuk menghancurkan Anggita demi mendapatkan Evan kembali. Tidak akan dibiarkan pria itu terlepas untuk kedua kalinya.

Adelia menjambak rambutnya sendiri karena tidak mendapatkan ide. Di saat sendiri seperti ini. Adelia butuh teman untuk memberikan ide kepadanya. Dia seketika mengingat mama Anita. Tapi wanita itu tidak bisa diharapkan lagi. Mama Anita tidak menyukai dirinya lagi.

"Mengapa aku harus memikirkannya. Tidak ada lagi alasan bagi mereka bersatu. Janin itu sudah lenyap. Evan seperti ini Karena kami belum halal," kata Adelia dalam hati.

Adelia kembali tersenyum. Menyadari jika usahanya untuk menyingkirkan Anggita hampir sempurna. Dia menghibur diri sendiri dengan mengingat perlakuan Evan di Masa lalu. Adelia sangat yakin jika Masa masa indah itu akan segera tiba. Hanya menunggu ketok palu Evan dan Anggita resmi bercerai.

Di kamar, Evan menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Wajahnya yang masih terasa perih mengingatkan dirinya akan Indra dan semua perkataannya.

"Ternyata aku salah menilai kamu Anggita. Apa yang dikatakan oleh kakek dan nenek semuanya benar," gumam Evan bersamaan dengan itu dia merasakan hatinya berdenyut nyeri. Dia mengingat semua perkataan dan sikapnya yang menyakiti Anggita selama ini. Dia melakukan itu dengan sadar dan kini Evan bisa merasakan rasa bersalah yang dalam kepada wanita yang masih sah istrinya.

Dia juga pernah meragukan kesucian Anggita. Dia pernah berpikir jika Anggita adalah sugar baby milik kakek Martin. Wanita Kotor yang menghalalkan semua cara demi hidup enak. Dia menolak perjodohan itu karena berpikir jika Anggita yang memaksa kakek Martin untuk menjodohkan dirinya dengan Anggita. Tapi semua pemikiran itu terbantahkan karena di malam dimana dia berhubungan suami istri dengan Anggita. Wanita itu masih suci. Dia yang pertama untuk istrinya itu.

Evan berdiri dan berjalan menuju jendela kamarnya. Dia memandang ke luar berharap melihat Anggita walau hanya bayangannya. Rasa bersalah karena tidak bisa meminta maaf kepada wanita yang dia sakiti membuat Evan tidak tenang.

"Mengapa aku bodoh. Mengapa aku buta. Mengapa aku tuli," kata Evan lagi. Dia mengerang frustasi dengan mengusap wajahnya kasar. Kemudian Evan meninju tembok karena rasa bersalahnya. Tidak hanya sekali. Evan meninju tembok itu sampai tiga Kali membuat punggung tangan kanannya sudah berdarah.

Punggung tangan kanannya yang berdarah tapi Evan merasakan hatinya yang sangat sakit. Dia menyesali semua sikapnya tapi tidak bisa memperbaikinya. Anggita sudah pergi karena kebodohannya.

Evan duduk di tepi ranjangnya. Matanya tertuju kepada punggung tangannya yang sudah bengkak dan mengeluarkan darah. Evan sungguh sadar jika punggung tangannya itu berdarah karena perbuatan dirinya sendiri. Sama seperti rumah tangganya yang diambang perceraian karena perbuatannya dirinya sendiri.

"Cari istriku sampai ketemu," kata Evan di telepon. Kini dia berbicara dengan Rico yang sedang berada di kafe pelangi untuk mencari keberadaan Anggita.

"Sahabat istri kamu yang bernama Nia. Tidak mengetahui dimana keberadaan istri kamu sekarang, Evan. Aku sudah memeriksa ponselnya. Nomor Anggita sudah diganti dan Nia tidak mempunyai nomor barunya," kata Evan dari seberang membuat Evan semakin frustasi. Sebenarnya dia ingin bertanya langsung kepada Nia tentang Anggita. Tapi karena wajahnya, Rico harus pergi sendiri ke kafe pelangi.

"Aku tidak mau tahu. Kamu harus menemukan istriku sebelum sidang kedua," kata Evan marah. Dia ingin bertemu dengan Anggita untuk meminta maaf dan memperbaiki semua kesalahan. Evan sangat sadar jika Anggita tidak datang di sidang kedua akan mempercepat perceraian mereka. Evan tidak mau itu. Dia ingin Anggita mencabut gugatan itu. Saat ini Evan benar benar sadar jika wanita pilihan sang kakek adalah wanita yang pantas menjadi pendampingnya.

"Enak saja kamu asal memberi perintah. Yang membuat dia pergi. Siapa. Kamu kan?. Seharusnya kamu tidak hanya tinggal diam dan memberikan perintah untuk mencari istri kamu. Belajarlah bertanggung jawab Evan."

"Dasar sahabat tidak bisa di harapkan. Aku tidak mau tahu. Ini perintah dari atasan kamu bukan permintaan seorang sahabat. Jadi kamu harus...."

Evan melemparkan ponselnya ke ranjang. Dia belum menyelesaikan perkataannya, Rico sudah menutup panggilan.

Apa yang dikatakan oleh Rico tadi membuat Evan semakin mengingat semua dengan jelas setiap kata kata yang membuat istrinya pergi. Bagaimana dia memperlakukan Anggita di ranjang dan di meja makan. Dia mengabaikan semua perhatian lembut istrinya itu. Dan tidak mau tahu sedikitpun tentang Anggita.

"Maaf," kata Evan sambil mengusap wajahnya kasar. Sungguh dia ingin bertemu Anggita secepatnya tapi dia tidak banyak mengetahui tentang Anggita yang bisa mempermudah pencariannya akan Anggita.

Jangankan mengetahui lingkungan pertemanan istrinya. Evan bahkan jarang dan tidak pernah bertemu mama mertuanya. Dia hanya bertemu dengan wanita itu hanya dua kali yaitu saat lamaran dan pernikahan.

1
Meliana Siregar
Rekamannya darimana thor, kan katanya di lt.2 rumah itu gak ada cctv, itu yg membuat nenek Rieta menyesal krn gak ada cctv
Kristin Hluvart
Luar biasa
Santi
Lumayan
Olivia Jalin
Luar biasa
Jade Meamoure
pembatalan saat d hari H walaupun bermaksud baik tetep gak d benarkan dan sangat memalukan tapi yah ini terjadi d dunia halu jadi sah sah aja🤣🤣🤣
Desi Oppo
bjo edan 😤
Janah Husna Ugy
Rico gk ada jodoh nya thor
Janah Husna Ugy
permainan ranjang nya hot nia dan Danny, timbang evan sama anggita
Janah Husna Ugy
kayaknya prank dech
Janah Husna Ugy
karma dibayar lgsg
#ayu.kurniaa_
.
echa purin
/Good//Good/
Ruzita Ismail
Luar biasa
Lala Al Fadholi
nia bodoh
Trisna
jangan hanya manis di awal yah Lex.
tapi di ending bikin Sad
Trisna
e Tah lah Nia sok jadi pahlawan banget.
Trisna
salsa ting-ting nih mah
senggol dong
Trisna
astaga Danny😂😂
Trisna
pak Rendra semakin di depan
Trisna
nah gitu dong Nia... berani berbuat, berani juga dalam bersikap. Lo memang salah
tapi mengemis no.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!