Patah hati, membuat keluarga Marvel sepakat untuk menjodohkan Marvel dengan putri dari rekan kerja Nicholas yang bernama Melisa.
Namun siapa sangka, saat pertemuan berlangsung, keluarga Marvel justru salah sangka karena mengira Marvel tertarik dengan Angel, adik Melisa. Tanpa ada yang tahu jika Marvel ingin membuat perhitungan dengan Angel karena pertemuan pertama mereka sebelumnya yang meninggalkan kesan buruk baginya.
Tapi niat buruk Marvel justru menjadi bumerang karena membuatnya harus terjebak dengan Angel.
Apakah yang terjadi sebenarnya ? Dan bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Perasaan Aneh
Marvel memutuskan untuk pulang karena ia sudah muak bertemu dengan Fiona dan Jerry. Dan selama di perjalanan, baik ia maupun Angel tidak ada yang memulai pembicaraan.
Ia melirik Angel yang melihat kearah luar jendela mobil dan menghela nafas pelan. Setelah ia mencium Angel di depan umum, Angel hanya diam dan tidak mengatakan apapun. Mungkin gadis itu marah padanya karena sengaja menciumnya di depan pria yang gadis itu sukai.
Apa dia menyesal? Tentu saja tidak. Dia justru merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Jantungnya terus berdetak kencang, tubuhnya bergetar dan rasanya ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya.
"Ada apa dengan ku?" batin Marvel
Tidak jauh berbeda dengan pria itu, Angel juga merasakan hal yang sama. Ia merasakan perasaan yang ia sendiri tidak tahu artinya.
Ciuman itu, bukan yang pertama kalinya bagi mereka. Tapi entah mengapa, ia merasa berbeda. Saat Marvel menciumnya di tengah-tengah pesta, ia tidak menolak tapi justru menikmatinya, seolah ia tidak ingin semua itu berhenti.
"Sepertinya ada yang salah dengan diriku," batin Angel
Mobil yang mereka tumpangi sudah terparkir sempurna di basemen. Tapi mereka masih saja diam satu sama lain. Angel berjalan terlebih dahulu tanpa memperdulikan Marvel yang mengekor di belakangnya.
Hal itu membuat Marvel menduga-duga jika benar gadis itu marah padanya. Bahkan saat masuk ke apartemen, Angel mempercepat langkahnya dan masuk ke kamar begitu saja.
"Hah, sudah pasti dia marah. Apalagi aku menciumnya di depan Si Gerry siput," gumam Marvel. Dia tidak menyusul Angel untuk meminta maaf, melainkan masuk ke kamarnya untuk istirahat. Biar saja Angel menenangkan diri terlebih dahulu. Besok, baru ia akan meminta maaf padanya
Dan apakah Angel benar-benar marah pada Marvel? Itulah yang saat ini Angel pikirkan. Harusnya ia marah karena lagi-lagi Marvel menciumnya tanpa ijin. Dan yang lebih gilanya lagi, pria itu menciumnya di depan Jerry, pria yang selama ini ia sukai.
Tapi ia tidak merasa marah sama sekali. Justru sebaliknya, ia merasa tubuhnya bergetar saat bibir mereka menyatu. Kedua kakinya seolah tidak kuat menopang tubuhnya jika saja Marvel tidak memeluknya dengan erat dan jantungnya berdetak dengan kencang.
"Ada apa ini? kenapa aku menginginkannya lagi?" gumam Angel sambil meletakkan tangan di dadanya, merasakan jantungnya yang berdetak tidak beraturan.
"Aish ... Sepertinya aku sudah gila. Harusnya aku menolaknya tadi, bukan justru menikmatinya. Apalagi aku ... " Angel menjeda ucapannya dan menyentuh pelan bibir nya yang berkedut. Ia memejamkan matanya, merasakan saat Marvel memagut bibirnya dengan lembut dan ...
"Arghh ... Apa yang aku pikirkan?"
...****************...
Keesokan paginya, seperti biasa mereka bersiap di kamar masing-masing. Angel berulang kali menghela nafas panjang saat hendak keluar dari kamar. Rasanya dia malu untuk bertemu dengan Marvel. Dia tidak tahu harus bagaimana?
"Aish ... Andai aku punya pintu ajaib Doraemon untuk pergi dari sini, aku tidak perlu bertemu dengan kak Marvel." Angel terlihat ragu keluar dari kamar. Berulang kali tangannya terangkat untuk membuka kenop pintu, namun ia terus mengurungkan niatnya.
"Come on Angel, kau pasti bisa. Anggap saja tidak terjadi apa-apa." Dia mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Baru kemudian, ia membuka pintu dan keluar dari kamarnya bersamaan dengan Marvel yang juga melakukan hal yang sama.
Mereka mematung di tempat dengan menatap satu sama lain. Beberapa detik kemudian, mereka terlihat salah tingkah dan buru-buru memutuskan kontak mata mereka.
"I-itu, kau su-sudah makan?" tanya Marvel terbata
"Be-belum," sahut Angel
"O-oh ... " Marvel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan sesekali melirik Angel yang tersipu malu.
"I-itu, kau mau sarapan apa?" tanya Angel
"Se-seperti biasa saja," sahut Marvel
Angel mengangguk pelan dan buru-buru ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia menyiapkan roti dan selai di meja baru kemudian, ia membuat kopi dengan membelakangi Marvel yang duduk di ruang makan. Dengan tangan gemetar, ia membawa kopi buatannya dan meletakan di depan Marvel.
"Ng? Kau baik-baik saja?" tanya Marvel
"A-apa? Ma-maksud ku, a-aku baik-baik saja." Angel duduk di depan Marvel dan menikmati sarapannya. Sesekali ia melirik pria itu yang tengah menyesap kopi buatannya.
"Astaga, ada apa denganku? Kenapa aku jadi gugup begini?" batin Angel.
Tidak jauh berbeda dengan Angel, Marvel juga merasakan hal yang sama seperti yang Angel rasakan. Hanya saja, Marvel sangat pandai menyembunyikan rasa gugupnya di balik wajah datarnya. Padahal dalam hati Marvel sekuat tenaga menetralkan detak jantungnya yang tidak beraturan saat berada di dekat Angel.
"Sial!! kenapa aku gugup sekali?" batin Marvel.
Mereka menikmati sarapan pagi mereka dalam diam. Namun tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi yang membuat keduanya saling pandang.
"Bi-biar aku lihat dulu." Angel beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu. "Ng? Kau siapa?" tanya Angel dengan kening yang mengkerut penasaran.
"Perkenalkan nona, saya bi Ijah. Pembantu di rumah tuan Kevin," ujar bi Ijah memperkenalkan diri.
"Bi Ijah? Tapi untuk apa Anda kemari?"
"Oh, saya ... "
"Siapa yang datang?" Marvel menghampiri Angel karena gadis itu terlalu lama. Ia mengkerutkan keningnya heran melihat pembantu kakaknya berada di depannya. "Bi Ijah, ada apa kemari?" tanya Marvel.
"Begini tuan, saya di minta nyonya Flora untuk membantu nyonya Angel mengurus pekerjaan rumah," ujar Bi Ijah.
Angel dan Marvel saling pandang. Mereka mempersilahkan bi Ijah untuk masuk dan memintanya menunggu di ruang tamu, sementara mereka menjauh dari bi Ijah untuk berbicara.
"Kenapa kak Flora tiba-tiba mengirim bi Ijah kemari? Apa kau yang memintanya?" tanya Marvel
"Enak saja, aku mana berani minta tolong keluarga mu jika menyangkut pekerjaan rumah. Tapi bukankah itu bagus? Jadi kita tidak perlu lagi sarapan dengan roti dan beli makanan di luar," ujar Angel.
Memang jika di pikir-pikir, kedatangan bi Ijah sangat membantu mereka. Tapi, ia merasa ada yang aneh. Kenapa tiba-tiba kakak iparnya itu mengirim Bi Ijah tanpa memberitahunya terlebih dahulu? Apalagi ia dan Angel tidak pernah mengeluh tentang pekerjaan rumah pada mereka.
Deg
"Jangan-jangan ... "
lanjut thor
lanjut thor lg seru²ny
bonus ya thor