Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~22
"Siapa yang mengganti pengharum ruangan ini, Audrey ?" tanya Ariel saat mencium aroma yang tak seperti biasanya.
"Maafkan saya tuan, ini pasti office girl baru itu yang sudah lancang mengganti pengharum favorit anda." timpal Audrey menanggapi.
Ariel nampak memejamkan matanya, rupanya aroma vanila sedikit mampu menenangkan pikirannya yang sedari tadi gusar karena telah menemukan anggaran yang menurutnya sedikit janggal.
"Saya akan segera menggantinya, tuan." ucap Audrey kemudian.
"Tidak, tidak perlu. Mungkin ruangan ini memang butuh pembaharuan suasana." ucap Ariel yang langsung menghentikan langkah sekretarisnya itu saat hendak berlalu pergi dari ruangannya.
"Apa ada yang salah dengan CEO? kenapa tiba-tiba berubah." gumamnya kemudian.
"Jadi mana anggaran yang ku minta, Audrey ?" ucap Ariel setelah duduk di kursi kerjanya.
"Ini tuan." Audrey segera menyerahkan sebuah dokumen yang telah ia persiapkan sebelum pria itu datang, lalu matanya tak sengaja menatap ke arah toilet yang pintunya sedikit terbuka.
"Astaga Sofia, rupanya kamu masih berada di ruangan ini. Tidak, CEO tidak boleh melihat gadis itu jika tidak semua pasti kena masalah." gumamnya kemudian, mengingat larangan seorang OB maupun OG berkeliaran di kantor saat CEOnya itu datang.
"Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi dulu." ucapnya sedikit nyaring agar gadis itu menyadari jika sedang ada CEO di ruangan tersebut, kemudian wanita itu segera berlalu pergi.
Ariel yang sedang sibuk memeriksa dokumen di tangannya itu nampak tak menanggapi sang sekretaris, sementara Sofia yang berada di dalam toilet terlihat asyik mengikuti lagu yang ia dengar melalui headsetnya tersebut hingga tak mendengar sebuah kode dari Audrey.
Mendengar samar-samar suara seorang gadis sedang bernyanyi membuat Ariel nampak mengernyit, kemudian pria itu kembali menajamkan pendengarannya untuk memastikan ia tidak sedang salah mendengar.
Setelah mengetahui suara tersebut berasal dari dalam toiletnya, pria itu segera beranjak dari duduknya lantas segera melihatnya. Sungguh pria itu tidak menyukai orang asing lancang masuk ke dalam ruangannya.
Sesampainya di depan toilet Ariel terlihat ragu untuk melihat namun celah pintu yang sedikit terbuka membuatnya dapat mengintip siapa yang berada di dalam sana.
Nampak seorang wanita berdiri memunggunginya yang terlihat sedang menyikat dinding toiletnya, rambut keemasan gadis itu yang di kucir kuda bergerak kesana kemari mengikuti gerakan tubuhnya.
Tak peduli seseorang sedang diam-diam memperhatikannya, Sofia terlihat asyik menyelesaikan pekerjaannya tanpa sedikit pun beban.
Gadis itu selalu saja ceria dan ikhlas dalam mengerjakan hal apapun hingga membuat orang-orang di sekitarnya merasakan ketulusannya.
Sama seperti halnya dengan Ariel tanpa sadar pria itu nampak menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah senyuman kecil, namun saat menyadarinya ia segera bersikap kaku seperti semula. Berdehem kecil, lantas segera kembali ke meja kerjanya.
Mendengar seseorang berdehem tepat di depan pintunya, tentu saja membuat Sofia segera mematikan musik di ponselnya.
"Segera berkumpul di ruangan meeting, sekarang juga !!" perintah Ariel dan Sofia yang mendengar itu nampak menelan ludahnya.
Sejak kapan CEOnya ada di ruangannya tersebut, bukankah pria itu kemarin sudah datang dan harusnya akan datang kembali setelah satu bulan atau tidak dua atau tiga minggu lagi.
Sofia yang masih teringat jelas peringatan nona Brigitta agar tidak berkeliaran di kantor saat ada CEOnya, maka gadis itu bertahan di dalam sana meskipun pekerjaannya telah usai.
Beberapa saat kemudian setelah mendengar langkah kaki meninggalkan ruangan tersebut, Sofia segera berlalu keluar dengan berjalan mengendap-endap.
Setelah memastikan ruangan tersebut tak ada orang, gadis itu segera keluar kemudian berlalu menuju lift khusus karyawan.
"Sofia, apa yang terjadi ?" tanya Lucy saat melihat Sofia baru masuk ke dalam ruangan khusus peralatan kebersihan dengan wajah tegangnya.
"Tadi waktu aku sedang membersihkan toilet, sepertinya CEO datang ke ruangannya." terang Sofia yang langsung membuat Lucy melebarkan matanya.
"Apa kalian bertemu ?" ucapnya penasaran.
"Tentu saja tidak, aku bertahan di toilet sampai beliau keluar lagi." terang Sofia dan tentu saja itu membuat Lucy nampak lega.
"Syukurlah." ucapnya kemudian.
"Tapi sepertinya aku akan mendapatkan masalah." ucap Sofia lagi.
"Masalah? apa kamu memecahkan benda milik CEO ?" Lucy kembali melebarkan matanya.
"Bukan, bukan itu. Tadi aku mengganti aroma pengharum ruangan beliau, karena pengharum...." Sofia langsung menjeda ucapannya saat tiba-tiba sahabatnya itu memotong perkataannya.
"Apa? kau mengganti pengharum favorit ruangan CEO ?" timpal gadis itu tak percaya.
"Astaga Sofia, sepertinya kamu sedang cari mati." imbuhnya lagi dengan wajah tegangnya.
"Aku tak menemukan pengharum milik beliau di sini Lucy, kemarin aku bertanya pada nona Brigitta katanya pakai saja yang ada. Karena aku kurang menyukai aromanya jadi aku berinisiatif membeli pengharum ruangan di luar." terang Sofia dengan polosnya.
"Begitu ya ?" Lucy nampak tak dapat berkata-kata lagi dengan ulah sahabatnya itu.
"Kamu tahu Lucy, pengharum sebelumnya itu terkesan dingin dan horor, apa itu mencerminkan kepribadian CEO ya ?" imbuh Sofia lagi menatap sahabatnya itu.
"Sofia, berhenti bercanda dan sekarang pikirkan nasibmu. Karena ulahmu itu bisa saja CEO murka lalu langsung memecatmu." timpal Lucy dengan wajah khawatirnya.
"Astaga, ini hanya perkara pengharum ruangan Lucy bukan pencurian atau korupsi." sela Sofia.
"Lagipula jika tidak cocok bukankah bisa di ganti dengan yang lama, kenapa repot sekali." imbuhnya menggerutu.
"Kamu tidak tahu CEO kita, Sofia. Dia itu sangat perfect dan tidak akan mentolerin sedikit pun kesalahan." terang Lucy menjelaskan.
"Itu namanya semena-mena Lucy, bagaimana pun karyawan juga manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Aku jadi penasaran bagaimana tampang CEO tak berperasaan itu." timpal Sofia dengan berapi-api.
"Astaga Sofia, hidupmu sedang dalam masalah tapi tetap saja tak memikirkan hal itu." gerutu Lucy geleng-geleng kepala.
"Hmm, ini jam kerja kalau kalian lupa." ucap nona Brigitta tiba-tiba yang langsung membuat Lucy maupun Sofia menoleh ke arah pintu.
"Kami sedang berdiskusi nona Brigitta, tadi Sofia tak sengaja mengganti pengharum ruangan milik CEO." terang Lucy dan tentu saja itu membuat sang atasan langsung melebarkan matanya.
"Karena pengharum ruangan sebelumnya sudah habis dan kemarin saat ku tanya padamu katanya pakai yang lain saja tidak apa-apa." timpal Sofia seraya menatap atasannya itu.
"Oh, jadi sekarang kamu menyalahkan ku Sofia ?" ucap nona Brigitta dengan geram.
"Bu-bukan, bukan begitu nona Brigitta." sela Sofia.
"Sekarang pergilah temui CEO untuk meminta maaf dan jangan libatkan kami karena kesalahanmu itu !!" perintah nona Brigitta kemudian.
"Ta-tapi nona Brigitta....." Lucy yang ikut menimpali langsung menjeda perkataannya saat atasannya itu mengangkat tangannya agar ia diam.
"Ayo, pergilah !!" imbuh nona Brigitta tak mau tahu.
"Hm." Sofia mengangguk kecil, kemudian segera berlalu dari sana.
"Jika ini memang hari terakhirku bekerja di sini, aku terima." gumamnya.
Sementara nona Brigitta nampak tersenyum miring melihat kepergian Sofia, sejak kedatangan gadis itu semua karyawan pria teralihkan olehnya dan ia tidak menyukai itu.
"Tamat riwayatmu, Sofia !!"