"Lupa dengan malam itu? mau lari kemana? kau tidak bisa mengklaim bahwa dia putra adikku, Jenifer Felicia." Reino Arshaka Bernand.
Jalan hidup selalu jadi rahasia tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana, seharusnya ini tak harus terjadi tapi itulah kenyataannya.
Jenifer Felicia (23 tahun) wanita berparas jelita dan seorang sekretaris perusahaan ternama menjalin hubungan dengan pria bernama Rakha Bernand, namun di suatu malam ia terlibat scandal dan memiliki seorang anak bersama Reino Bernand yang ternyata merupakan kembaran dari kekasihnya.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka?
.
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>
•
WARNING!!!
(Terjadi plagiarisme dipastikan akan menerima konsekuensinya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Kediaman keluarga Bernand..
Hari ini Rei datang untuk berkunjung, sekaligus memberikan map yang dibutuhkan Damian di perusahaannya.
"Morning Rei." Sapa Merry menyambut langsung mengecup kening anaknya.
"Ya morning mom."
"Papa di mana?."
"Di belakang bareng Rakha, sepertinya mereka sedang bermain tenis."
"Oke."
Rei pun melangkah untuk menghampiri mereka.
Sekarang akhir pekan, mereka memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
"Oh Rei?." Ujar Damian.
Rakha menoleh saat saudara kembarnya tiba di sana, benar saja anak dan ayah itu sedang bermain tenis.
"Ini berkasnya bisa di periksa pah."
"Baiklah, letakan saja di situ." Timpal Damian.
"Tumben tak menyibukkan diri dengan merepotkan sekretaris lagi?." Ujar Rakha sengaja tiba-tiba menyindir.
Sudut mata Rei menatap tajam Rakha. "Tidak merepotkan nya, kita setuju satu sama lain."
"Oh iya?."
"Siapa yang kalian bicarakan?." Timpal Damian pada kedua putranya.
"Gak tau anakmu pah!." Ujar Rei.
"Kau juga anakku."
"Masih pagi sudah bertengkar saja ada apa kalian ini?." Timpal mama Merry membawa teh hangat dan makanan lain untuk anak dan suaminya.
"Tanyakan saja pada Rakha." Ujar Rei.
"Cih kau sendiri yang membuatku seperti ini!." Tak mau kalah Rakha.
"Sudah-sudah."
Damian duduk di samping Merry, sementara Rei dan Rakha main tenis satu lawan satu.
Kumpul seperti ini rasanya hangat sekali dengan pemandangan anak kembar yang sedang bermain, namun tanpa keduanya ketahui mereka sedang tidak baik-baik saja hanya karena satu wanita yang sama.
"Rei kalau bisa pulangnya ke rumah ini lagi, kau sudah tidak berumah tangga biar bisa berkumpul sebelum nanti menikah lagi." Ucap Damian.
"Sudah nyaman pah aku tak masalah dengan kesendirian." Jawab Rei.
"Ah sudahlah kalau begitu." Damian dan Mery tak bisa memaksa, lagian itu rumah besar tak bisa ditinggalkan begitu saja.
"Apa karena kau ingin leluasa merepotkan Jee makanya tidak mau siapapun yang mengganggu?." Sindir Rakha memukul bola dengan kencang.
Rei tersenyum sinis. "Ku akui dan itu ada benarnya, but come on kalian sudah selesai jangan terlalu over pada sekretaris ku!."
Mendengar itu Rakha terbawa emosi, ia meletakkan alat main tenis. Ditatapnya tajam wajah Rei. "Rupanya benar kau memiliki maksud lain terhadap Jeni, aku tidak akan membiarkan itu!."
Setelah berucap Rakha berlalu pergi meninggalkan halaman belakang.
"Rakha mau kemana? ini tehnya hey!." Panggil Merry.
"Nanti saja ma." Sahutnya dari dalam.
"Ada apa dengan dia?."
"Biarkan saja mungkin ada urusan." Timpal Damian.
Rei duduk bergabung bersama mereka.
"Apa yang kalian bicarakan tadi?." Selidik Damian, ia mengenal kedua anaknya itu. "Apa tidak ada masalah?."
Rei meneguk teh setelah itu ia letakkan kembali. "Rakha sedikit tak suka interaksi antara aku dengan Jee, itu saja."
Damian dan Merry saling tatap, tapi mungkin wajar karena mereka atasan dan bawahan jika bebas berinteraksi pun.
"Ah mungkin karena Jee kekasihnya Rei, jadi sensitif seperti itu walaupun kau saudaranya." Timpal Merry.
"Mereka sudah berpisah ma."
Ukhukk!!..
Merry terkejut begitu pun juga dengan Damian. "What!? berpisah?."
"Iya, sepertinya Rakha belum bilang ya?."
Merry masih syok kabar apa ini?. "Sejak kapan? mereka terlihat baik-baik saja Rei dan Rakha juga tak bicara apa-apa."
"Dari mana kau tahu?." Tanya Damian.
"Jeni, dan Rakha tak menyangkal itu."
Merry tercengang ia tak habis pikir, kenapa bisa? bukankah mereka sudah cocok untuk menikah lalu kenapa berpisah diam-diam?.
"Kau tahu alasannya?."
Rei menggeleng. "No."
"Ya ampun!.."
Namun tanpa sepengetahuan mereka, Rei peka apa yang dirasakan oleh Jee hingga berani mengambil keputusan ini. Maka oleh karenanya ia tak mengijinkan siapa pun lagi untuk menyulitkan posisinya. "Dia hanya untukku."
.
Sore hari..
Mall
Jee dan Noah menghabiskan waktu untuk berbelanja, sekaligus untuk belanja bulanan mumpung sekarang akhir pekan.
Setiap Jee lewat orang-orang menatapnya apalagi kaum pria, wajar saja karena ia begitu cantik dan memikat.
Tak sedikit dari mereka ingin mendekati namun karena melihat Noah bersamanya, mereka mengurungkan niat dan berpikir mungkin Jee telah menikah dan Noah buah hatinya.
"Mommy anggurnya kelihatan enak." Excited Noah berlari.
"Noah mau?."
"Iya."
"Tapi di makan ya, masukin keranjang."
"Oke mommy.."
Ibu dan anak itu lanjut memilih belanjaan hingga keranjang penuh, menyenangkan sekali me time seperti ini..
"Ayo kita ke kasir sayang." Ajak Jee ketika sudah semua.
"Sebentar mommy." Noah tertarik dengan mainan dua buah bola kecil, ia berlari untuk menghampirinya.
Jee menunggu sambil memantau anaknya.
Noah excited tampak menyukai bola itu, dan langsung membukanya. Satu bola kecil jatuh dan menggelinding ke arah depan.
"Eh Noah..."
Noah mengikuti bola satunya..
Tap!
Seseorang mengambil bola kecil itu lalu memberikannya pada Noah. "Ini nak.."
"Terimakasih aunty." Sopan Noah langsung menerima.
Wanita yang sudah paruh baya namun masih terlihat cantik itu jongkok. "Dengan siapa? orang tuamu di mana anak tampan?."
"Aku bersama mommy, aunty."
Jee yang mencari keberadaan anaknya seketika tercengang saat mendapati Noah sedang mengobrol dengan seseorang. "T-tante Merry!.."
.
Cus tinggalkan like, vote, dan komentarnya!😌😍