NovelToon NovelToon
Aku Sudah Memaafkan

Aku Sudah Memaafkan

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / cintamanis / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Sekolah/Kampus / trauma masa lalu
Popularitas:1.7M
Nilai: 5
Nama Author: yu aotian

"Aku emang cinta sama kamu. Tapi, maaf ... kamu enggak ada di rencana masa depanku."


Tanganku gemetar memegang alat tes kehamilan yang bergaris dua. Tak bisa kupercaya! Setelah tiga bulan hubunganku dengannya berakhir menyakitkan dengan goresan luka yang ia tinggalkan, aku malah mengandung darah dagingnya.

Saat itu juga, aku merasakan duniaku berotasi tidak normal. Aku terisak di sudut ruangan yang temaram. Menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Namun, satu yang aku yakini, hidup itu ... bukan pelarian, melainkan harus dihadapi.


Adaptasi dari cerpen Aku Sudah Memaafkan, ©2022, Yu Aotian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 : Serba Terlalu

Lihat aku di sini

Kau lukai hati dan perasaan ini

Tapi entah mengapa

Aku bisa memberikan maaf padamu

Mungkin karena ... Cinta..

Kepadamu tulus dari dasar hatiku

Mungkin karena ... Aku ...

Berharap kau dapat mengerti cintaku

Lihat aku di sini

Bertahan walau kau sering menyakiti

Hingga air mataku

Tak dapat menetes dan habis terurai (lirik lagu Rama_Bertahan)

Penggalan lirik yang cocok dengan suasana hatiku terus mengisi ruang kamar ini. Entah sudah ke berapa kalinya lagu itu terputar dari aplikasi musik di ponselku. Sejak dia meninggalkanku, menghapus air mata telah menjadi aktivitas baruku. Hatiku bukan lagi patah, melainkan remuk dan hancur. Serasa tersungkur dan sulit untuk bangkit lagi. Tak ada lagi pelita di hidupku.

Aku terduduk di sudut ruang sambil memeluk lutut. Bahkan sejak perpisahan itu, melihat tempat tidurku sendiri pun serasa sebuah makam yang mencekam. Ada terlalu banyak kenangan bersamanya di sana yang kini kusesali. Bagaimana aku bisa menghilangkan jejak-jejak yang telah ia tinggalkan di setiap sudut tempat ini?

Sejak awal, seharusnya aku sadar diri. Segala tentang aku dan dia serba terlalu. Dia terlalu sempurna untuk aku yang terlalu biasa saja. Dia terlalu misterius untuk aku yang terlalu kaku. Aku terlalu nyaman bersandar di beranda hatinya hingga tak sadar kami terlalu melangkah jauh tanpa kepastian.

Pintu kamarku mendadak terbuka. Beriringan dengan itu, Arai menghampiriku. Menatap nanar ke arahku yang sudah seperti mayat beku. Dia lalu berjongkok tepat di hadapanku sambil membawa sebungkus nasi Padang yang dibeli di warung favorit kami bertiga.

"Menangis itu butuh tenaga juga," ucapnya sambil membuka bungkusan nasi Padang itu.

Saat dia hendak menyuapiku, aku langsung membuang muka. Jangan bilang dia membawakan makanan atas permintaan dari kak Evan lagi. Aku tak butuh dikasihani oleh pria itu.

Dia menurunkan sendok suapan, kemudian menghela napas sesaat. Dengan suara yang terdengar suram dan pelan, ia berkata, "Aku sudah cari tahu sama paman dan bibiku tentang bang Evan dan perempuan itu. Aku ... masih ndak yakin." Dia memejamkan mata sejenak sembari menunduk. "Yang kudengar dari mereka, Bang Evan bakalan ...."

Ucapan Arai tak berlanjut ketika aku langsung menutup rapat telingaku dengan kedua tanganku. Saat ini, aku tidak ingin mendengar namanya. Juga tidak sedang ingin mencari tahu apa pun tentangnya.

Arai memandangku dengan mengiba. "Maaf, aku ndak bisa berbuat apa-apa. Andaikan aku tahu lebih awal, mungkin aku bisa ...." Ucapan Arai tersendat di pangkal kalimat. Pria itu kembali menenggelamkan kepalanya seraya mengusap kasar rambutnya.

Ternyata Arai pun tak kalah syok dengan berakhirnya hubunganku dan kak Evan. Selama ini kak Evan menyembunyikan rahasia padanya, pasti karena takut Arai akan mengatakannya padaku. Dia tahu persis betapa bocornya mulut Arai. Dasar licik!

Entah sudah berapa malam terlewati. Yang pasti, rasa sakit itu masih belum mau pergi. Aku terus mengurung diri di kamar kos. Enggan melihat dunia luar. Tak ada aktivitas yang kulakukan selain merutuki diri di sudut ruang. Aku juga mengonsumsi obat anti-depresan yang kubeli secara online agar bisa tidur dengan nyenyak, sekadar mengistirahatkan mata yang terus memproduksi air mata. Tak perlu resep dokter karena aku adalah calon dokter.

Kamarku yang selalu bersih kini penuh tumpukan sampah. Sisa-sisa bungkusan makanan dan minuman berserakan seperti orang yang mengidap hoarding disorder¹. Aku mendadak menjadi manusia terjorok. Terisolasi dari dunia luar. Tak ada lagi warna di duniaku, semua tampak kelabu. Tak mengenal siang dan malam karena yang kutahu duniaku telah gulita.

Satu-satunya yang menjadi penanda waktuku saat ini hanyalah kemunculan Arai. Ya, lelaki dengan garis alis tebal itu senantiasa mengunjungiku di sore hari. Dia akan duduk bersila tepat di sampingku. Tanpa bersuara. Tanpa berkata. Hanya terus diam seperti yang kulakukan. Dia bahkan mengorbankan hobinya yang senang memburu senja hanya untuk menengok aku yang terus berbaur dengan kegelapan.

Seperti kali ini, dia datang membawakan makanan, lalu membersihkan kamar kosku. Aku sempat melihatnya menyingkirkan barang-barang berbahaya seperti pisau, silet, gunting, bahkan hingga cairan pembunuh serangga. Dia pasti khawatir aku melakukan hal yang lebih jauh. Tenang saja, nyawaku terlalu berharga untuk kupersembahkan pada pria itu.

Setelah membersihkan kosku, Arai duduk di hadapanku. Matanya menatap sendu ke arahku. "Aku ndak pandai menghibur perempuan yang sedang sedih. Aku ... ndak punya pengalaman menyenangkan hati perempuan. Aku pun ndak tahu cara menghentikan tangisan perempuan. Walaupun begitu, aku punya bahu yang bisa kau pakai bersandar, telinga yang akan setia mendengar curahanmu, dan tangan yang bersedia menghapus air matamu."

Aku mematung seraya menopang dua mataku yang lagi-lagi menganak sungai. Bulir air turun tanpa bisa tercegah. Lantas, aku merapat begitu saja. Menjatuhkan diriku ke pelukan Arai. Air mataku membasahi bahunya. Seluruh badanku bergetar seperti mesin jahit.

"Gimana caranya supaya aku bisa lupain dia?" ucapku getir di sela-sela tangisan.

Arai mengeratkan pelukannya seraya mengusap-usap punggungku. "Menangislah sepuasnya! Ndak apa-apa. Manusia memang hobi nangis sejak lahir."

Di hari berikutnya, Arai datang dengan memakai setelan jas hitam yang sangat cocok di badannya. Ini adalah penampilannya yang paling rapi. Dia bahkan mengganti gaya rambutnya ala potongan Zayn Malik yang menjadi tren saat ini. Aku lantas teringat hari ini adalah jadwal sidang skripsi. Ya, seharusnya aku ikut maju untuk mempersembahkan tugas akhir yang jadi ujung tombak meraih gelar sarjana. Sayangnya, aku telah kehilangan asa untuk melakukan apa pun.

Seperti biasa, Arai datang untuk membawakan makanan dan mengumpulkan sisa-sisa sampah yang kubiarkan berserakan di lantai. Akhir-akhir ini, aku sangat suka membeli aneka makanan kemasan sehingga bungkusannya menumpuk dalam ruangan.

"Aku menang taruhan. Kau masih ingat apa yang harus kau lakukan jika aku lebih dulu maju sidang, kan? Tapi ... aku ingin meralat hukuman untuk yang kalah taruhan. Sebagai pemenang, aku bebas memberi hukuman. Hukuman yang akan aku berikan, yaitu kau harus maju skripsi di gelombang berikutnya," ucap Arai dengan menggebu-gebu di hadapanku.

Aku hanya bergeming seraya memandangnya dengan tatapan kosong.

Ia lalu berjongkok di hadapanku sambil berkata, "Jangan khawatir, sebelumnya aku sudah membatalkan namamu di daftar mahasiswa yang maju bulan ini, ke daftar gelombang berikutnya. Uang pendaftaranmu ndak hangus karena kau berada di daftar gelombang berikutnya. Jadi ...." Dia menangkup kedua tangannya di depanku seraya menundukkan kepala, "aku mohon, kau harus maju di gelombang berikutnya. Masih ada dua bulan untuk belajar dan mempersiapkan semuanya. Jika kau gagal maju, bakalan kupotong beneran rambut kau itu!"

Aku masih tak menggubris ucapannya. Namun, mulai kupertimbangkan. Mengingat, itu akan menjadi kesempatan terakhir aku maju di semester ini. Jika tidak, maka untuk berikutnya aku harus membayar uang semester dan uang pendaftaran skripsi yang sudah tak ditanggung beasiswa. Tentunya memakan biaya belasan juta rupiah.

Minggu dan bulan mulai berganti. Hari-hari masih sama. Aku masih seperti ini, terus terpuruk dan tenggelam dalam kesedihan. Namun, aku mulai memaksakan diri untuk mempersiapkan diri menghadapi sidang skripsi gelombang akhir. Kukenakan setelan jas hitam yang sudah kupersiapkan tiga bulan lalu sebelum hari naas itu datang memporak-porandakan semuanya.

Dengan wajah pucat tanpa polesan makeup, aku pun berangkat ke kampus setelah hampir tiga bulan mengurung diri di kamar kos. Beberapa teman sekelas yang juga mengikuti gelombang kedua ini menyapaku serta mengatakan aku tampak kurus dan kurang sehat.

Aku berdiri di dekat jendela ruang sidang, sembari menyaksikan teman yang sedang direntet pertanyaan dari dosen penguji. Setelah ini, giliranku untuk maju. Beberapa teman tampak bergosip di belakangku.

"Eh, dah, tahu belom, kak Evan hari ini nikah, loh!"

"Kak Evan senior kita dulu? Mantan ketua BEM FK pas kita masih Maba, kan?"

"Iya."

Mendengar itu, aku langsung terlonjak seketika. Hanya untuk mendengar nama kak Evan saja, sudah membuat hatiku seakan tersayat sembilu. Apalagi mendengarnya menikah. Seperti mendapat hujaman batu besar. Sakit!

"Serius?"

"Serius. Orang bokap gua dapat undangan dari keluarga calon istrinya. Resepsinya malam nanti, mewah bo! Mau lihat foto prewed-nya, gak? Kebetulan gua follow Twitter calonnya."

Aku langsung berpegangan di kaca jendela seiring lututku melemas. Entah kenapa pandanganku pun mendadak berkunang-kunang.

"Gila! Gak nyangka doi bakal nikah muda. Perasaan dulu gak pernah lihat dia gandeng cewek. Umurnya baru dua enam kan?"

Obrolan mereka terus menusuk pendengaranku. Penglihatanku semakin buram. Kepalaku mendadak terasa ringan. Suara-suara itu pun mulai kecil, semakin kecil, dan menghilang seiring kegelapan merenggutku.

.

.

.

Catatan kaki

Hoarding disorder: salah satu gangguan yang ditandai dengan perilaku yang memiliki keinginan untuk menimbun atau menyimpan barang tak berguna seperti sampah, barang bekas tak layak simpan. Biasanya, orang yang mengidap gangguan ini, pernah mengalami kondisi seperti ditinggal orang yang paling dicintainya kayak anak atau pasangan. Atau orang yang masa kecilnya pernah mengalami kesulitan ekonomi.

Ini sering terjadi di negara Korsel dan Jepang, di mana tingkat dua negara itu memiliki tingkat stress tertinggi. Dulu gua sering nonton YouTubers dari korsel, konten mereka itu fokus bersih-bersihin rumah atau kos-kosan orang yang mengidap gangguan ini. Pokoknya bagus banget chanelnya, tiap rumah ada kisah yang menyayat kenapa mereka sampai kayak gitu.

Mungkin kalian pernah lihat unggahan di sosmed ya, sebuah kos yang dipenuhi sampah padahal pemiliknya masih tinggal di situ. Atau mungkin punya keluarga yang doyan numpuk barang-barang bekas. Kemungkinan itu orangnya mengidap gangguan hoarding disorder ya. Jangan dibully. Aku suka concern sama orang yang mengarah ke perilaku hoarding disorder ini karena kebetulan orang terdekat aku juga alami hal serupa.

Untuk jaman sekarang, di mana ilmu kedokteran semakin maju, kita gak boleh gampang ngejudge perilaku aneh seseorang karena kemungkinan itu bagian dari gangguan mental yang dia alami. Jaman dulu mana ada orang yang tahu nama-nama penyakit-penyakit mental, paling-paling tahunya kalo sakit mental itu ya stress, gila. Tapi seiring ilmu kedokteran semakin berkembang, ada banyak macam jenis penyakit mental yang diketahui.

1
Ely Endrawati
Luar biasa
Qurotul Shita
mantan ketemu istri pura2,apa yang terjadi?kalo di ikan terbang udah dech tonjok2an🤣🤣🤣
Osin Saharamaryana
ambyar ak bacanya pas nadin dateng... ak yg dag dig dug... walaupun si nadin tau klo si evan ud punya ank gmn reaksinya apakah mereka akan berbohong klo hany dokter am pasien??? ap si evan bakal terus terang itu anknya...
dibikin penisirin author ak tuh....
buruan up ya Thor... guyur pake kopi biar melek 🥰🥰❤❤
Ami Sri Mulyani
ka @yu aotian.. aku baca nya sampai ngebut,,, sampai mewek mewek bombai begini,,,,
Sifa Fatimah
iya nadine, aku juga nungguin ka yu update 😁
Norainah Hani
akhirnya ketemu juga..
Norainah Hani
Aamiin
Norainah Hani
sengaja kamu pak dokter😂
Norainah Hani
mau bikin adik buat Arai🤭
Norainah Hani
kapan Van kamu ceritain ke Itta..
🌼⃝Tunik
Mulai mampir
mobie mz
Luar biasa
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
ko aku yg deg degan ya
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
dari hati arai yang merasakan jika kamu adalah sosok seorang ayah yang selalu dia harapkan kehadiran nya ada padamu
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
duuuuuh Van Dimata Ita status mu itu sudah punya istri coba jelaskan yang sebenarnya
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
sekarang karena kamu tau alasan Ita sebenarnya jadi lebih lega ya Van jadi kamu tau jika sebenarnya Ita tidak membenci mu
mobie mz
wanita paling bodoh sedunia..baru kenal sudah memberikan kesucianya...
Bundanya Pandu Pharamadina
jreng jreng jreng Nadin.... 🤔
bunda n3
waah, ada Nadin nih
Ami Sri Mulyani
mau baca terus tapi aku takut.. gak baca penasaran.. gimana dong ka @ yu aotian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!