Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Kejadian Rena yang hampir kecelakaan bukan masalah besar bagi dirinya. Setelah peristiwa menegangkan kemarin, Rena melakukan aktivitas hariannya seperti biasa. Ia tidak bercerita kepada siapapun seolah-olah memang tidak ada yang terjadi. Padahal nyawanya sempat terancam jika lengah satu detik saja.
Rena tampaknya benar-benar hanya menganggap kejadian kemarin malam sebagai angin lalu. Terbukti dengan dirinya yang tidak merasa trauma dan tetap pergi kemana-mana dengan menyetir sendiri mobil kesayangannya.
Seperti hari ini, Rena berangkat ke kampus mengendarai mobil putihnya. Mungkin kejadian hampir kecelakaan kemarin justru meningkatkan kemampuan menyetirnya supaya lebih waspada dan cekatan. Gadis itu berhasil sampai di kampusnya dengan aman.
Jadwal kuliah Rena hari ini tidak begitu padat. Karena ini adalah minggu untuk kuis, jadi para mahasiswa kedokteran hanya melaksanakan kuis satu mata kuliah per hari. Hal itulah yang membuat Rena bisa pulang di saat jam masih menunjukkan pukul 10 pagi.
Gadis itu berjalan menuju tempat parkir mobil. Namun, langkahnya memelan sembari memperhatikan sebuah mobil mewah yang terparkir tepat di seberang mobilnya. Dahi Rena mengernyit tanda ia sedang berpikir keras. Di kampus negeri ternama ini, tidak banyak pengguna mobil mewah. Apalagi yang bermerek Bentley, sepertinya tidak ada.
Rena berjalan mendekati mobil tersebut dengan ragu. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang yang ia kenal yang punya mobil mewah seperti itu. Dan tebakannya ternyata benar. Gadis itu langsung mendengus saat kaca jendela kemudi mobil itu diturunkan.
'Pria tua arogan itu lagi,' batin Rena kesal.
Sang papa yang merupakan pemilik mobil Bentley itu memberikan isyarat kepala agar Rena memasuki mobil di sisi penumpang. Dengan langkah malas, Rena pun menuruti perintah Hendra dan duduk kursi penumpang mobil papanya.
Beberapa detik pertama, tidak ada yang membuka pembicaraan. Rena juga enggan menanyakan terlebih dahulu tujuan papanya menghampiri dirinya ke kampus. Meskipun sebenarnya ia sudah tahu apa yang membuat papanya ini sampai datang ke sini.
“Derryl sudah bercerita kepada papa tentang kejadian kemarin,” ucap Hendra dengan nada dingin.
Rena hanya diam sambil merotasikan bola matanya malas. Hendra yang merasa tidak ada balasan apapun dari sang anak pun langsung menoleh.
“Kamu ini kenapa, Rena? Sudah berkali-kali papa memintamu untuk menurut saja kan,” marah Hendra.
Rena menoleh menatap Hendra, “aku tidak paham kenapa papa selalu berpikir kalau Derryl akan menjadi pasangan yang baik untukku. Ya… masalah kekayaan dan kekuasaan, dia sudah pasti menang. Tapi melihat Derryl yang berani membentak dan mengancamku, aku rasa dia akan berbahaya untuk masa depanku.”
Ucapan Rena santai dan teratur. Gadis itu mencoba bernegosiasi dengan sang papa dengan cara yang benar, bukan meninggikan suara seperti biasanya.
“Itulah kenapa seharusnya kamu tidak membuatnya marah dan kecewa,” balas Hendra santai, “Derryl akan menjadi pasangan yang baik untukmu jika kamu menurut padanya.”
Bodoh sekali, Rena. Cara perlawanan saja tidak berhasil, apalagi dengan cara negosiasi halus.
Rena terkekeh pelan, “apa yang aku harapkan dari papa? Kalian berdua sama saja, sama-sama egois dan diktator.”
Hendra memejamkan mata sebentar agar tidak naik pitam setelah mendengar hinaan dari putri bungsunya.
“Kamu harus menuruti keinginan Derryl, Rena,” tegas Hendra.
“Atas dasar apa dia punya hak untuk mengaturku?!” seru Rena tidak terima.
“Lalu, kamu ingin melihat reputasi keluarga kita hancur?” sahut Hendra, “keluarga Adhitama akan menyebarkan ke media kalau papa sering menyiksamu. Itu akan merusak reputasimu juga.”
Rena menatap sang papa dengan tatapan tidak percaya. Ia sungguh kehabisan kata-kata.
“Jadi, papa memaksaku untuk diam dan menurut saja, karena papa takut dengan ancaman Derryl? Kalau begitu, seharusnya papa tidak usah menyiksaku sejak awal. Pasti semua masalah ini tidak akan terjadi,” ucap Rena.
Tapi yang namanya Hendra, pasti egonya lebih tinggi dan tidak mau mengakui kesalahan. Pria itu berdeham pelan untuk mengatasi rasa tidak enak di benaknya.
“Yang jelas, kamu harus menuruti semua keinginan Derryl jika tidak ingin melihat reputasi keluarga kita hancur,” final Hendra.
Rena tertawa sarkas, “papa masih mengira kalau aku menjunjung tinggi reputasi keluarga, ya? Luar biasa. Sejak aku memutuskan tidak menggunakan nama ‘Airlangga’ sebagai nama panggungku, seharusnya papa sudah tau kalau aku tidak peduli lagi dengan reputasi keluarga.”
Rena sangat puas karena sudah membalas perintah papanya dengan ucapan sarkas. Ia bisa melihat dengan jelas raut wajah sang papa yang memerah menahan amarah. Gadis itu sudah akan membuka pintu mobil, sebelum Hendra kembali berucap.
“Bagaimana kalau papa mengusik hidup Nathan?”
Gerakan tangan Rena berhenti seketika. Ia tidak suka dengan suara dingin Hendra yang menyebut nama kekasihnya. Gadis itu menoleh dan melihat sang papa yang sudah tersenyum angkuh.
“Jangan lupa, papa masih punya kekuasaan untuk mengubah nasib seorang aktor seperti dia,” ancam Hendra secara tidak langsung.
“Papa masih belum mau berhenti juga?” ucap Rena dengan nada rendah menahan rasa kesal.
Hendra terkekeh pelan, “bagaimana? Kamu akan berubah pikiran?”
Rena tidak langsung menjawab. Rahang gadis itu mengeras karena menahan emosi, tapi ia masih berusaha menampilkan reaksi tenang.
“Aku bisa mengerti kalau ego papa terluka karena aku selalu menolak perintah papa. Dan untuk Kak Nathan…,” Rena menjeda ucapannya sambil tersenyum tenang, “… papa jangan khawatir. Karirnya tidak selemah itu sehingga bisa diatur sesuai keinginan papa.”
Hendra tidak menjawab ucapan putrinya. Pria itu hanya diam dengan raut wajah santai. Rena yang sudah tidak tahan pun langsung keluar dari mobil papanya. Senyuman dan ucapan tenang Rena tadi hanyalah kedok untuk menutupi kemarahannya.
“Sialan. Kenapa orang-orang selalu menguji kesabaranku,” gumam Rena sambil berjalan menuju mobilnya.
Ting!
Rena berhenti untuk melihat ponselnya yang baru saja berbunyi notifikasi pesan. Dahinya mengernyit ketika melihat sang manajer yang mengiriminya beberapa pesan sekaligus.
...Manajer Andrea...
/Apa kamu tahu tentang proyek iklan yang akan dikerjakan Nathan?
/Aku baru saja meeting dengan CEO dan para manajer lainnya. Tuan Romeo mendapatkan panggilan mendesak di sela-sela meeting.
/Dan kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya? Dia tiba-tiba membatalkan proyek iklan Nathan! Sekarang manajer Nathan benar-benar kesal dan bingung setengah mati.
/Astaga… bagaimana perasaan Nathan jika tahu proyek iklannya dibatalkan sepihak…
Tubuh Rena seolah membeku di tempat setelah membaca rentetan pesan tidak enak dari Andrea. Otaknya berpikir keras mencerna kabar tersebut. Mau tidak mau, ia harus mengakui kalau kemungkinan buruk di otaknya itu benar.
Perlahan, Rena berbalik untuk memastikan sosok yang ia duga sebagai pelaku pembatalan proyek iklan kekasihnya.
Deg
Rena benar-benar membenci situasi ini. Gadis itu bisa melihat dengan jelas melalui kaca depan mobil Bentley sang papa. Dokter bedah profesional yang masih duduk santai di kursi kemudi itu, kini sedang menatap Rena dengan seringai angkuh.
...----------------...
Waduh... Si papa macem-macem sama mas pacar,, yang tabah ya Rena sayangg... Author masih banyak siapin konflik buat kamu 😈😈😈
buat Alisa semangat nikmati hidup jgan kya yg ono nya