Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Beberapa hari kemudian, saat pagi menjelang.
Rengganis tengah asyik mengolah santap paginya di dapur rumah sederhananya. Saat ini, ia hanya berada di rumah seorang diri, lantaran Bu Yuni sudah berangkat bekerja ke rumah Oma Sasmita. Sedangkan Kinan, gadis itu belum pulang bekerja. Jam kerja gadis itu di minimarket memang dari jam sebelas malam sampai tujuh pagi (katanya).
Rengganis mematikan kompornya. Menu santap pagi sudah siap. Tinggal menunggu Kinan pulang, lalu mereka akan sarapan pagi bersama sama.
Rengganis yang sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya itu lantas keluar dari dapur. Berniat menuju kamar untuk mengambil peralatan mandi kemudian membersihkan diri. Namun tiba tiba ia menghentikan langkahnya sejenak saat melewati cermin besar yang tertempel di dinding kamarnya.
"Yah, bocor!" Ucap gadis itu saat melihat setitik noda merah di bagian belakang rok putihnya.
Ah, tamu bulanannya datang! Rengganis celingukan. Ia membuka lemari pakaiannya. Mencari cari sesuatu di dalam sana.
Sepertinya ia lupa membeli pembalut saat berbelanja bulanan kemarin!
Ah, gimana sih? Kok bisa lupa?!!
Rengganis menghela nafas panjang. Gadis cantik itu kemudian meraih dompet miliknya yang berada di atas meja kemudian keluar dari rumah itu berniat menuju warung terdekat guna membeli pembalut setelah mengganti rok nya.
Rengganis keluar dari rumahnya. Langkahnya yang tenang tiba tiba memelan. Ia menyipitkan matanya. Dilihatnya di sana, di seberang jalan, tepat di depan sebuah masjid yang letaknya tak begitu jauh dari kediamannya. Ada sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam yang sepertinya cukup ia kenali nampak terparkir di sana.
"Itu kan mobil Oma?" Gumam gadis itu seorang diri. "Oma ngapain kesini?"
Rengganis nampak berfikir sejenak.
"Apa jangan jangan nganterin Ibuk, ya?" Ucap gadis itu menebak. Mengingat sang ibu memang sempat mengeluh kurang enak badan saat hendak berangkat bekerja tadi. Ia juga sudah melarang wanita paruh baya itu pergi sebenarnya. Tapi Bu Yuni bersikeras untuk berangkat.
Rengganis terlihat mulai cemas. Dengan langkah yang terburu buru ia pun setengah berlari mendekati mobil tersebut. Namun belum sempat ia sampai pada kendaraan tersebut, mobil itu sudah melesat pergi meninggalkan tempat itu. Seolah tak mengizinkan Rengganis untuk mendekatinya.
Rengganis terdiam. Kaca mobil itu bahkan tertutup rapat. Tak jelas siapa yang berada di dalamnya. Tak jelas juga ada tujuan apa mobil itu pagi pagi sudah mejeng di dekat rumahnya.
"Kok malah kabur?" Gumamnya.
Apa Didi, ya? Tapi ngapain supir itu pagi pagi di sini? Pikir Rengganis.
Ah, sudahlah! Tak penting. Nanti ia bisa tanyakan hal itu pada ibunya. Lebih baik ia segera pergi ke warung. Mencari bantalan penyerap cairan merahnya agar tak makin tembus ke mana mana.
Rengganis pun mengayunkan kakinya menuju sebuah warung di ujung jalan, tak jauh dari kediamannya. Setelah mendapatkan barang yang ia cari, wanita yang sudah gagal menikah itu kemudian bergegas kembali menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah, Rengganis melihat pintu utama kediamannya itu nampak tak tertutup rapat. Padahal tadi saat ia tinggal tidak demikian.
Apa Kinan sudah pulang? Batinnya.
Gadis itupun mempercepat langkah kakinya. Dibukanya pintu itu lalu memanggil manggil nama sang adik.
"Kinan!" Ucap Rengganis, namun tak ada jawaban. Namun dari dalam kamar mandi yang berada di samping dapur rumah, terdengar suara gemericik air. Sepertinya gadis itu tengah berada di kamar mandi.
Rengganis tersenyum simpul. Wanita yang kebetulan tengah berdiri tepat di depan pintu kamar Kinanti itu nampak melongok kan kepalanya ke dalam kamar. Sebuah tas tergeletak di atas lantai kamar.
Rengganis menghela nafas panjang. Ia kemudian masuk ke dalam kamar itu berniat untuk memungut tas itu dan meletakkannya di tempat yang semestinya. Namun tiba tiba....
Ting...
Sebuah benda pipih yang berada di dalam tas itu berbunyi. Pertanda ada sebuah pesan masuk ke dalam sana.
Jiwa penasaran selayaknya wanita yang ada dalam diri Rengganis pun bergejolak. Ia yang semula hanya berniat memungut tas itu kini pun mulai membuka bends tersebut.
Rengganis diam sejenak. Isi tas nya lumayan banyak. Mulai dari peralatan makeup, dompet, uang yang berserakan, sisir, hingga ponsel.
Tapi....
Kok ponselnya ada dua? Batin Rengganis. Rasa penasaran dalam dirinya makin bergejolak. Diraihnya sebuah ponsel di sana yang kini nampak bergetar pertanda ada sebuah panggilan masuk.
Rengganis terdiam. Sebuah ponsel yang ia tahu harganya tak murah nampak terpampang jelas di sana. Layar ponsel itu menyala. Menampakkan sebuah panggilan masuk dari sebuah nomor yang diberi nama 'mommy'.
Sejak kapan Kinan punya hp sebagus ini?
Dan mommy? Namanya mencurigakan. Siapa dia? Batin Rengganis bertanya tanya.
Gadis cantik itu masih sibuk dengan pemikirannya. Hingga tiba-tiba...
Ting...
1 pesan masuk.
Dari sebuah nomor yang sama.
Jiwa penasaran Rengganis pun meronta-ronta. Ia kemudian membuka pesan itu lalu membacanya.
"Maura... Mommy udah transfer uangnya," bunyi pesan itu.
.....
Sementara itu beberapa menit berselang di tempat yang berbeda.
Sebuah mobil sedan hitam mewah nampak memasuki halaman luas kediaman Oma Sasmita. Nathan dengan kaos oblong abu abu dan celana pendek kain berwarna hitam itu turun dari kendaraan tersebut.
"Darimana lo? Tumben jam segini udah bangun?" Suara itu berhasil membuat Nathan menghentikan langkahnya. Dilihatnya di sana, sang kakak yang tengah asyik berolah raga pagi itu nampak menatap penuh selidik ke arahnya.
Tentu saja! Ini masih jam tujuh pagi. Biasanya jam segini Nathan masih meringkuk di ranjangnya. Terlebih lagi ini hari Minggu. Makin malas lah ia!
"Joging!" Jawab Nathan santai sembari mengayunkan kakinya masuk ke dalam rumah itu.
Justin tak menjawab. Ia hanya berdecih mendengar jawaban adiknya itu. Ia tahu, Nathan tidak sedang berkata jujur!
Nathan kembali mengayunkan kakinya hendak masuk ke dalam rumah. Namun tiba-tiba....
Nathan menghentikan langkahnya saat membuka aplikasi WhatsApp dari ponsel yang berada di tangannya. Ada sebuah foto dengan pesan yang masuk ke dalam ponsel itu sejak satu jam yang lalu.
Nathan mengernyitkan dahinya. Dari siapa ini? Nomornya tidak dikenali. Pikirnya.
Nathan menggerakkan tangannya. Dibukanya pesan itu dan membacanya.
"Pagi, Mas Nathan😘" bunyi pesan tersebut di tambah sebuah foto seorang gadis cantik dengan pakaian yang sedikit terbuka.
Semangat thour upnya💪💪
Ayoo semangattt upnya thour 💪💪
Semangat thour 💪💪