Revenge : Istri Nakal Tuan Keyvan

Setelah keadaannya membaik, Jerry di perbolehkan untuk pulang. Dia di antar oleh asistennya karena keadaannya yang masih lemah.

"Terima kasih Hen," ucap Jerry.

"Sama-sama tuan. Jika anda membutuhkan sesuatu, hubungi saja saya," ujar Hendra yang dijawab anggukan oleh Jerry. "Kalau begitu, saya permisi dulu. Nanti saya akan meminta bi Ani untuk tinggal dan menjaga anda sampai anda sembuh," lanjut Hendra.

"Sekali lagi terima kasih dan tolong handle perusahaan untuk sementara," ucap Jerry.

"Pasti tuan." Hendra keluar dari kamar Jerry dan menemui bi Ani yang saat ini berada di dapur. Dia memintanya untuk tinggal beberapa hari di rumah tersebut untuk merawat Jerry, setidaknya sampai keadaan tuannya pulih, baru kemudian, ia kembali ke perusahaan.

Sementara itu, Jerry terlihat memikirkan sesuatu. Mendengar penjelasan dokter mengenai sakitnya membuat ia curiga pada Nayya.

"Apa mungkin semua ini perbuatan Nayya?" gumamnya. Beberapa hari yang lalu, Nayya datang dengan alasan mengambil barangnya yang ketinggalan. Tapi ia justru memergoki wanita itu keluar dari ruang kerjanya dan beralasan meminjam laptopnya.

"Apa mungkin ... " Jerry turun dari tempat tidur dan mengambil obat yang ia simpan di laci nakas. Obat itu biasa ia minum setiap malam karena ia susah tidur. "Tidak mungkin Nayya melakukan hal ini padaku. Jika iya, atas dasar apa? Atau jangan-jangan keluarga itu berhasil mencuci otak Nayya?"

"Aku harus memastikannya." Jerry keluar dari kamar dan menemui bi Ani.

"Tu-tuan, kenapa anda kemari? Apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya bi Ani.

"Iya, tolong kau pergi ke apotek dan tanyakan tentang obat ini," ucap Jerry sambil memberikan botol obat pada Bi Ani.

"Baik tuan." Bi Ani menerima botol obat tersebut dan bergegas pergi ke apotek.

"Nayya, jika benar semua ini ulahmu maka aku akan membuatmu menyesal," geram Jerry.

...****************...

Jika Jerry mulai curiga pada Nayya, wanita itu kini justru semakin mesra dengan Keyvan. Beberapa kali mereka melakukan pertemuan dengan Klien dan Keyvan selalu memintanya untuk menggodanya.

Tentu hal itu membuat Nayya kesal. Entah apa tujuan Keyvan melakukan hal itu, tapi semua orang mulai berfikir jika mereka adalah pasangan suami istri yang romantis.

Seperti saat ini, mereka akan mengadakan rapat bulanan dan Nayya sebagai asisten pribadinya harus menyiapkan semua keperluannya untuk rapat.

"Ini berkas-berkas yang kau inginkan," ujar Nayya sambil meletakkan berkas tersebut di depan Keyvan.

Pria itu melirik sekilas berkas pemberian Nayya dan beralih pada istrinya itu. Lalu tanpa aba-aba, ia menarik tangan Nayya hingga tubuh wanita itu jatuh di pangkuannya.

"Kyaa!! Apa yang kau lakukan?" Pekik Nayya.

"Sstt, diamlah! Aku sedang membutuhkan energi." Keyvan menenggelamkan kepalanya di dada Nayya, mencari posisi ternyaman.

"Va-van, jangan begini!" Lirih Nayya

"Kenapa, hm? Aku suamimu, jika kau lupa. Jadi tidak masalah jika kita melakukan hal yang lebih dari ini. Lagipula, di luar sana kita sudah di kenal sebagai pasangan yang romantis," seru Keyvan.

"Ck, itu semua salahmu. Kau selalu memintaku untuk melakukan hal di luar nalar yang membuatku malu. Wajar jika semua orang yang melihatnya menganggap kita pasangan yang seperti itu," gerutu Nayya.

Keyvan terkekeh pelan. Dia memejamkan matanya, merasa nyaman dengan posisi tersebut. Rasanya ia tidak sabar membuat Nayya menjadi miliknya seutuhnya. Tapi dia akan bersabar sebentar lagi. Ya, hanya tinggal sebentar lagi, ia akan membuat Nayya mencintainya.

Tok Tok Tok

Nayya menoleh kearah pintu dan menjauhkan kepala Keyvan dari dadanya. "Ada yang mengetuk pintu," ujarnya.

"Ck, biarkan saja." Keyvan kembali ke posisi semula yang membuat Nayya mendengus kesal.

"Ini di kantor Van, jangan bersikap seperti ini," sentak Nayya.

Keyvan mendengus kesal dan melepaskan Nayya. Dia melirik Nayya yang memperbaiki penampilannya, dan meminta siapapun diluar sana untuk masuk.

Cklek

Pintu terbuka dan terlihat Keyra yang berdiri di sana. Nayya tertegun sejenak, namun ia berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Kak!"

"Ada apa?" Tanya Keyvan.

Keyra melirik Nayya yang kembali ke mejanya dan bersikap acuh tak acuh saat melewatinya. Tentu hal itu membuat hati Nayya merasa sakit, namun ia mencoba memakluminya karena bagaimanapun di sini, ia yang bersalah.

"Ada yang ingin aku bicarakan," ujar Keyra.

"Katakan!!"

"Tapi aku tidak mau ada orang luar mendengarnya," ujar Keyra sambil melirik Nayya.

"Keyra, jaga ucapanmu!" Sentak Keyvan.

"Ti-tidak apa-apa, biar aku keluar sebentar. Kalian bicara saja." Nayya buru-buru menyela dan memilih untuk keluar karena tidak mau membuat kakak adik itu bertengkar.

"Hah, lebih baik aku pergi ke ruang rapat saja," gumam Nayya. Dia menatap pintu ruangan Keyvan yang tertutup rapat dan menghela nafas panas sebelum pergi dari sana. Dalam hati ia merasa sedih karena Keyra begitu membencinya. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkannya karena ini semua memang salahnya.

"Nyonya Nayya!!"

Langkah Nayya terhenti saat ada seseorang yang memanggilnya. "Jeremy, ada apa?" Tanyanya.

"Kebetulan saya bertemu anda di sini. Tolong sampaikan pada tuan Keyvan jika semua sudah berkumpul di ruang rapat," ujar Jeremy.

"Ta-tapi ... "

"Tolong nyonya, saya harus bertemu klien sekarang." Jeremy terburu-buru pergi dari sana yang membuat Nayya kembali menghela nafas. Tidak masalah jika hanya menyampaikan hal itu pada Keyvan, tapi masalahnya saat ini pria itu sedang berbicara dengan adiknya.

"Hah, tidak ada pilihan lain." Nayya memutuskan untuk kembali ke ruangan Keyvan. Namun saat ia hendak mengetuk pintu, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan kakak beradik itu.

"Aku tahu kau kecewa dan marah pada Aina, tapi bagaimanapun juga dia adalah istriku. Jadi aku harap, kau menghormatinya," ujar Keyvan.

"Kak, aku sudah tidak tahan. Aku tahu, kau mencintai Aina, tapi kau juga harus ingat bagaimana dia menjebak mu dan membohongi keluarga kita. Dia bahkan berniat untuk mencelakai kita," seru Keyra.

"Aku tahu, Key. Tapi bukankah semua sudah jelas, jika semua ini hanya salah paham saja. Pikirannya di racuni oleh ibunya yang dulu mempunyai dendam terhadap keluarga kita. Jadi, wajar jika Aina membenci kita. Aku yakin jika kita berada di posisinya, kita akan melakukan hal yang sama," ujar Keyvan.

Keyra mendengus kesal karena kakaknya selalu di pihak Nayya. Tapi, dia tidak kehilangan akal. Dia mendekat dan membuat kesepakatan dengan kakaknya itu. "Baiklah, aku akan menerima Aina sebagai kakak iparku, tapi dengan satu syarat, restui hubungan ku dengan Frans," seru Keyra.

"Jangan bodoh, Keyra! Sampai kapanpun, aku tidak akan merestui hubungan kalian. Aku masih diam saja kalian berpacaran, tapi untuk menikah? Maaf, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ujar Keyvan geram.

"Kak!!"

"Pergilah! Aku sibuk!" Usir Keyvan.

Keyra menghentakkan kakinya kesal dan keluar begitu saja dan tidak sengaja bertemu dengan Nayya. Dia melirik sinis wanita itu dan pergi begitu saja.

"Frans? Apa itu kekasih Keyra?" Batin Nayya. Dia menatap punggung Keyra yang semakin menjauh, namun sedetik kemudian, muncul seringai mencurigakan di wajahnya.