NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fajarina

Aruna Gabriella, gadis sederhana yang mampu mengobati rasa sakit Fahri terhadap ibunya yang telah meninggalkan Fahri demi pria lain.

Mereka berdua sudah bersama sejak masih anak-anak, bahkan tanpa Fahri sadari Aruna diam-diam memiliki perasaan terhadapnya.

Akankah Fahri menyadari perasaan Aruna terhadapnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajarina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

masakan wina

ARUNA MASIH diam membatu memerhatikan pria yang saat ini sedang berada di hadapannya. Bagaimana bisa? Boss barunya adalah Fahri. Dia benar-benar terkejut mengetahui fakta itu.

Dengan langkah ragu akhirnya dia mendekati meja Fahri yang kini sudah kembali sibuk dengan laptopnya. Awalnya pria itu juga sedikit kaget melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya. Tapi setelahnya dia langsung bersikap biasa-biasa saja.

“Saya mendapat perintah untuk menemui anda. Perkenalkan saya adalah Aruna sekretaris yang akan bekerja dengan Pak Kim,” sapa Aruna formal berusaha menahan diri.

“Kamu terlambat dan ini baru hari pertama kamu menjadi sekretarisku,” tegur Fahri dingin masih fokus pada ketikannya.

“Maaf Pak tapi biasanya memang jam kerja saya masuknya di waktu seperti ini,” jelas Aruna yang masih canggung berbicara dengan pria itu.

“Kamu pikir aku bisa disamakan dengan boss lamamu itu?”

“Tidak Pak,” jawab Aruna menelan ludahnya. Dia masih mengira-ngira. Apa ini benar orang yang sama dengan Fahri yang selama ini dia kenal. Kenapa sikap pria itu dingin sekali.

“Lain kali datang lebih awal,” perintah Fahri menutup laptopnya dan menatap pada wanita di depannya datar.

“Baik akan saya laksanakan Pak.”

Lalu dari belakangnya Aruna mendengar suara pintu yang di buka. Suara sepatu hak tinggi melangkah cepat melewatinya. Dia melihat seorang wanita menghampiri Fahri dengan semangatnya.

“Sayang bagaimana hari pertamamu bekerja di sini?” seru Wina seraya menenteng bekal makanan di tangannya.

“Semuanya lancar, balas Fahri bangkit dari kursinya dan memberikan pelukan pada wanita itu. Seolah itu adalah hal yang biasa mereka berdua lakukan.

“Aku membuatkanmu bekal,” tutur Wina ketika selesai berpelukan singkat dengan Fahri.

Aruna yang melihat kejadian itu benar-benar harus menguatkan hatinya. Rasanya ingin menangis atau berteriak. Tapi saat ini dia sedang berada di kantor.. Dia harus bersikap profesional.

Daripada harus menonton pasangan itu Aruna lebih memilih memulai pekerjaanya. Dia berjalan menuju mejanya dan mulai mengurusi berkas-berkas yang baru masuk bulan ini.

“Kamu masak apa?” tanya Fahri menerima bekal dari Wina dan meletakan bingkisan itu di atas mejanya.

“Dada ayam goreng dan mie dingin. Masakan kesukaanmu,” jelas Wina tersenyum manis yang membuat pria itu balas tersenyum juga.

“Terima kasih sudah repot-repot memasakannya untukku.”

“Tidak masalah. Lagipula ini adalah hari pertama kamu bekerja di sini. Aku hanya ingin sedikit merayakannya,” kekeh Wina kembali memeluk pria itu.

“Kalau begitu aku pamit pergi ya. Ada urusan yang harus kukerjakan di restoran. Jangan sampai karena sibuk bekerja kamu lupa makan.”

Fahri hanya balas mengangguk kecil dan Wina pun beranjak pergi. Saat itu Aruna sedang mengurus beberapa berkas di mejanya dan membelakangi

Wanita itu. Jadi Wina tidak melihat wajahnya.

Terlihat Fahri memerhatikan Aruna yang tengah sibuk di mejanya sesaat. Dia hanya bisa melihat bagian belakang tubuh wanita itu. Dia tidak tahu kalau saat ini wanita itu sedang menangis.

“Apa semudah itu kamu berubah?” ucap Aruna di sela tangisnya. Akhirnya dia tidak tahan juga untuk mengatakan itu.

Fahri yang tengah sibuk kembali pada layar laptopnya menoleh pada Aruna. “Apa ada sesuatu yang kamu katakan?”

Buru-buru Aruna menghapus air matanya dan berbalik badan. Dia mencoba memaksakan diri untuk tersenyum. Meski itu adalah senyuman palsu.

“Tidak ada Pak,” balas Aruna berjalan menuju meja Fahri dan meletakan berkas-berkas tersebut ke meja milik pria itu.

“Ini laporan catatan keuangan untuk bulan depan.”

*****

Suara perut Aruna berbunyi. Dari tadi siang dia belum istirahat untuk makan karena terlalu sibuk. Kerjanya kesana-kemari mengurus laporan-laporan yang harus dia selesaikan hari itu juga.

Dia seperti pegawai magang saja sibuknya. Ini semua terjadi karena dia yang pindah tugas dengan boss barunya. Benar-benar menyebalkan.

Fahri sangat jauh jika harus dibandingkan dengan boss lamanya. Aruna merasa ingin kembali dengan boss lamanya saja. Memang kalau sudah begini baru dia menyesal.

Saat kembali ke ruangan kerjanya dia melihat Fahri sudah tidak ada di sana. Dia bertanya pada pegawai yang satu ruangan dengan mereka dan bilang kalau Fahri pulang duluan.

Dasar menyebalkan pikir Aruna. Karena Fahri juga dia harus repot-repot seperti ini, bahkan melewatkan makan siangnya dan dengan enaknya pria itu pulang duluan? Jadi boss memang enak ya.

Aruna meletakan laporan yang dia bawa dengan kasar di atas meja Fahri. Dia pun kembali kemejanya hendak untuk istirahat sebentar.

Aruna mengerutkan keningnya saat melihat sebuah kotak bekal di atas mejanya. Ada sebuah kertas yang bertulisan sesuatu di sana.

Kamu tidak akan bisa memasak seenak ini

Aruna mendengus kesal membaca itu. Apa maksudnya dengan kata-kata itu. Walau begini-begini dia juga lumayan dalam hal memasak.

Akhirnya Aruna membuka kotak bekal itu. Dia pikir mungkin bekal itu memang diberikan oleh seseorang padanya. Lagipula dia sudah sangat lapar. Kebetulan sekali.

Saat membuka kotak bekal itu Aruna lagi-lagi mengerutkan keningnya heran. Isi di dalamnya adalah mie dingin. Dia ingat tadi pagi Wina membawakan makanan mie dingin juga untuk Fahri.

Jangan-jangan Fahri yang memberikan bekal itu. Aruna akhirnya kehilangan moodnya untuk makan dan menutup kembali kotak bekal itu. Apa maksud pria itu memberikan bekal dari Wina padanya?

Aruna kembali sibuk dengan pekerjaannya. Matanya fokus pada layar laptop dengan jari-jari lentiknya yang terus menari di atas keyboard.

Hingga suatu ketika suara bunyi perutnya semakin menjadi-jadi. Matanya melirik-lirik pada bekal yang Fahri berikan padanya. Dia meneguk ludahnya pelan.

Akhirnya karena tidak tahan Aruna mengambil kembali bekal itu. Dia rasa lebih baik dia makan saja bekal mie dingin itu. Perutnya sudah benar-benar sangat lapar.

Ketika Aruna memakan mie dingin itu. Pada kunyahan pertama dia dibuat terkejut dengan rasanya. Dia tidak menyangka akan seenak itu. Mie dingin terenak yang pernah dia makan.

Apa benar Wina yang memasaknya? Mengingat nama wanita itu membuat mood Aruna kembali memburuk tapi dia tidak bisa memungkiri rasa enak dari masakan wanita itu.

Suap demi suap masuk ke dalam mulutnya. Hingga tanpa sadar tahu-tahu mie dingin yang ada di dalam kotak bekal itu telah habis dia makan.

“Rasanya enak banget. Kalau saja porsinya lebih banyak. Kenapa cepat sekali habisnya sih,” komentar Aruna seraya tanpa sadar menjilati sendok bekas mie

Itu.

Aruna menghentikan kegiatannya itu ketika mendapati seorang pegawai yang memperhatikannya di seberang sana. Benar-benar memalukan pikirnya.

“Aku tidak percaya Wina yang membuatnya. Pasti

Dia membayar chef yang mahal untuk memasak ini. Yah, pasti begitu,” tutur Aruna menutup kotak bekal itu dengan raut wajah meremehkan.

1
Jihat Purnamasari
Biasa
Jihat Purnamasari
Buruk
Anonymous
.
Yuri Lowell
Bersemangat membaca lagi! 💪
🦩NEYRA 🐚
Thor, kamu membuatku tak sabar untuk membaca seri selanjutnya
Valito.C
Dahsyat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!