"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Anyelir
Mentari sampai dirumah kedua orangtuanya dan kebetulan saat ini abang, ayah juga ibunya sedang tidak ada dirumah, seperti yang dikatakan satpam rumahnya saat tadi dia baru sampai rumah.
Mentari lumayan senang akan hal itu karena dia bisa beristirahat sejenak, sebelum nanti mendapatkan banyak pertanyaan yang sudah Mentari perkirakan akan di ajukan kepadanya.
Hari sudah sore dan Mentari yang memang sudah satu minggu kurang tidur, kini tidur sampai berjam-jam lamanya.
Ya seperti yang sering dikatakan orang-orang, jika rumah orangtua adalah rumah ternyaman, dan Mentari membuktikan hal itu saat ini.
Mentari yang sudah merasa cukup tidur kini mulai menggeliat dan juga mulai membuka matanya.
Sedikit demi sedikit Mentari membuka mantannya dan baru juga seperempat terbuka, dia sudah melihat keberadaan ibu, Ayah juga Bayu abangnya.
"Eh, kalian sudah pulang?" ucap Mentari dengan senyuman yang menghiasi wajah bantalnya.
Ya Ketiga orang itu ada dikamar mentari setelah diberi tahu jika Mentari pulang, mereka sangat kawatir sampai tak memperdulikan rasa lelah yang mereka rasakan setelah seharian beraktifitas.
Awalnya mereka panik karena Mentari pulang tanpa memberi kabar terlebih dulu, namun saat melihat Mentari yang mereka khawatirkan sedang tertidur pulas, rasa cemas itu pun berubah menjadi perasaan lega.
"Menurutmu?" ucap Bayu tentu saja.
"Cek gitu aja marah, memang sekarang jam berapa, apa sudah sore?"
"Sudah magrib nona, apa kau tidak lihat jika goreng kamarmu sudah tertutup," ucap Bayu masih ketus, karena tahu Mentari hanya berbasa basi agar dirinya tidak mempertanyakan alasan kepulangannya yang mendadak.
"Oh, berarti tidurku sangat lama." ucap Mentari sambil turun dari tempat tidur, karena ingin menyalami kedua orangtuanya, juga abangnya yang sedang duduk di sofa kamarnya.
"Sepertinya begitu, oh iya kenapa pulang tak bilang-bilang?" ucap Anyelir.
"Biar jadi kejutan, aku rindu kalian." jawab Mentari, lalu menyalami juga memeluk ketiga orang penting dalam hidupnya, dan saat memeluk Bayu Mentari merasakan jika dadanya tidak berdebar sama sekali, padahal sang abang tidaklah jauh berbeda dengan Tian omnya itu, dan saat itu juga Mentari menyadari jika benar perasaan yang dia rasakan pada Tian dalah cinta terbukti pada kakaknya dia tidak merasakan debaran yang sama.
Hembusan nafas Mentari yang terdengar berat, membuat ketiga orang itu saling menatap, mempertanyakan apa ada yang tahu apa yang membuat Mentari menghembuskan nafasnya berat, dan tentu saja mereka bertiga sama-sama mengangkat bahu, pertanda tidak tahu.
"Kamu kenapa?" tanya Bayu yang kini melembutkan suaranya, pertanda ada rasa khawatir disana.
"Aku? aku tidak apa-apa" jawab Mentari yang kini duduk ditepi ranjang sambil menatap kearah keluarganya.
"Jangan bohong, aku abangmu,"
"Aku tahu, nanti saja ceritanya, aku harus mandi dulu, badanku lengket." ucap Mentari yang belum siap memberitahu alasan kepulangannya sekarang dan entah kapan dia akan siap.
"Baiklah, kalau begitu aku juga harus membersihkan diri, tapi kamu harus secepatnya bercerita." ucap Bayu lagi yang tidak mungkin memaksa Mentari untuk bercerita sekarang, karena takut Mentari malah tidak nyaman.
Kedua orangtua Mentari juga Bayu kini sudah turun kelantai bawah, dan Bayu yang tadi berkata ingin membersihkan diri ternyata hanya beralasan saja, terbukti sekarang dia malah sedang menghubungi Tian.
Beberapa kali Bayu menghubungi ponsel Tian namun Tian tidak juga mengangkat panggilannya.
"Gimana? apa no-nya aktif?" tanya Anyelir yang juga mewakili pertanyaan yang ingin ditanyakan Juna.
"Aktif, tapi gak diangkat-angkat." jawab Bayu sambil memperlihatkan layar ponselnya.
"Ya sudah, kita hubungi Tian nanti malam," Ucap Juna yang berpikir mungkin Tian sedang dijalan atau sedang melakukan sesuatu sampai tidak mendengar panggilan masuk pada ponselnya.
"Ya Baiklah, tapi jujur aku khawatir dengan Tari," ucap Bayu.
"Kami juga sama, tapi semoga Ini hanya rasa khawatir kita saja." ucap Anyelir dan diangguki semua orang, lalu mereka pun masuk kedalam kamar masing-masing tentunya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.