Terjebak Menjadi Mantan Pacar Second Lead

Zahra dan ana sudah pulang kerumahnya masing-masing dan sekarang rumahku terasa sangat sepi, oh iya tadi aku tak sempat bertemu dengan mama dan papa rien.

Mereka berdua ada meeting dadakan dan kemungkinan mereka akan pulang larut malam, akhirnya setelah tau bahwa orang tua rien pulang larut malam-- aku minta pada rien untuk mengantarku pulang di jam 4 sore tadi.

Sekarang sudah jam 7 malam, rasanya aku sangat gabut. aku ingin cepat-cepat kembali ke sekolah tapi masih dua hari lagi aku masuk ke sekolah, besok aku harus pergi ke mana ya? aku harus menghilangkan rasa bosan ini kemana?

Apa aku pergi ke perpustakaan kota saja ya? iya benar, aku seperti harus pergi ke perpustakaan kota saja untuk menghilangkan rasa bosan-- sekalian ketika di perpustakaan kota aku akan mencari tahu cara agar aku bisa kembali dengan cepat.

Aku rasanya tidak sabar untuk segera besok, nah dari pada aku semakin gabut lebih baik aku main game saja.

Aku mengeluarkan ponselku di saku celanaku dan mulai bermain game, saat aku sedang asik main game tiba-tiba rien menelpon ku.

"Halo, kenapa rien?" aku bertanya ketika rien tak kunjung membuka suaranya.

"Kangen" aku membelalakkan mata karena terkejut. apa katanya? kaget? padahal tadi sore kita baru bertemu-- apa dia sekarang sedang bermimpi sekarang?

"Nggak usah aneh-aneh rien, tadi sore kita kan baru ketemu. masa baru pisah beberapa jam kamu udah kangen sama aku" aku memutar bola mataku malas, rien sangat konyol.

"Ih beneran la, aku kangen banget sama kamu. aku sekarang kerumah kamu boleh?" aku sontak menggelengkan kepala, dan aku lupa kalau aku sedang bertelepon bukan vc.

"Nggak boleh rien, aku sekarang mau tidur. kamu tega gangguin waktu istirahat aku" aku berpura-pura merengek kepada rien.

"Kan tadi siang udah istirahat-- masa masih kurang, kamu cuma alasan doangkan biar ngga ketemu aku? jujur ila kamu nggak usah bohong" aku bisa mendengar dia menghembuskan napas kesal.

Dia hebat banget, bisa nebak kalau kalimat yang aku lontarkan hanya alasan saja. tidak salah dia menjadi juara umum di sekolah, otaknya ternyata sepintar itu.

"Ila tuh kan kamu diem aja, jawab jujur kamu bohongkan sama aku" rien merengek kearahku, kenapa jadi dia yang merengek pada ku?

Aku menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari rien "aku nggak bohong rien, aku bener-benar ngerasa badanku lemes dari tadi. aku juga udah istirahat tadi siang tapi sekarang aku masih lemas" aku berpura-pura mengeluarkan nada lemas, letih dan lesu.

"Kita kerumah sakit aja yuk, aku sekarang otw ke rumah kamu" aku tiba-tiba merasa panik ketika rien berbicara seperti itu.

"Aduh rien nggak usah, aku nggak papa kok. aku cuma kurang istirahat doang-- please kamu nggak usah kesini. aku nggak enak sama tetangga aku, aku nggak mau jadi omongan tetangga gara-gara izinin kamu masuk kerumah malem-malem" aku mencoba menormalkan kan nada suaraku agar tak terdengar panik oleh rien.

Aku bisa mendengar dia menghela napas pelan "yaudah aku nggak akan kerumah kamu, tapi kamu harus janji dulu sama aku-- kamu harus janji bakal minum obat kamu. kalau kamu nggak minum obat kamu, aku sumpahin kamu dapet dosa karena udah bohongin" apa-apaan dengan ancamannya itu, terserah dia mau ngomong apa yang jelas aku memang tak akan pernah mau meminum obat. toh dia juga tak akan tahu kalau aku nggak minum obat.

"Iya rien, udah ya aku tutup dulu-- sekarang aku mau minum obat dulu" aku langsung menutup panggil telepon rien tanpa mendengar balasan dari rien.

Aku mematikan ponselku agar rien tak bisa menelponku lagi, aku merebahkan tubuhku dan mulai memejamkan mata. aku tak akan minum obat.

Akhirnya aku jatuh tertidur.

✨

Aku terbangun di jam 7 pagi, aku langsung bersiap hendak berangkat ke perpustakaan kota, setelah merasa semua sudah siap aku langsung berangkat menggunakan taxi online yang sudah ku pesan sebelumnya.

Aku juga tadi sudah mengabari ibuku dan aku juga meminta izin untuk pergi ke perpustakaan kota, ibu tentu memboerboleh dan mengucapkan supaya aku hati-hati di jalan, aku mengiyakan dan telepon pun terputus.

Setelah 40 menit akhirnya aku sampai di perpustakaan kota, begitu aku masuk. aku langsung di sambut oleh aroma khas dari buka dan aku juga begitu terpesona ketika melihat rak-rak buku yang tinggi.

Aku mulai berkeliling mencari buku yang aku minati, ketika aku menemukan buku yang menurutku menarik dari judulnya, aku hendak menarik buku itu namun buku itu di tarik juga dari arah bersebrangan denganku.

Orang itu menarik buku dengan sekuat tenaganya-- dan akhirnya aku tak mendapatkan buku itu. aku berjalan menuju ke si pengambilan buku. di sana terlihat seorang pemuda yang sedang menatap datar buku yang tadi ku minati.

Aku menghampirinya "boleh aku pinjem dulu bukunya, aku cuma butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk nyari hal yang aku perlukan dari buku itu" aku menatap memohon kepadanya.

Buku itu adalah buku tentang transmigrasi, aku sangat butuh buku itu. siapa tahu buku itu punya cara agar aku bisa kembali dengan cepat ke dunia ku.

"Gua yang dapet dulu, jadi gua yang berhak baca buku ini lebih dahulu" setelah mengucapkan itubdis kemudian berjalan melangkah menuju kursi panjang yang ada di perpustakaan kota.

Aku mengikuti langkah si pemuda, ketika pemuda itu duduk di kursi akupun ikut duduk di kursi sampingnya, aku mencoba mengintip pada halaman buku yang tengah dia baca, tidak keliatan. aku butuh buku itu dengan segera.

Tapi sepertinya akan susah karena sepertinya pemuda ini buka tipe pemuda yang akan memberikan yang dia minati kepada orang lain tanpa terkecuali.

Aku hanya bisa menghela napas pasrah, aku menopang daguku menghadap kearah ke si pemuda. kenapa dia tertarik dengan buku tentang transmigrasi? apakah dia adalah seorang yang sudah melakukan transmigrasi.

Apakah sekarang aku harus bertanya padanya? tapi kalau pemikiran ku tak benar, aku hanya akan membuat dia curiga. bagaimana ini?

"Lu kenapa liatin gua sampe segitunya, gua tau gua ganteng tapi nggak usah liatin gua kayak gitu" aku yang tadinya fokus kepada lamunanku tiba-tiba lamunanku buyar karena mendengar ucapan pede dari seorang pemuda yang sedari tadi ku ikutin ini.

"Ye, geer banget kamu bambang. aku bukan liatin kamu tapi aku lagi ngeliatin tuh buku" aku menegakan tubuhku kemudian aku menunjuk kearah buku yang tengah dia baca.

"Alah nggak usah ngeles lu, orang dari tadi gua sadar kok kalau lu emang liatin gua. cuma gua diemin aja" rasanya aku ingin menggetok kepala pemuda ini.